16. Make It

41.6K 1.6K 23
                                    

Aku kan suka baca lagi cerita yang udah aku buat dan kadang aku ngerasa ceritanya gak sesuai ekspetasi makanya sering banget aku revisi. Bener-bener yang sesering itu, gak baik rendah diri kayak gini sebenernya. Cuman yaudah lah, jadi semoga kalian menikmati apa yang udah aku buat ya :(

Keep reading and don't forget to give you're vote and comment 💗

*

16

New York

10.13 A.M

"Aku sudah bereskan semua barang-barangnya di koper-koper itu. Aku juga akan siapkan baju-bajumu untuk pemotretan berikutnya."

Alana mengangguk pelan "Terima kasih Brin. Kau bisa pulang sekarang."

"Baiklah, kabari saja aku jika kau perlu sesuatu."

"Tentu."

Briana segera melangkah menuju mobil miliknya dan berlalu pergi dari situ. Alana membalikkan badannya lalu menghela napas panjang. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah paviliun kecil yang ada di dekat kolam renang di rumahnya sambil terus memeriksa ponsel. Nampak beberapa kali jari-jemarinya sibuk mengetik sesuatu dengan wajah kusut.

Alana memilih untuk duduk di tepi kolam renangnya saat melihat langit mulai mendung dengan sendirinya seakan memahami perasaannya saat ini. Ia merogoh kotak rokok yang ada pada tas selempang hitam yang dipakainya. Menyalakan rokok itu lalu menghisapnya.

Asap putih keluar bersamaan helaan napas berat miliknya. Matanya kembali memandangi layar ponselnya yang belum memunculkan notifikasi yang sedang ditunggu. Ia kembali mengangkat kepalanya dan melihat beberapa burung yang nampak sedang asik bermain di tepi seberang kolam renangnya dengan suara ramai.

ddrtt... ddrtt...

Alana kembali memandangi layar ponselnya yang kini memunculkan balasan pesan dari orang yang sedang ditunggunya itu.

Aku tidak bisa membatalkannya sayang, dan mungkin aku akan pergi lama. Jika urusannya sudah selesai, aku akan kabari kau. Jangan lupa untuk segera beristirahat <3

Ia memutar bola matanya kesal membaca rentetan kata yang terpampang pada layarnya dan kembali menghisap batang rokok yang ada pada tangan kanannya.

Pandangannya gamang, hanya terdiam memandangi gurat-gurat air kolam yang tertiup angin dengan lembut. Harusnya hari ini ia bertemu dengan Jullian untuk melepas rindu selama dua setengah minggunya. Namun disaat ia tiba, Jullian malah pergi mendadak dengan alasan sesuatu terjadi pada kebun zaitunnya di Dubai .

Menyebalkan. Payah.

Alana kembali menghela napas lalu memijat pelipisnya pelan, berusaha menghilangkan rasa kesal yang menumpuk pada kepalanya. Untung saja ia sudah tidur dalam perjalannya kembali, jika tidak, mungkin amarahnya tidak dapat ditahan lagi.

Hening.

Pikirannya terus melayang entah kemana. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang karena setiap project yang ia lakukan sudah selesai, ada dua sampai tiga hari libur yang diberikan untuknya. Dan sekarang semua rencananya untuk tiga hari ke depan sudah batal. Total.

RETURN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang