-Meow- 11

1.8K 132 304
                                    

Renata bersiul kecil sesaat setelah memarkirkan motor dan melepas helmnya.

Cewek itu berjalan dengan santai keluar area parkir sekolah dan melirik jam tangannya sekilas.

"Eh lo Renata ya?"

Renata berbalik praktis saat ada yang menepuk pundaknya. Cewek itu mendapati orang yang memanggilnya adalah Saka. Kakak kelasnya yang hari ini terlihat amat memesona dengan syal yang melilit lehernya.

Renata yang kaget langsung mengangguk. Jarang-jarang kakak kelas mau melihatnya, ada yang mengenalnya saja sudah bersyukur dia. Apalagi ini dipanggil sama Saka yang notabene anak famous di sekolahnya.

Saka terkekeh pendek melihat kelakuan Renata. Sudah biasa sih, ada beberapa adik kelasnya yang baru pertama kali dipanggilnya selalu menampilkan ekspresi kaget dan bingung. Dia sendiri juga tidak tau penyebabnya.

"Good job," ucap Saka pendek.

Ha? Good job? bagai kaset yang rusak kalimat Saka terngiang terus di kepala Renata bahkan sampai Saka pergi dari hadapannya.

Lima detik kemudian, Renata menyadari kebodohannya yang berdiri mematung di tengah halaman parkir dengan orang yang lalu lalang.

Cewek itu menengok ke kanan kiri, baru sadar kalo Saka sudah pergi. Dia menghela napas singkat, Renata berbalik lagi melanjutkan langkah ke koridor dan merapatkan sweater abu-abu yang ia pakai.

"Pagi, Re."

"Hai, Renata."

Renata menanggapinya hanya dengan tersenyum. Dia bahkan tidak kenal kedua orang yang menyapa tadi. Alisnya sekarang tertaut bingung.

Duh, ini semua orang obatnya udah abis apa gimana? Perasaan gue nggak pernah se-famous ini deh sampe disapa-sapa di jalan.

Padahal dia ada di koridor kelas dua belas tapi orang lewat sekenanya ada sekitar lima orang yang mengucap selamat pagi atau menyapanya di sudut yang berbeda-beda.

Biasanya tidak ada yang peduli. Toh, tidak ada yang kenal Renata. Apalagi kakak kelas, terus ini maksudnya apa pada nyapa?

Dia naik tangga, Renata sampai di koridor kelas sepuluh. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal gara-gara kejadian di lantai pertama tadi.

Berbagai senyum dan tundukan patuh dilayangkan pada dirinya sekarang. Renata yang segan juga balas menunduk kecil saat ada yang lewat dan menunduk padanya.

Iya sih, dia kakak kelas. Tapi Renata sepanjang semester ini menjadi kelas sebelas tidak pernah-jarang- diperlakukan seperti itu oleh adik kelasnya.

Hufft. Cewek itu membenarkan poninya ke samping dan bernapas lega saat sampai di koridor kelas sebelas. Di lantai tiga.

Beda dengan sambutannya yang ramah di lantai satu dan dua, di lantai tiga cewek-cewek angkatannya yang berpapasan dengan dirinya melirik sinis bahkan ada yang melotot padanya.

Namun tak urung ada satu dua yang tersenyum. Kalau di kelas sepuluh, dua belas hanya tidak lebih dari dua puluh kepala yang menyapanya, di koridor kelas sebelas hampir yang lalu lalang di koridor memerhatikannya sepanjang jalan.

Ck, ini pada kenapa sih?! Gue masih mimpi apa ya.

Renata berhenti di tengah koridor dan bertumpu pada balkon menghadap ke bawah. Dia sepertinya harus berpikir sejenak, eh tidak. Sepertinya dia harus mencubit badannya.

"Aww sakit," rintih Renata saat ada yang mencubit kasar lengannya yang tidak tertutup sweater.

Cewek itu menoleh ke samping dan menyadari pelakunya adalah Tasya. "Gue lagi nggak mimpi ya ternyata?" tanya Renata retoris.

Meow [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang