24.

3.3K 100 7
                                    

--Karena apa yang jadi milik saya, akan tetap menjadi milik saya sampai kapanpun.-- (n.s)

-Friendzone?-

Novel menghembuskan nafasnya, menit-menit terakhir. Kakinya melangkah pelan memasuki bandara. Entah mengapa ia ingin Irlan ada disini sekarang, walaupun itu tidak mungkin karena jelas-jelas Novel tidak memberitahu Irlan tentang kepergiannya ini.

Langkahnya semakin dekat dengan kepergian. Tapi dalam hati terkecilnya, Novel sadar bahwa ia masih ingin berada disini. Berkumpul bersama Papa, Mama, Irvan, Irlan, dan semua kebahagiaan yang selalu mengiringi harinya dulu.

5
.
.
4
.
.
3
.
.
2
.
.
1

Entah apa yang Novel hitung. Tidak terjadi apapun setelah hitungan nya itu habis. Lagipula, apa yang ia harapkan? Novel sendiri yang memilih untuk pergi, seharusnya ini bisa berjalan dengan mudah. Novel memutuskan untuk kembali melangkah.

"Novel!"

Novel berhenti.

Benarkah itu suara Irlan? Atau ini hanya halusinasi? Novel ingin berbalik, tapi ia terlalu takut jika apa yang ia harapkan tidak ada disana. Novel terlalu takut untuk kecewa.

"Nov,"

Sebuah tangan menggenggam tangannya dengan erat. Ya, kini Novel yakin bahwa Irlan berada disini. Tanpa ragu Novel berbalik, bertepatan dengan Irlan yang langsung memeluknya.

"Jangan pergi, Nov. Please. Senggaknya kalau kita gak bisa bersatu, kita masih bisa bersama."

Pertahanan Novel hancur. Airmatanya menggenang tanpa bisa dikendalikan. Irlan melepaskan pelukan itu, dihapusnya airmata Novel menggunakan ibu jarinya.

"Aku gak bisa, Kak. Aku gak bisa berpura-pura lagi buat keliatan tegar. Aku takut suatu hari nanti aku berubah pikiran. Aku takut----"

"Sssttt.. Kamu gak perlu takut. Apapun yang terjadi nanti, aku bakalan tetep jadi milik kamu. Sama kaya kamu yang selamanya jadi milik aku."

"Tapi Kak Laura lebih butuhin Kak Irlan daripada aku,"

"Kamu salah, Nov."

Sebuah suara lain terdengar dibalik punggung Irlan. Disana, Laura berdiri dengan senyum tipis kepada Novel.

"Sebelumnya gue minta maaf. Gue sadar apa yang gue lakuin itu salah. Gak seharusnya gue maksain keadaan supaya Irlan sama gue. Sekarang, gue mohon sama lo, jaga Irlan baik-baik. Buktiin ke gue kalau lo emang pantes buat Irlan."

"Tapi, gimana sama Kak Laura?"

Laura kembali tersenyum, "Gue gak papa. Udah waktunya gue cari kebahagiaan gue yang baru. Setelah ini, gue bakal pergi buat cari jati diri gue."

Novel memeluk erat Laura, "Makasih Kak, makasih. Aku doain Kakak cepet nemuin kebahagiaan itu."

"Gue yang harusnya bilang makasih. Setelah semua yang gue lakuin, lo masih peduli sama gue. Lo emang cewek baik, Nov."

***

Senja sore menemani kebersamaan Novel dan Irlan. Setelah semua yang terjadi, akhirnya mereka bisa melewatinya. Namun mereka sadar, ini bukan akhir. Justru ini awal dari perjuangan mereka yang sebenernya. Perjuangan yang tidak terikat masa lalu. Dan tujuan mereka tetap sama, bahagia.

"Janji gak akan pernah pergi lagi?"

"Iya, aku janji, Kak."

***

*Selesai*

Haiiiii gaisss😂😂

*author gak tau diri, udah ngilang berbulan-bulan sekali update langsung tamat

Iya iya, pasti banyak yang mikir gitu. Tapi emang cerita ini udah abis, udah dikonsep kaya gini. Dan masalah aku yg telat update, duh maaf bangettt.

Aku masih anak sekolah, 3 smk..

Ahahahaha serius, aku lagi sibuk-sibuk nya buat persiapan ujian nasional. Jadi harap dimaklum ya gais:')

Jujur, di draft aku udah ada beberapa cerita baru. Tapi ya, baru prolog-prolog karena emang ide nya muncul awal doang. Belum bisa aku kembangin lagi.

So, kalau ada yg nunggu cerita baru, tunggu aja yaa. Ada saat nya nanti aku publish ko😄

See you soon gaiss, love youuuu😘😘😘😘😘

Friendzone? [Completed]Where stories live. Discover now