5. Khanza si Wanita Setangguh Karang.

39.1K 1.5K 1
                                    

Deru mobil memasuki garasi sebuah rumah dengan arsitektur minimalis. Seorang wanita berhijab hijau toska turun sambil menenteng tas bawaanya. Raut wajahnya terlihat amat lelah. Kesibukannya kuliah kedokteran membuat rasa lelah sangat mudah menghampirinya.

Dengan lemah dia menyeret langkah masuk ke dalam rumah. Dialah, Khanza Syafira Az-zahra. Khanza, begitu nama panggilannya sejak kecil. Wanita terhormat dengan kecerdasan yang luar biasa, itulah doa dari arti namanya. Nyatanya, dari nama yang diberikan pada Khanza benar-benar menjadi doa baginya.

Khanza adalah mahasiswi beasiswa kedokteran universitas ternama nasional. Kecerdasannya membuat dia dengan mudah menerima beasiswa kuliah kedokteran. Menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil dan sampai sekarang dengan sekuat tenaga dan usaha dia berusaha mewujudkannya.

“Mana kopinya???!”

“Iyaiya ini Mas.”

Tak lama kemudian. Percakapan itu kembali terdengar, “Kamu gak bisa rasa ini pahit, ha?!”

“Tadi gak pahit kok Mas, aku udah coba.”

“Coba?! Mati rasa lidah kamu apa?”

“Ma-maaf Mas.”

“Maaf-maaf! Makan tuh maaf kamu!”

Suara gelas pecah terdengar dari dalam rumah itu. Khanza berdiri diam dengan pandangan kosong ke depan. Suara itu pasti dari ruang keluarga yang letaknya di barat rumahnya.

Lelah, semuanya begitu lelah ditambah dengan semua teriak-terikkan ini. Yah, suara itu adalah suara Papa dan Mamanya. Keluarga yang begitu harmonis bukan? Ah, mungkin ini terlalu ironi. Napas Khanza bergetar saat melihat Papanya menarik paksa hijab Mamanya di depan matanya.
Tangan Khanza mencengkram erat tasnya. Dengan langkah cepat dia mencoba menghampiri Mamanya.

“Maaaa...”

“Berhenti kamu anak bodoh!” sentak Papa Khanza. “Jangan ikut campur! Pergi ke kamarmu sana!!”

Papa Khanza menarik paksa lengan istrinya masuk ke kamar. Dari luar Khanza dapat mendengar suara barang pecah belah pecah, teriakkan memilukan, pukulan bahkan tamparan mengerihkan. Napas Khanza tercekat. Tangan dan kakinya bergetar.

Ingin rasanya mendobrak pintu dan menodongkan pisau pada lelaki itu. Tak punya hati! Lelaki macam apa dia? Panutan macam apa?! Namun semua hanya sebatas keinginan saja.
Nyata, semakin melawan semakin keras pukulan yang akan didapatkan. Bahkan perlakukan layaknya binatang akan dia lakukan bagi siapa saja yang berani menentang atau melarangnya.

Mata Khanza terpejam, air matanya mengalir mendengar jeritan ampunan dari Mamanya di dalam sana. Merasa bodoh sebagai anak yang tak bisa apa-apa. Khanza menutup telinganya erat. Dengan berat di berjalan menaiki tangga kamarnya dan menutup rapat-rapat pintu kamar.

Dibantingkan dirinya di atas kasur. Bahkan sampai di lantai atas rumahnya teriakan-teriakan itu masih mengema. Khanza meringkuk dalam kasur, menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Memohon pada sang Khaliq kesabaran dan keberanian untuk melanjutkan hidup.

Jujur saja, Khanza mengalami depresi dengan kondisi orang tuanya ini. Padahal dirinya akan menjadi dokter yang menangani orang sakit. Tapi, apa yang akan terjadi jika dirinya sebenernya juga sakit. Sakit jiwanya dan batinnya.

Dirimu? Cinta Halalku [ADA DI DREAME]Onde histórias criam vida. Descubra agora