⭐1

5.9K 219 20
                                    

Pagi ini, seorang gadis dengan rambut bergelombang yang tergerai sedang duduk sambil membaca buku nya di sebuah kursi taman yang berada di depan kelasnya.

Entah mengapa, ia lebih suka duduk manis sambil membaca buku-buku nya yang super tebal dibandingkan ber- gossip dengan teman-temannya di dalam kelas. Terkadang, ia juga ikut ber- gossip, tapi saat ini mood nya hanya untuk membaca

Nayla Farina. Gadi yang sering dijuluki aneh oleh para sahabatnya karena, hanya ia yang amat menyukai mata pelajaran yang mungkin tak disukai kebanyakan orang, yaitu Matematika.

"Hey!"

Seseorang tiba-tiba duduk disampingnya.

Nayla hanya menoleh sebentar, lalu mengalihkan lagi pandangannya ke buku yang tadi ia baca.

"Lo baca buku terus, sih!" seru orang itu.

Nayla hanya terkekeh sebentar, lalu melanjutkan lagi bacaannya.

"Btw, bulan ini lo ada perlombaan lagi ya?" tanya orang itu.

Dan akhirnya, Nayla pun menjawab.

"Masih gak tau juga." jawab Nayla singkat dan jelas.

"Kok gak tau? tuh kenapa lo baca buku, apa nih judulnya 'Soal Sakti Olimpiade Matematika'"

"Emang baca bukunya cuma pas mau lomba aja, Fir?"

Ya, yang sedang berbicara dengannya sedari tadi adalah Firsya Alika, teman curhatnya Nayla yang merupakan ketua ekskul Pramuka saat ini di sekolah mereka.

"Pokoknya.. Kalo lo Olimpiade lagi, semangat ya, Nay! Kalo menang, jangan lupa traktir!" Nayla hanya tersenyum dan kembali untuk membaca bukunya lagi.

🔳🔲🔳

Jam pertama ini adalah mata pelajaran Fisika, yang juga sangat disukai oleh Nayla.

Dan sudah sangat pasti, suasana kelas 11 IPA 2 menjadi sangat hening karena, semuanya sedang memperhatikan bu Tika yang sedang menjelaskan sesuatu di papan tulis.

Bu Tika sendiri adalah guru yang paling ditakuti oleh seluruh murid SMA Universal.

"Baiklah. Nayla, coba simpulkan tentang materi kita kali ini yaitu tentang impuls dan momentum!" ucap bu Tika sambil menunjuk Nayla.

"Momentum merupakan besaran vector yang arahnya searah dengan
Kecepatannya," Nayla berhenti sejenak sambil menarik nafas nya dalam-dalam, lalu kembali menyambung perkataanya, "sedangkan impuls merupakan Besaran vector yang arahnya se arah dengan arah gayanya."

Bu Tika tersenyum sangat bangga ke arah Nayla.

"Jadi?" tanya bu Tika masih terus tersenyum bangga.

"Jadi, impuls sama dengan perubahan momentum." jawab Nayla cepat, jelas, dan tepat.

Suara tepuk tangan murid 11 IPA 2 terdengar.

"Bagus, Nayla!" bu Tika mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

Nayla tersenyum sangat manis, lalu berkata "Terima kasih, bu"

"Zidan, coba sesekali kamu seperti Nayla," ucap bu Tika, lalu menyambungnya, "kamu itu ketua kelas, loh! Tugas jarang kumpul, kerjaan tidur mulu."

Perkataan bu Tika sukses membuat Zidan memutar bola matanya kesal.

"Iya.., bu" jawab Zidan malas.

Kringg..!

Senyum kemenangan terukir di wajah semua murid, karena bel tanda pergantian jam pelajaran berbunyi.

"Hmm.. Kalau begitu, kita tutup pelajaran kita kali ini."

"Selamat siang semuanya.." ucap bu Tika lalu beranjak pergi meninggalkan ruang kelas 11 IPA 2.

Seketika semua murid langsung menghembuskan nafas mereka lega.

🔲🔳🔲

Suasana kantin sangat ramai, hal ini lah yang membuat Nayla malas untuk ke kantin, tetapi apa boleh buat, cacing di perutnya sudah banyak yang demo.

"Pesen apa Nayla?" tanya ibu kantin ketika melihat Nayla datang.

"Kayak biasa aja, bu. Roti bakar keju." jawab Nayla sopan.

"Oke! Kamu duduk aja dulu ya!" ucap ibu kantin sambil tersenyum.

Brukk!

Ketika ingin berbalik badan untuk menuju ke kursi tunggu, yang ada malah ia menabrak seseorang.

"Hati-hati, Nay." ucap orang itu.

Nayla mendongak untuk melihat siapa yang ia tabrak, karena orang yang ia tabrak lebih tinggi sekitar 20 cm dari tingginya.

"Iya," jawab Nayla singkat.

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, orang itu pergi dari hadapan Nayla.

Zidan Alferro. Itulah orang yang tadi ditabrak oleh Nayla. Cowok yang terkenal dengan image dinginnya--padahal ia tidak sedingin itu--, ketua kelas paling cuek, pemain basket, dan yang paling penting, pemalas.

Nayla pun segera pergi dari tempat tadi dan berniat mencari tempat duduk yang masih kosong, tetapi sepertinya semua tempat sudah terisi.

"Nayla!" panggil seseorang.

Nayla menoleh ke asal suara tadi.

"Dilla, gue lagi nyari tempat duduk!" ucap Nayla tanpa ditanya oleh Dilla.

"Duduk tempat gue aja, yok!" ajak Dilla dan Nayla hanya mengangguk tanda setuju.

🔳🔲🔳

"Nay?" panggil Dilla sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nayla.

"Hmm?" Nayla hanya berdeham.

"Lo kenapa, sih? Dari tadi ngelamun mulu, gue jadi kacang aja disini!" ucap Dilla pura-pura kesal.

"Kak Yudha jadian ya, Dill?" kata-kata Nayla yang satu ini nyaris tak terdengar, tapi untungnya pendengaran Dilla tajam dan ia masih bisa mendengarnya.

"Hah? Emang kenapa lo kalo Kak Yudha jadian?" tanya Dilla sambil menaik-turunkan alisnya.

"Gak apa-apa kok, Dill." jawab Nayla sambil berusaha menutupi wajahnya yang memerah akibat malu karena kata-katanya tadi terdengar oleh Dilla.

"Halah, kagak usah bohong deh lo tuh, Nay!"

"Nanti gue ceritain aja ya Dill." ucap Nayla.

🔲🔳🔲

Olvidarse [TAMAT]Where stories live. Discover now