KARMA!

107 12 0
                                    

Lalu bersiap untuk melancarkan aksi kami, membunuh Kristi.
Kami pun bergegas ke rumah Kristi, benar saja! Keberuntungan memang ada di pihak kami,  orangtua Kristi baru saja pergi tak tahu kemana. Kami berpencar untuk menyusup ke dalam rumahnya.

Aku dan Febita masuk melalui jendela samping.

Rumah Kristi sangat besar, dan bertingkat. Kami agak kesusahan mencari kamar Kristi, sampai akhirnya kami menemukannya.

Setelah kami sampai di depan pintu kamarnya, Aku mengintip lewat lubang pintu.

Kulihat, Kristi sedang mengaca dan memainkan rambut indahnya "rambutku sangat indah dibandingkan Tania! Aku cantik dibandingkan Tania! Aku yang berhak mendapatkan Andreas, bukan si jelek itu!" ia berteriak di depan kaca.

Aku tak tahan! Aku tak tahan ingin segera membunuhnya! Tapi aku tak boleh konyol, aku harus menunggu waktu yang pas.

Tak lama, Kristi keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tamu, lalu kami semua menyusup masuk kedalam kamar Kristi.

Selang 10 menit, Kristi kembali ke kamarnya. Ia heran karena lampu kamarnya mati padahal sewaktu ditinggalkan lampunya dibiarkan menyala.

Saklar lampu kamar Kristi terletak 2 langkah dari pintu. Sedangkan Febita sedang berada di belakang pintu, tugas Febita adalah menutup pintu saat Kristi menyalakan lampunya. Tapi aku sedang berada tepat di hadapan Kristi saat ini sambil memegang silet tajam. Oh ya aku lupa, timku bertopeng dan memakai baju hitam berseragam.

Tak lama, Kristi menyalakan lampu kamarnya dan bersamaan dengan pintu kamar yang tertutup.

Kristi sangat kaget! Yap, terlihat dari ekspresi mukanya dan ia tersungkur jatuh ke belakang, ia sangat ketakutan saat melihatku! "Siapa kau! Pergi dari kamarku! Atau akan ku telpon polisi!" ujar Kristi ketakutan.

"Hahaha, teman-teman kemarilah! " ujarku sembari tertawa jahat dan semua timku sudah berkumpul disebelahku.

" apakah kau tahu siapa kami,cantik?" tanyaku sinis.

Lalu aku dan timku membuka topeng disaat yang bersamaan "kami adalah korbanmu! Korban cacian mu, Kristi! Kau tahu? Perkataanmu itu mengukir luka hati yang sangat dalam! Now we turn, saatnya kau merasakan apa yang kami rasakan! " ucapku.

Kau tahu bagaimana ekspresi si cantik Kristi? Sangat sangat ketakutan! Keringat mengucur dari dahinya, lalu ia menjawab gelagapan " Ta..ta..tania? Fe..fe bita? Kalian? Mau apa kalian disini! Keluar! Kalian tak berhak berada disini!" ujar Kristi sambil bergerak mundur mendekati pintu.

Serentak kami menunjukkan kepadanya senjata kami untuk membunuh Kristi "Tak usah takut,cantik. Cepat tangkap dia!" ujar Febita sembari memerintahkan temannya yang lain untuk mengikat tangan Kristi.

Kristi berontak, dan tak mau diam awalnya, tapi lama-lama ia menyerah mungkin tenaganya hampir habis.

"Kau yang membuat kami jadi seperti ini, Kristi! Jika saja mulutmu bungkam, kami akan berbaik hati kepadamu. Kau tahu peribahasa 'mulutmu harimaumu' ? Kau seharusnya mempelajari peribahasa itu!" ujarku dengan nada tinggi seakan akan memarahi Kristi atas semua kelakuannya.

Kristi meneteskan air matanya "ma..maafkan aku, aku tak akan melakukannya lagi, sungguh" ia memelas.

Lalu Febita memegang pipi Kristi dan berkata "Telat! Aku tak mau ada korban lagi akibat mulutmu itu! Yaa, kami akan memaafkanmu setelah kami melancarkan aksi." ujar Febita.

Lalu aku memulai,karena tak mau berlama lama "Kristi, kami tak akan menyakitimu. Tapi kami akan biarkan kau yang menyakiti dirimu sendiri, pakai ini untuk menguliti kulit tangan dan kaki mu yang indah itu" tawarku sambil menyodorkan sebuah silet tajam.

Kristi sangat ketakutan "ti..tidak mau! Dasar psikopat!" ucapnya mengejek.

Aku tertawa jahat "kau melawan ya? Jika tidak, kami akan menguliti kepalamu!" ujarku kesal.

Kristi menangis, saat ia mulai menguliti tangannya sendiri. Aku dan timku sangat senang melihat pemandangan seperti ini. Tak lama, kamar Kristi dipenuhi darah segar.

Febita mengambil handphone nya dan mengabadikan momen saat saat Kristi menderita, ya memang sangat menakjubkan!

Selang 10 menit, nyawa Kristi sudah tiada, ia mati. Karena aku belum puas, aku menguliti kepala Kristi dengan sebuah pisau yang sebelumnya telah kami asah. Setelah kulit dan kepala nya terpisah, ku ambil dan ku taruh kulit kepala Kristi diatas kasurnya agar terlihat indah.

Aku puas! Sangat puas! Akhirnya aku bisa membalaskan dendamku! Lalu kami membereskan peralatan kami dan semua jejak yang kami tinggalkan agar tidak ketahuan. Setelah itu kami pergi dari rumahnya, dan mengehela napas lega.

"Apakah kau puas Tania?" tanya Febita sembari tersenyum puas.

"Ya aku puas! Sangat puas! Senang bekerja sama dengan kalian para sahabat psikopat!" ujarku.

Lalu kami pulang ke rumah masing-masing.

Setelah aku sampai di kost-kostan aku segera membersihkan sisa darah dari Kristi. Lalu aku pun tidur.

Keesokan harinya..

Bersambung..

PSYCHOPATH'S LOVEWhere stories live. Discover now