My Friend

85 10 5
                                    


Judul :  My Friend ( karena kita berbeda dan saling melengkapi)

Genre : Teen Fiction

Penulis : Anida-elxe

A/N : Kisah yang kubuat untuk meredam kerinduanku akan sosok sahabat yang selama ini selalu berada disisiku.

***

My Friend

Karya Anida Fitri

Tinggal sebentar lagi, waktu yang ditentukan untuk memisahkan dua sahabat yang telah berjanji untuk selamanya bersama. Dia tidak menyangka waktu menyenangkan yang mereka lewati selama ini bisa mencapai ujungnya, akhir dimana takdir harus memisahkan mereka.

Gadis dengan postur tubuh lebih berisi dan kuat itu hanya terdiam, tidak berniat untuk mengungkapkan kegalauannya karena besok sosok gadis mungil disebelahnya yang lemah dan polos ini akan menghilang dari sisinya.

Tidak ada lagi tawa renyah dan candaan, mereka benar-benar akan terpisah. Gadis mungil berambut hitam panjang itu akan pergi demi cita-citanya, pergi jauh dari tempat tinggal mereka.

Silla menghembuskan nafas berat, walau mereka berencana menjadikan hari ini menjadi hari perpisahan yang menyenangkan tanpa dirundung duka ternyata mereka malah duduk diam dan berkelut dengan pemikiran masing-masing.

Alice memilin jemari mungilnya, tatapannya menunduk kebawah pada tanah dan kerikil yang ada disana. Dia juga memilih diam dan menunggu dimana Silla akan berbicara dengannya. Mereka sama-sama menunggu dalam diam, menunggu siapa yang akan berbicara terlebih dahulu.

Pikiran Alice melambung pada masalalu mereka, ketika dia melihat Silla yang selalu saja sendirian dan duduk dikursi belakang sekolah, walaupun dia tahu Silla adalah kakak kelasnya entah kenapa Alice ingin sekali menyapanya. Silla memang terkenal sekali saentro sekolah, dia adalah atlet beladiri yang berkali-kali meraih penghargaan.

Walaupun Silla terbilang terkenal dan disegani tapi itu tidak membuatnya memiliki banyak teman, dia malah sering sendirian dan lebih banyak diam. Ekspresinya juga datar saja, seolah tidak ada emosi yang terpancar dari wajahnya.

Alice yang waktu itu memang sedang ingin sendiri karena merasa lelah selalu saja dimanfaatkan oleh teman-teman sekelasnya berinisiatif untuk mendinginkan kepalanya dikursi belakang sekolah. Tempat terbaik untuk merenung dan melamun.

Awalnya Alice ragu apakah dia harus menghampiri Silla yang kelihatan asyik dengan lamunannya dikejauhan sana. Hendak menyapa tapi dia merasa tidak pantas karena dia adalah kakak kelasnya. Tapi dia memilih untuk ikut duduk disebelah gadis tersebut. Dalam diam. Tidak ada yang berbicara. Terus begitu sampai beberapa hari kemudian, mereka memulai percakapan. Berbicara mengenai hobi masing-masing.

Berbicara tentang bakat Alice mengenai kepenulisan, dia sering kali meminta komentar Silla mengenai karyanya walau setelahnya dia hanya mendapati ejekan dari Silla.

Dan lalu Alice menyadari, kalau Silla memiliki begitu banyak ekspresi unik ketika mereka bersama. Warna dalam hidup mereka semakin banyak dan indah, bagaikan koin dengan dua sisi yang berbeda mereka terhubung dan bersama.

Dan saling melengkapi kekurangan masing-masing.

"Hei! Kalau kita terus memikirkan tentang ini tidak akan habis-habisnya," ucap Silla, dia sudah kesal setelah lama menunggu sampai Alice berbicara.

Alice tetap berwajah sendu, tidak mampu berkata apapun. Dia sangat sedih, meninggalkan Silla akan membuatnya kembali sendirian dan itu membuat Alice gundah. Mereka selalu bersama, bahkan walau Silla melanjutkan sekolah kesebuah SMA negeri jalinan hubungan mereka tetaplah utuh.

Buah Pena ( Koleksi Karya El)Where stories live. Discover now