V

252 52 0
                                    

Calum nelfon gue. Gue yang lagi ngegosok gigi langsung ngangkat telfon itu dan segera kumur-kumur.

"Halo cal? Kenapa?" tanya gue sambil terseyum senang.

"Siap-siap satu minggu lagi kita bakal nonton konser 'blink182'."

Gue membuka lebar mulut gue, sambil menutupnya dengan tangan kiri gue. Gue tersenyum senang tak percaya kalo gue sama Calum bakalan nonton konsernya blink182.

"Kamu beneran?" tanya gue dengan lambat.

"Iya dong. Yaudah kalo gamau aku batalin aj–"

"Gak kok gak, aku mau. Mau banget lah pasti. AAA OH MY GOD! Gue nonton konser blink182."

Satu minggu yang dinanti sudah tiba. Gue sama Calum sedang ada di perjalanan menuju tempat konsernya.

Setelah sampai di konsernya, gue sama Calum sangat menikmati acara konsernya. Entah kenapa gue gabisa nahan tangis bahagia gue waktu ngeliat konsernya blink182.

Gue dan Calum berhadap-hadapan. Tubuh gue semakin dekat dengan tubuh Calum. Gue bisa mencium wangi tubuhnya yang harum itu, gue bisa merasakan nafasnya.

Kami berdua menghela nafas kasar sambil tersenyum. "Akhirnya." ucapku. Dan Calum juga mengatakan "akhirnya."

Sebenarnya gue pernah pengen banget nonton blink182. Cuma keinginan tersebut gue pendem sendiri. Gue tau Calum juga suka blink182, mungkin kita udah mewujudkan keinginan kita bersama.

"Thank you." ucapku pelan.

"Thank you." balas Calum.

Wajah kami mulai mendekat, dan kami pun mulai berciuman satu sama lain. Dan gue bersyukur untuk hari yang indah ini.

Kami menghentikan ciuman kami saat personil blink182 selesai membawakan lagu 'First Date'. Dan setelah menikmati acara konser beberapa jam, gue dan Calum kembali pulang.

Calum berjalan merangkul gue, tapi tak lama kemudian, ia terjatuh dan tak sadarkan diri.

Gue langsung membawa Calum ke rumah sakit, menelfon kak Mali. Menelfon Luke. Dan sesampainya di rumah sakit, Calum dibawa ke ruang ICU.

Dokter keluar dari ruangannya. Kak Mali dan kami segera menghampiri dokter tersebut dan menanyakan keadaan Calum.

"Dari seminggu yang lalu, sudah saya peringatkan tuan Calum untuk tidak mengikuti acara yang berat sehingga membuat dirinya kelelahan dan semakin memperburuk keadaannya. Pasien akan sadar beberapa saat lagi, namun pasien tidak bisa kembali beraktifitas seperti biasa. Seperti sekolah, dan lain-lain. Karena kankernya mulai menyebar dan membuat tubuhnya melemah. Kalian harus ada persiapan mental."

Kak Mali seketika pucat mendengar penjelasan dari dokter. Kak Mali duduk kembali dengan lemas. Seketika gue merasa bersalah. Coba aja kalo gue gak jadi nonton konser, pasti Calum gapapa sekarang. Seenggaknya gak memperparah penyakitnya.

"Kak, maafin aku. Aku yang salah. Coba aja kalo aku sama Calum ga nonton konser. Harusnya aku tau keadaannya Calum gimana."

Kak Mali menggeleng, "ini bukan salah kamu kok. Ini cuma takdir. Walaupun kalian jadi atau gak nonton konser, kankernya tetap aja menyebar kan?"

Setelah bergiliran dengan kak Mali untuk menjenguk Calum di ruang ICU, gue pun masuk ke dalam ruangan itu. Gue duduk di samping Calum. Gue ngeliat Calum tertidur pulas. Gue memegang tangannya yang dingin. Dan menyandarkan kepala gue ke atas kasur sebentar untuk menahan tangis.

Gue masih memegang tangannya. Gue menaruh tangannya di pipi gue.

"Kalau kamu beneran mau pergi, seenggaknya kamu bangun sebentar, mengucapkan kata-kata yang manis untuk aku, tapi aku bukan mengharapkan kata-kata perpisahan." gue menjeda perkataan gue sebentar dan membiarkan air mata gue menetes, "oke?"

Dari sinilah, rasa khawatir mulai muncul lagi.

•••
(a/n)
maap ya kalo ga bikin baper ato ga nyentuh hati
soalnya gabisa bikin yang sedih-sedih banget gitu hehe

Precious||HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang