17. Baper

2.4K 81 1
                                    

"Van, Irvan!"

Tok..tok..tok..

"Van.."

Saat membuka kan pintu, Irvan mengernyit heran. Untuk apa Irlan mengetuk pintu kamarnya sepagi ini? Terlebih penampilan Irlan yang sudah rapih. Biasanya Irlan sangat sulit untuk bangun. Tapi sekarang? Bahkan Irvan saja baru selesai mandi.

"Tumbenan lo jam segini udah rapih?"

"Gue mau minta tolong, lo berangkat sekolah sama Novel ya. Gue ada urusan, harus berangkat sekarang."

"Sepenting apa sampe lo ninggalin Novel? Kalau lo mau, lo jemput Novel sekarang juga dia udah siap kayanya."

"Ayolah, bantuin gue.."

Lagi-lagi bukan jawaban yang Irvan dapat.

"Ya udah, iya."

"Thanks. Ketemu disekolah, ya!"

Irlan bergegas pergi dari hadapan Irvan. Dan hal itu semakin membuat Irvan yakin, bahwa Irlan mulai berbeda, lagi.

-Friendzone?-

"Pagi Mama Risma, pagi Papa Zidan, pagi Irvan.."

Mendengar suara Novel, Irvan menjadi kalut sendiri. Dia masih mencoba mencari kata-kata yang pas untuk menceritakan perihal Irlan.

"Pagi, Vellya.

"Kak Irlan mana, Ma? Belum bangun?"

"Kak Irlan udah duluan, Nov. Katanya ada urusan makanya buru-buru."

"Terus kenapa gak jemput gue, Van? Padahal dari pagi gue udah siap, ko."

"Duh, gue juga kurang tau, Nov."

Novel menerawang akan perubahan sikap Irlan. Rasa takut itu semakin menjalar dihatinya.

"Eh, udah siang. Mendingan Vellya sama Irvan cepet berangkat. Daripada kesiangan nantinya," ucap Papa Zidan.

"Ya udah Ma, Pa, Irvan sama Novel sekolah dulu, ya."

"Iya, hati-hati dijalan nya, Van."

Secara nyata, Novel memang mengikuti Irvan. Namun tidak dengan hati dan pikiran nya. Ada rasa kehilangan yang menggerogoti hatinya.

Bahkan, sampai tiba disekolah pun Novel hanya membisu. Tidak peduli dengan keadaan sekitar yang menjadikan nya pusat perhatian.

"Novel sama Irvan?"

"Kak Irlan nya mana, Nov?"

"Hh, pisah juga mereka."

"Duh, best couple SMA Garuda gak barengan."

Dan masih banyak lagi perkataan yang didengar oleh Novel. Memang didengar, namun tidak dijawab barang satupun.

"Van, anter gue ke kelas Kak Irlan yuk, ada yang mau gue omongin."

Irvan bingung harus menjawab apa. Jika benar Irlan menjemput Laura, dapat dipastika Irlan belum datang sekarang.

"Penting banget, Nov? Gak bisa pas nanti istirahat aja gitu?"

"Gak bisa, Van. Ada sesuatu yang harus gue pastiin."

Akhirnya Irvan menyerah. Ia mengantar Novel ke kelas Irlan. Berharap kakak nya itu sudah sampai di kelas dan tidak menimbulkan curiga pada Novel.

Sayangnya, dewi fortuna sedang tidak berpihak pada Irvan. Karena saat mereka tiba dikelas Irlan, Irlan belum datang. Dan itu sukses membuat Novel semakin murung.

Lebih sialnya lagi, tepat saat mereka berada di tangga untuk menuju koridor kelas 11, Irvan dan Nov harus berpapasan dengan Irlan dan Laura. Terlebih, tangan Laura yang bertengger manis di lengan Irlan.

Friendzone? [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora