Kehidupannya terkesan begitu abstrak, tak jarang orang yang ada di sekitarnya mengenal Dante sebagai sosok yang pemurung dan di kelilingi oleh berbagai macam masalah.
Dante adalah troublemaker SMA Garuda yang juga memiliki teman seperkumpulan yang d...
"Apanya kalian ini gak jelas sekali, sudah! Sekarang kali jewer telinga teman kalian masing-masing." instruksi pak Rahman menghukum Garatim yang tidak bersalah.
"Seperti biasa woi," bisik Dante pelan.
"Siap!" seluruhnya mengangguk paham.
Garatim pun saling menjewer pelan tapi pura-pura kesakitan supaya pak Rahman puas.
🌹🌹🌹
Pukul 08.00,
Saatnya jelajah!
Lagi-lagi, seluruh siswa dan siswi SMA Garuda di bariskan sesuai kelompok oleh pak Rahman, tapi sampai detik ini Ernest tak kunjung menampakan diri di hadapan Dante maupun yang lainnya. Arsha yang sedari tadi seperti sedang mencari keberadaan Ernest pun di pergoki oleh Dante.
"Sha, nyari Ernest, ya?" tebak Dante.
Arsha sempat bingung dengan pertanyaan dari Dante, bagaimana bisa ia mengetahui hal itu. "Iya..."
"Oh," balas Dante singkat.
"Pipi lo kenapa?" tanya Arsha mengalihkan pembicaraan.
Arsha meraih pipi Dante, gadis itu mengelus pipi Dante dengan perasaan bingung, ia mendapati sedikit benjolan seperti memar di sekitar pipi Dante.
"Lo memar?" tebak Arsha.
"Kok Arsha bisa tau sih," umpat Dante bingung. "Enggak kok," jawabnya berbohong lagi.
"Jangan bohong Dan, gue bisa rasain. Lo abis di tonjok sama siapa?" lanjut Arsha sukses membuat Dante berkutik.
"Nggak sama siapa-siapa," Dante masih tetap mengelak.
"Tapi bener kan lo abis di tonjok?" kata Arsha sekali lagi memastikan. "Gue bisa bedain, karena nyokap gue dokter, jadinya gue lumayan tau." lanjutnya.
Dante tersenyum sekilas, "Mau dong di obatin sama anaknya dokter." ucap Dante sambil tertawa.
"Lo semalem kemana? Kok gak balik lagi?" tanya Arsha mengintimidasi.
"Khawatir, ya?" goda Dante.
"Sssttt," gerutu Arsha.
Kini, masing-masing kelompok sudah berjalan ke rute penjelajahan yang sudah di tentukan, kelompok Dante lah yang pertama kali berangkat, disana ada Eza dan juga Ucup yang tiada hentinya berdebat mempermasalahkan Mimi peri. sedangkan Arsha masih fokus dengan kompas yang ia pegang di tangannya untuk membidik, sedangkan Dante malah sibuk menuliskan sesuatu di kertas.
Sesudah menulis surat itu, Dante segera melipat surat itu kemudian ia masukan ke dalam saku celananya, dan nanti akan ia berikan kepada Arsha di waktu yang tepat.
Tiba-tiba saja, Dante mendapati notif pesan dari orang pesuruhnya.
"Den Dante, den Ernest sudah di bawa ke tempat kemarin, mohon maaf atas keteledoran kami. mulai detik ini, kami akan melakukan penjagaan den Ernest dengan ketat."
Dante menghela nafas lega, ketika menerima pesan dari orang pesuruhnya itu, pantas saja jika dari tadi pagi ia tidak menemui Ernest sama sekali.
Cowok itu segera mengetikan sesuatu untuk membalas pesan dari orang pesuruhnya itu.
Setelah sukses mengirimkan pesan, Dante segera memasukan kembali handphone miliknya ke dalam saku celana.
Tepat di saat mereka semua sampai di pos 3, yang berarti mereka semua harus melewati sungai yang alirannya lumayan deras, disana sudah ada panitia yang siap membantu untuk menyebrangi peserta. Karena batunya yang licin, hampir membuat Arsha terpeleset.
"Hati-hati," tegur Dante yang untungnya bisa menyelamatkan Arsha.
"Makasih," balas Arsha agak canggung.
"HM LAGI JELAJAH JUGA MASIH SEMPET AJA PACARAN," celetuk Eza.
"Ucup bahagia liat couple Dansha," timpal Ucup.
"Bacot." kata Dante sengit.
Sukses menyebrangi sungai, mereka pun melanjutkan kembali perjalanan untuk mencapai tujuan, kali ini mereka akan mengunjungi pos yang katanya disana akan bermain lumpur.
"Oke, tantangan kali ini adalah, kalian harus menggendong teman-nya masing-masing ya. Cewek dan cowok kalo bisa, kalau yang tidak kebagian, boleh sejenis." ucap kak Fahmi selaku ketua osis tahun ini.
Arsha segera naik ke gendongan punggung Dante, setelah itu kak Fahmi memberikan instruksi kepada semuanya, dan barulah mereka berlari di hamparan lumpur yang lengket.
"Dan, pelan-pelan! Gue takut jatoh," tegur Arsha.
Dante mengeluarkan kertas yang tadi ia tuliskan di situasi seperti ini, kemudian ia memberikan selembar kertas itu kepada Arsha.
"Sha, baca ya!" ucap Dante.
"Astaga Dante, lagi situasi kayak gini lo malah nyuruh gue baca," kata Arsha.
"Baca aja!" ucap Dante agak memaksa.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.