BP-13 "is it love?"

4.3K 227 1
                                    


"Hanna.." panggil Nathan saat mereka berdua sudah di dalam mobilnya. Hanna diam meski Nathan memanggilnya berkali-kali. Membuat Nathan menoleh sambil menyetir mobil.

"Sayang. Sudah donk marahnya. Kan ob nya tiba-tiba aja datang".
Yang diajak ngomong masih saja diam, membuat Nathan kesal lalu melaju membawa mobilnya dengan kencang. Hanna sebenarnya takut, tapi kesal membuatnya menahan sendiri rasa takut dengan memejamkan mata.

Sebenarnya Hanna tidak marah pada Nathan, dia hanya malu pada dirinya sendiri mengapa bertingkah di waktu yang salah. Sialnya jadi si ob yang salah paham. Mau ditaruh dimana wajahnya. Hanna memutuskan akan menghindar saja bila bertemu pemuda itu.

Hanna masih saja menutup mata saat mobil itu berhenti. Entah ada dimana sekarang. Tiba-tiba Hanna merasa sesuatu menempel di keningnya. Membuatnya membuka mata. Nathan mencium dahinya.

"Apaan sih" sahut Hanna malu sambil mendorong dada Nathan.
"Kita sudah sampai".

Hanna melihat ke sekeliling. Tidak tahu ada dimana. Seperti lobi apartemen. Apa ini tempat tinggal Nathan tinggal.

"Kita dimana Nathan?".
"Aku laper. Sekalian pulang mandi ke apartemen baru anterin kamu pulang".

"Ini tempat tinggalmu" ujar Hanna pelan. Terus terang Hanna gugup kalau berada di tempat pria seorang diri. Takut khilaf kan susah meskipun Nathan ganteng banget.

"Apartemenku di lantai 10. Tenang aja. Aku gak bakal apa-apain kamu, kecuali kalau kamunya mau. Aww... aduhh... " Nathan kesakitan karna Hanna memukul kepala dan punggungnya dengan kedua tangan.
"Ayo turun".

Berdua mereka naik lift ke lantai 10. Di dalam lift Nathan menggenggam tangannya. Hanna merasa melayang. Hilang sudah rasa kesalnya. Tiba-tiba handphonenya berbunyi.
Ternyata Carla si ndut memanggil.
"Iya la.. kabar gue baik.".
"..."
"Lagi sama Nathan".
"..."
" Salam apaan. Enak aja".
"..."
"Udah yah. Lagi di lift ni. Gak enak kedengar sama Nathan. bye" Hanna menutup handphonenya.

Nathan mengernyit senang lalu berkata "pacarku cemburu".
"What.. Enggak lah.."
"Aku suka kok artinya sayang" dan sekarang Nathan menyudutkan Hanna ke ujung lift lalu meletakkan salah satu tangannya di dinding lift tepat di atas kepala Hanna.

Nathan ingin mencium Hanna tepat saat lift itu berhenti dan membuka. Hanna melihat ada pengunjung yang mau masuk lift dan sekarang memandang ke arah mereka.

Bergegas Hanna keluar lift dengan cara menunduk lalu melewati lengan Nathan yang masih bertumpu di dinding lift. Tapi Hanna masih bisa mendengar kedua wanita itu berkata "Romantis banget sih. Suaminya hot banget".
"Hahh.. iya jeng. Gak nahan kalau suami gitu mah. Hajar".

Nathan bergegas mengejar Hanna keluar, mengabaikan kedua wanita itu yang sibuk membicarakan dirinya.

Nathan membuka pintu apartemenya dan mempersilakan Hanna masuk. Hanna takjub melihatnya. Ternyata Nathan tinggal sendiri tidak seperti dirinya yang tinggal bersama orangtuanya. Apartemen itu luas dengan dua kamar serta perabotan bagian dalamnya yang mewah.

Sekarang Hanna bingung mau berbuat apa hingga kedua lengan kekar memeluknya dari belakang. Nathan lalu meletakkan dagu di bahunya. "Istirahat aja dulu. Aku mau mandi".

Hanna duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton tivi saat perutnya terasa lapar. Hanna bergegas ke dapur, membuka kulkas dan lemari dapur, mungkin ada yang bisa dia masak. Hanna menemukan beberapa bahan masakan yang bisa diolah dengan cepat.

Hanna mengikat rambutnya ke atas dan menjepit poninya biar tidak mengganggu. Pertama kali Hanna memasak nasi di rice cooker. Mengambil celemek dan penggorengan siap menggoreng nugget ayam yang ada di kulkas.

Pikirnya memasak yang sederhana saja. Sekarang Hanna ingin membuat sayur bening. Hanna membersihkan sayur itu kemudian mulai mengiris sayur saat pisau tajam itu melukai jarinya. Hanna meringis lalu memutar kran hendak membersihkan darah di tangannya saat tiba-tiba Nathan sudah terlebih dulu menarik jari yang terluka itu dan menghisapnya. Hanna mendongak melihat ekspresi Nathan yang terlihat kuatir. Ada perasaan aneh di dadanya sehingga membuat darahnya berdesir dan jantungnya berdebar.

"Aku gak akan membiarkan kamu terluka" ujar Nathan yang terdengar seperti janji di telinga Hanna. Nathan bergegas membuka rak dan mengambil plester lalu menutupi lengan Hanna yang terluka.

Hanna memutuskan untuk meneruskan masakannya. Hanya tinggal memasukkan potongan sayur dan sedikit garam ke dalam panci. Sedangkan Nathan membantu dengan mengaduk sayur itu. Semua berjalan lancar sampai Hanna mengambil sendok dari Nathan dan mulai mengaduk sayurnya. Nathan yang sekarang tidak punya kerjaan berakhir dengan memeluk Hanna dari belakang dan mencium tengkuknya yang terbuka karna rambutnya diikat ke atas. "Paribanku" ujarnya lirih membuat Hanna merinding. Nathan menyusuri leher putih yang jenjang itu lalu membalikkan tubuh Hanna sehingga menghadap ke arahnya dan mulai mencium mesra bibir mungil gadis itu. Hanna melingkarkan lengannya di leher Nathan saat pria itu mulai memperdalam ciumannya. Tak ada yang mau melepaskan, begitu hanyut, hening hanya terdengar desahan mereka sampai tiba-tiba terdengar suara masakannya tumpah dan api memerah. Mereka berdua saling melepaskan diri. Nathan bergegas mematikan kompor dan keduanya saling tertawa berpandangan.

Selesai keduanya makan, Nathan membereskan dapur dan menyuruh Hanna untuk istirahat saja di sofa.

Hanna sedang memutar drama Korea saat Nathan datang melangkahi sandaran sofa dengan lembut lalu ikut membaringkan diri di sofa yang ditiduri Hanna. Sofa yang kecil membuat mau tak mau punggung Hanna menempel pada dada bidang Nathan. Keduanya dalam posisi berbaring miring agar sofa itu muat.

Tangan kiri Nathan bertumpu di bantal sedangkan tangan kanannya memeluk erat gadis itu dari belakang hingga jantung Hanna tak karuan. Hanna baru ingat kalo dia belum mandi dan pipinya merona karna malu. Nathan harum sekali sedangkan dia.

"Nathan, aku belum mandi"
"Tak apa karna aku selalu suka bau tubuhmu. Selalu harum vanila" Ujar Nathan sambil mencium rambut dan lehernya. Tangan kanan Nathan sudah bergerak mengelus perut ratanya. Kaki Nathan sudah memeluk Hanna seperti guling membuat Hanna tidak bisa bergerak dan hanya memejamkan matanya.
Dan entah sejak kapan drama Korea sudah berganti channel menjadi National geo karna remote sekarang ada di bawah kekuasaan Nathan begitu juga dengan diri Hanna.

Masih manis-manis dulu ya sebelum konflik.

Tbc
Author
Linhas

Bossku ParibankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang