Part 19 : Kepercayaan Diri Tingkat Dewa

2.4K 196 50
                                    

Jika tuhan hanya menjatahkan satu kebahagiaan untukku. Aku berani menjamin bahwa kebahagiaanku akan ku serahkan untukmu. Melihatmu dengan kebahagiaan berlimpah adalah kebahagiaan yang paling kuingin.





Hari ini matahari cukup terik. Tak perduli apakah orang yang berada di bawahnya menginginkan keterikannya atau tidak.

"Gua gak suka cuaca sekarang!" Seorang pria berjalan begitu tidak bersemangat. Dia berjalan seperti tidak ada nyawa yang berada ditubuhnya saat ini.

"Lo kenapa?" Seorang wanita berjalan melewatinya setelah menayakan hal tersebut. Namun ia tetap tidak berhenti, seakan dia tidak terlalu ingin mendengar jawaban dari pria itu.

"Marsha!" Seru sang pria saat melihat siapa yang telah bertanya padanya barusan.

Pria tersebut berjalan sejajar dengan si wanita. Dia tersenyum seolah mengabaikan ketidak semangatannya sebelumnya.

"Marsha, aku rindu!" Ujar pria tersebut masih tetap setia menampilkan senyumnya.

Wanita tersebut berhenti. Membalikkan badannya kearah samping. Kearah dimana seorang pria sedang tersenyum dengan manisnya.

"Devin! Jangan ganggu gua sekarang. Gua lagi mumet"

Pria bernama devin itu kemudian menggenggam tangan wanita bernama marsha tersebut. Ia menuntun marsha yang saat ini tengah terkejut akibat kelakuannya untuk menuju ke kelas marsha.

Sesampainya di kelas 11 Ipa 2 devin kemudian melepaskan genggamannya lalu memajukan sedikit kepalanya kearah sisi kanan marsha.

"Kalau kamu ingin bertemu dengannya. Jangan lupa beri tahu aku. Masa depanmu ini akan siap menemanimu bertemu masa lalumu" Bisik devin pada kuping sebelah kanan marsha.

Marsha hanya tersenyum menanggapi ucapan devin. Kemudian ia berjalan menuju kedalam kelasnya sedangkan devin berlalu begitu saja kearah sisi lain. Kearah dimana kelasnya berada. Mereka berdua mungkin tidak sadar karna kini semua mata tertuju kepada mereka. Menatap dengan penuh rasa penasaran.

"Bro! Bu ratna gak masuk?" Pria yang baru saja memasuki kelasnya itu langsung bertanya kepada ketua kelas apakah guru masuk atau tidak.

"Devin. Mending lo duduk dulu deh! Baru juga datang udah nanya masuk atau engga segala" Cristo, sang ketua kelas langsung saja menceramahinya. Merasa bahwa ceramahan cristo tak berguna, ia kemudian pergi berlalu begitu saja menuju kearah tempat dimana ia duduk.

"Bas lo kenapa? Kok kusut gitu muka lo?" Devin heran melihat raut wajah temannya itu. Sedangkan alif yang duduk di samping bastian tampak tak perduli dengan kondisi sekitar. Ia sedari tadi sibuk memainkan smart phone miliknya.

"Gua berantem sama ruth gara-gara ify"

"Loh kok bisa gara-gara ify? Ify sepupu lo yang cantik itu kan?"

"Iya. Yang pernah mau lo jadiin pacar ke empat lo tapi lo malah habis di hajar sama rio haha" Bastian tertawa mendengar ucapannya sendiri. Ia membayangkan lagi bagaimana saat-saat devin ketika di keroyok oleh geng pacar sepupunya itu.

"Gua mana berani ngelawan. Kalo gua ngelawan bakal lebih habis lagi gua di buat. Dia bawak temennya se RW gitu"

"Apalagi si kampret ini" Devin menunjuk alif tepat di wajahnya sedangkan alif langsung saja bingung karna dia kini telah diseret ke dalam pembicaraan mereka.

"Dia malah ngacir ninggalin gua, alesannya sesak boker. Kan kampret banget!" Alif kini tertawa mendengar pembicaraan devin. Dia ingat bagaimana takutnya dia melihat rombongan pria sangar yang hendak menghajar devin.

"Haha... udah gini aja. Lo ajak ify ketemu ruth. Supaya ify jelasin semuanya. Kalau lo yang ngomong ruth pasti rada gak percaya" Masih dengan sisa tawanya Alif berusaha memberikan saran kepada temannya.

The Part OfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang