Kaca Dan Batas

6 4 1
                                    

Kaca dan Batas



Siapa sangka Sora menjadi salah satu yang terpilih untuk menghadapi zaman apokalips, seumurannya kalau dulu bisa berlarian ke sana kemari tanpa takut akan terinveksi virus berbahaya. Kini sepertiga umat manusia berkumpul dalam satu Shelter pelindung, bentuknya seperti cangkang kura-kura yang dilingkupi oleh kaca. Last Turtle. Tempat teraman yang masih ada untuk umat manusia yang bertahan hidup.

Bencana tidak berhenti, setelah virus mematikan, mereka juga sedang menghadapi radiasi abu vulkanik gunung purba yang letusannya menyelimuti Bumi selama sebulan penuh, gelap gulita.

Kini baru manusia percaya dia makhluk lemah, dulu masih saja sibuk mencampuri urusan alam hingga bertingkah layaknya penjarah.
Lima tahun hidup telah berputar, peradaban ada di titik terbawah yang kini manusia harus mendaki kembali semuanya dari awal. Begitupun Sora, yang dipikirkannya hanya bagaimana nasibnya ke depan.

Setelah dua bencana itu datang, Sora tidak banyak berharap di masa depan semuanya kembali normal. Bagaimana mungkin Bumi akan membaik setelah kerusakannya hampir separuh planet dan tidak layak ditinggali. Sesama manusia dulu saling melontarkan karma, kini Bumi juga ikuttan memberi karma.

Shelter sibuk dan hidup, setidaknya manusia yang tersisa sudah belajar dari kesalahan, tidak merusak lebih jauh atau kemarahan alam akan lebih dahsyat. Para ibu sibuk dengan kegiatan mereka yang seputar bersih-bersih dan memasak, belum lagi harus mengurus anak yang belum menerima sepenuhnya tentang aturan khusus untuk tidak berdekatan sejauh lima meter karena ancaman virus yang lebih berbahaya pada anak-anak, jelas mereka protes keras dan berakhir merengek seharian. Para ayah sibuk membangun Shelter menjadi rumah baru umat manusia.

Bangunan-bangunan persegi panjang berwarna putih menjulang di langit Last Turtle. Wanita maupun pria, muda-tua, juga ikut ambil bagian, bahu-membahu menciptakan kota terakhir yang nyaman dan kokoh dari ancaman bencana di luar.

Sora membawa kakinya ke sebuah bangunan berbentuk setengah bundar yang mana digunakan sebagai laboratorium, penelitian tentang virus terus berlanjut walau data menunjukkan penduduk Last Turtle adalah manusia berkekebalan tinggi, sayang virus ikut bermutasi ditingkat yang sama menakutkannya.

Di salah satu bangsal Sora pernah melihat subjek kelas A yang terjangkit virus mutasi baru, karena rasa penasarannya yang tinggi kini dia menyelinap diantara para petugas lab yang hilir mudik, bersyukur tidak bertemu ayahnya yang berperan sebagai kepala Lab atau dia kehilangan izin menggunakan kaleidoskop, sebuah instrument optik yang terdiri dari cermin bidang miring, benda itu bisa membentuk cahaya-cahaya aneka warna yang bisa dilihat lewat lubang kecil di ujungnya.

“Rima,” Panggil Sora berbisik, dibalik bangsal kaca itu seorang gadis seumurannya tengah duduk memainkan serulingnya, sesaat Sora membiarkan Rima tenggelam dalam musiknya.

“Keren,” Puji Sora saat musik itu selesai, Rima tersipu karena tidak menyadari sahabatnya itu datang.
Rima adalah subjek A yang sedang diteliti, tubuhnya membentuk kekebalan terhadap mutasi virus baru.

Dan untuk sekarang Rima dinyatakan sebagai sesuatu yang berharga namun berbahaya, anomali yang belum diketahui apakah dia kawan atau lawan. Sehingga dirinya diletakkan dalam bangsal yang terasingkan, tiap dua jam sekali akan ada yang bertugas mengecek keadaannya. Sora sekali ikut ayahnya memeriksa keadaan Rima, awal pertemuan mereka kala itu.

Melihat Rima yang hanya duduk diam tanpa punya teman bicara membuat Sora jadi kasihan, dia lalu datang diam-diam tiap kali ada kesempatan. Yang awalnya karena perasaan miris seiring waktu Sora malah jadi kagum pada Rima, permainan seruling yang mendamaikan hati pendengarnya dan cerita-cerita yang selalu Rima punya untuk dia bagi pada Sora. Dalam waktu singkat merekapun jadi teman dekat.

Buah Pena ( Koleksi Karya El)Where stories live. Discover now