16 - Syarat Raffael ✨

Start from the beginning
                                    

Nayla melirik Raffael. "Ogah!"

Raffael melirik Sarah lagi. "Sar, ayo maen lag—"

Namun, adiknya itu sudah hilang dan muncul tiba-tiba dengan membawa gergaji. "JURUS MEMBASMI VALAK VERSI COWOK!" teriak Sarah sambil mengangkat gergaji itu tinggi-tinggi.

"WHAT THE—" Raffael pun berdiri dan sekali lagi terjadi aksi kejar-kejaran.

"Gila, tadi parang, sekarang gergaji, besok apa?!" ungkap Nayla, terkejut parah dengan dua saudara kandung yang niat saling membunuhnya sangat kuat ini.

Raffael berlari ke arah Nayla. "Ranger coklat!" Ia naik ke atas kasur dan bersembunyi di belakang Nayla. "Coklat, apa yang harus kita lakukan untuk melawan musuh kita dari planet Merkurius ini?" tanyanya penuh nada drama.

Sarah berhenti tepat di depan Nayla. "Emang ada Ranger coklat? Sejak kapan?"

Raffael yang masih bersembunyi menjawab, "Sejak seorang putri bernama Naylapia Aniefgdkjfhah dilahirkan di muka bumi."

Krik-krik.

Krik-krik.

Nayla dan Sarah saling menatap, SANGAT paham dengan maksud Raffael yang mengatakan bahwa Nayla adalah Ranger coklat berdasarkan warna kulit. Parah memang, Raffael minta dipukul.

"Rah, pinjem sini gergajinya," pinta Nayla dan Sarah memberikannya dengan senang hati.

"MAMPUS!" Raffael berlari dan melakukan roll depan untuk keluar dari kamar Nayla sambil berlagak seperti Kamen Rider. "Bersin!" serunya.

"Yang bener henshin, sinting!" koreksi Nayla. Henshin adalah kata dalam bahasa Jepang yang sering diucapkan Kamen Rider sebelum berubah.

Itulah yang terjadi di malam kedua ketika Nayla menginap di rumah Sarah.

* * * * *

Beda lagi dengan hari kedua.

"Heiyo Nayl!" sapa Raffael begitu menemukan Nayla sudah rapi dengan pakaian seragam sedangkan dirinya baru bangun tidur. "Wah, nggak kebayang kalau 'Heiyo Nayl' gue sebut tiap jam. PUAS."

Merasa risi dengan panggilan itu, Nayla kembali masuk ke kamar, sedangkan Raffael malah semakin mengganggu. Kini laki-laki yang masih mengenakan kaos putih dan celana pendek selutut itu mengetuk pintu. "Nayl, mandi bareng yok!"

Tok, tok, tok!

"Yuhu!" Raffael menyandarkan kepala pada pintu. "Yah, walaupun lo udah rapi, ini tawaran jarang yang dikeluarkan oleh Raffa—eh!"

"Mandi lo, sana!" Sarah mengusap tangannya, habis menjambak kakaknya itu. "Sibuk aja ganggu anak orang."

Sarah selalu jadi penyelamat untuk Nayla. Ia datang di saat tepat dan berhasil mengusir kakaknya itu dari sana. Mereka pun berangkat bersama meninggalkan Raffael.

Itu sebelum berangkat sekolah.

Ulangi, itu sebelum berangkat sekolah.

Lain lagi saat sudah sampai ke sekolah dan sirene apel pagi berdering.

Nayla dan Gang Apollo bertemu di koridor menuju halaman sekolah. Lagi-lagi Raffael mencari masalah dengannya. Ia mengatakan sesuatu dengan nyaring ke semua teman-temannya.

"Guys, masa sepulang dari hari bolos Gang Apollo kemaren gue langsung ketemu Nyi Kunti aja di rumah," lapor Raffael dengan nada drama cewek gibah.

Nayla masih mendiamkan orang gila satu itu.

Semua anggota Gang Apollo melirik Nayla. Sabar Nayla. Belum saatnya orang seperti Raffael dibasmi.

"Maksud lo, Nayla?" tanya Rangga, masih dapat didengar oleh Nayla.

"Iya. Kaget gue, mirip banget kayak Nyi Kunti. Kusut betul lagi rambutnya. Jadi ya, gue ambil parang."

Dhika terkekeh. "Beh, parah! Parang, dong, ya."

"Wih, ngapain dia di rumah lo?" tanya Arga yang tampak bersemangat.

"Nggak tahu, antara kangen banget sama gue atau mau maling," jawab Raffael lalu melirik Nayla yang menghampirinya dengan langkah cepat. "Oh guys, dia mau ke sini, dalam hitungan tiga. Satu ... dua ...."

Semua Gang Apollo serentak berseru, "Heiyo Nayl!"

Nayla menyeret Raffael dari kumpulan Gang Apollo itu dengan berani, menyebabkan sahut-sahutan terjadi. Ia membawa Raffael ke samping gedung B.

"Gue mau bilang satu hal. Please, selama gue tinggal di rumah lo, lo mingkem semingkem-mingkemnya. Jangan bilang ke siapa-siapa kalau gue nginep di rumah lo. Paham?" ancam Nayla.

Raffael menaikkan sebelah alis. "Untungnya ke gue apaan?"

Nayla berdecak. "Gue bakal bersihin rumah lo."

"Jadi lo bakal ngebabu di rumah gue?" Raffael menyengir. "Uwaw!" Ia pura-pura tersanjung.

Nayla menyipitkan mata, curiga.

"Kurang, ah," sambung Raffael kemudian memasang ekspresi bosan.

Nayla menghela napas. "Gue bakal setrika baju lo sama Sarah."

"Itu belum bisa menutup mulut Raffael," jawab laki-laki yang kali ini berpakaian rapi dengan sombong, bersedekap, dan melirik ke arah lain.

Nayla semakin gemas. "Gue cuciin motor lo."

"Hm?" Raffael melirik Nayla. "Kurang."

"Gue cuciin baju lo."

"Termasuk celana dalem?" Raffael menyengir.

"Nggak!" tolak Nayla keras.

"Oh, gue tetap nggak bisa diem."

"Ah!" Nayla menghentakkan sebelah kakinya. "Lo nggak malu apa?"

"Kagak, sih. Itung-itung persiapan jadi calon suami," kata Raffael terkekeh lalu menatap Nayla yang serius, "canda deng, ehehe. Apalagi?"

"Loh, masih ada 'apalagi'?" protes Nayla.

"Iya, jelas. Lo, kan, nginep. Lo pake air buat mandi, pake listrik buat ngecas sama baca buku malem-malem, terus lo juga makan—"

"Apalagi yang lo mau emangnya?" tandas Nayla.

"Bersihin kamar gue dong, ya."

"Ya udah," jawab Nayla cepat. "Udah, kan?"

"Terus itu kita mantap-mantap," ujar Raffael asal sambil menaikturunkan alisnya.

"OGAH. Besok gue pindah kalo gitu!" Nayla pun meninggalkan Raffael dengan kesal.

"Eh, eh!" Raffael menarik tangan Nayla. "Nggak-enggak, jangan, dong! Gue bercanda, ehehe, dua rius. Lo boleh tinggal. Ya, gue diem. Syaratnya ampe cuciin baju aja."

"EH ITU YANG MOJOK DI SAMPING GEDUNG B CEPETAN BARIS!" Suara dari speaker corong yang digunakan anak OSIS untuk merapikan barisan terdengar dan menyadarkan keduanya.

Semuanya menyoroti Nayla dan Raffael. Dengan cepat keduanya melepaskan tangan, lalu berlari ke barisan apel pagi. Mereka berpisah, Nayla ke barisan cowok, sedangkan Raffael ke barisan cewek.

Eh salah, kebalik, Nayla dan Raffael tadi sama-sama linglung. Mereka pun kembali ke barisan sesuai gender.

Raffael kini berdiri tepat di samping Rangga, barisan paling depan. Masih dengan tawa kecil mengingat ia salah masuk barusan dan bisa-bisanya Nayla juga salah, kini Raffael memainkan jari.

Rangga melirik temannya itu. "Ngapain lo berdua, tadi? Bahas apa? Lama amet."

"Ciuman," jawab Raffael asal, langsung mendapat jotosan keras dari Rangga di punggung.

"Astaghfirullah, asal aja kalau ngomong! Kalian kelihatan dari sini lagi diskusi, nggak mungkin gituan," tutur Rangga, "aneh lo."

Raffael meresponsnya dengan terkekeh dan apel pagi pun dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza.

= Heiyo Nayl! =

Jangan tiru Nayla yang kabur dari rumah. Realita dunia beneran bisa jadi berbeda dari realita dunia orange. Jumpa lagi!

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now