14. Masa Lalu

2.4K 85 4
                                    

Jantung Novel serasa berhenti berdegup saat mengingat siapa gadis cantik dihadapan nya. Ya, gadis yg sama di 4 tahun lalu.

"Ka Laura?"

"Ini beneran lo, Nov? Gak nyangka ya bisa ketemu lagi."

Novel hanya tersenyun tipis. Dalam hatinya, ia sendiri tidak menyangka bahwa akan bertemu lagi dengan kakak kelas nya sewaktu di SMP dulu.

Laura Febbyolla, gadis cantik, manis, dan menurutnya sempurna. Entah karena apa dulu Laura pindah ke Singapore. Novel sama sekali tidak merasa iri pada Laura, karena memang Laura pantas di sanjung-sanjung semua orang. Hanya ada satu hal yg mengganjal, tentang kenangan pahit yg sama sekali tidak ingin Novel ungkit.

"Oh iya, bisa minta tolong tunjukkin ruang kepsek gak?"

"B-boleh, Kak. Kalau boleh tau, kakak ada perlu apa?"

"Mulai sekarang, gue tinggal lagi di Indo. Terus gue mau ngurusin kepindahan sekolah gue kesini."

"Hah? Kakak sekolah disini?"

"Iya. Kenapa? Ada yg aneh?"

"Eh. Mm, nggak ko. Cuma sedikit kaget aja."

"Oh, oke. Kalau gitu dimana ruang kepsek nya?"

"Kakak lurus aja, nanti ada tulisan ruang guru, disitu belok kanan. Jajaran pertama ruang TU, nah yg kedua baru ruang kepsek."

"Thanks, Nov. Gue duluan ya."

Novel mengangguk kecil. Setelah Laura tidak terjangkau pandangan nya, Novel menghembuskan nafas berat. Dengan malas ia berjalan menuju kelas nya.

-friendzone?-

"Lo kenapa, Nov? Muka lo pucet banget. Masih sakit?"

Novel menggeleng kecil. Sakit perutnya memang sudah hilang. Tapi kini tubuh nya benar-benar lemas. Pikiran nya melayang jauh ke masa lalu. Sakit, malu, lemah, semua kembali terbayang.

*flashback on*

"Lo itu gak pantes deket sama Irlan! Cewek cupu manja kaya lo pantes nya tiduran disamping nyokap terus nangis kaya anak kecil minta permen!"

Novel hanya bisa menangis. Lemah. Ya, Novel tau itu. Untuk pertama kalinya, Novel berhadapan dengan geng paling ditakuti oleh adik kelas itu seorang diri. Tanpa Irlan, tanpa siapapun yg membela nya.

"Gue peringati sekali lagi, jauhi Irlan! Ngerti?"

Novel hanya diam, tidak menggubris pernyataan Salsa.

"Kalau gue nanya jawab dong!"

Plakk!!

Perih. Pipi nya terasa panas saat mendapat tamparan itu. Entah ini yg keberapa kali. Novel sudah tidak mampu lagi menjerit, apalagi berteriak meminta tolong. Percuma karena sedari tadi tidak ada seorang pun yg mendengar isak tangis suaranya.

"NGERTI GAK LO?"

"Aww-- sa-sakit Kak.."

Rambut yg biasa nya ia tata rapih, dijenggut paksa oleh Salsa. Lagi, Novel masih tidak bisa melawan karena kedua tangan nya di cekram kuat oleh 2 orang kawan Salsa.

"Sakit? Sakit gue jenggut? Berarti lo lebih suka opsi kedua."

Detik selanjutnya rambut Novel berserakan di lantai, di gunting asal oleh Salsa. Novel kembali meringis. Apa salah nya sampai ia di perlakukan seperti ini?

Brakk!!

"Berhenti lo semua!"

Pintu dibuka paksa. Terpampang jelas sosok yg membuat Salsa dan kawan-kawan nya sedikit takut. Irvan, adik dari Irlan datang. Salsa tidak punya pilihan lain selain pergi. Lagipula, ia merasa cukup puas bermain dengan Novel hari ini.

Friendzone? [Completed]Kde žijí příběhy. Začni objevovat