C-30 : Dunkelritter

Comincia dall'inizio
                                    

Saki mengenal Rain sebagai salah satu orang yang paling sopan terutama kepada orang yang lebih tua darinya. Jadi, begitu mendengar kalau Rain memanggil Yuna dengan sebutan 'Orang itu'... Ia tahu kalau Rain sudah mencapai batas kemarahannya.

Karenanya, Saka mengerahkan kemampuannya. Laki laki itu melakukan teleportasi tepat ke sebelah Rain. Kemampuan teleportasi yang dilakukannya persis sama dengan yang barusan dilakukan oleh Yuna. Ia langsung memeluk gadis itu dari belakang.

"Sudahlah, Rain..."

Dua kata sederhana yang diucapkan oleh Saka membuat Rain membeku. Ini adalah pertama kalinya Saka memeluknya. Kakinya lemas dan ia pun menjatuhkan sabitnya ke tanah. Ia memegang tangan Saka yang tengah memeluknya.

"Anak baik..." ucap Saka sebelum ia memberikan sebuah senyum hambar dan melepaskan pelukannya dari Rain.

Rain langsung memegangi kedua pipinya yang sangat merah sekarang. Ia tidak percaya kalau Saka baru saja memeluknya.

Setelah menenangkan gadis itu, Saka berjalan ke arah Yuna. Gadis itu hanya bisa berdiri tanpa bisa mengatakan apa apa. Untuk yang sekian kalinya, ia sudah ditolak barusan. Ia tahu kalau Rain pernah menjadi orang yang berhasil menembus tembok tebal hati Saka. Tapi ia tidak ingin mempercayai fakta kalau Saka bisa jadi masih memiliki rasa kepada gadis itu.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi... aku tidak akan datang kepada kalian. Tujuanku untuk ke sini adalah untuk bisa menemukan cara untuk kembali ke tubuhku yang ini. Dan aku sudah menemukannya. Jadi aku tidak melihat adanya kepentingan lain yang membuatku masih harus berada di tempat ini."

"Memangnya bagaimana caramu bisa kembali ke wujud itu!?" Fia adalah orang yang menanyakan pertanyaan ini.

"Well..." 

Saka tidak ingin menjawabnya kalau bisa. Karena itu bisa membuat dua orang gadis sangat marah dan mungkin menggilasnya. 

"Dia mencuri ciumanku..."

Suara asing yang baru datang menjawabnya. Entah bagaimana caranya, seorang gadis berambut hitam panjang dan berwajah fotogenik muncul di sebelah Saka dan memeluk lengannya.

"Jisoo!" Saka membentak gadis itu karena memberitahukan hal yang tidak ingin diberitahukannya.

Gadis di sebelahnya hanya menjulurkan lidahnya untuk sedikit menggoda Saka.

"Saka... apa yang aku dengar itu benar?"

Saka menghela nafasnya. Hawa di sekitarnya sudah mulai dingin. Gejala yang ditimbulkan oleh Fia sebelum gadis itu marah sudah terlihat dengan sangat jelas. Ia tidak sedang dalam kondisi untuk menghadapi Fia yang marah. Ia hanya ingin kembali ke Nesoindia dan datang seolah olah tidak ada yang terjadi. 

Tapi sepertinya mau tidak mau ia harus melakukan sesuatu terhadap Fia.

Laki laki itu menghentakkan kakinya dan melangkah dengan dua langkah besar tepat ke hadapan Fia. Ia langsung memegang kening gadis itu.

"Maafkan aku, Fia..."

"Kau tidak akan berhasil, Saka..."

Saka mengerahkan kemampuannya. Ia menggunakan kemampuan Black Arts nya untuk menghapus ingatan Fia. Teknik ini bisa menghapus ingatan jangka pendek lawan dengan instan. Hanya ada dua cara untuk bisa mencegah jurus ini dari keberhasilan. Yaitu dengan mencegah sang pengguna jurus untuk menyentuh kening, atau yang satu lagi...

"Fia... jangan bilang kalau kau..."

Seakan seperti sebuah kaca yang pecah, sebuah efek terbentuk di tempat Saka menyentuh Fia dan memaksa laki laki itu untuk kembali menarik tangannya. Raut wajah tidak percaya sudah muncul di wajah Saka.

Pandora's 7 TrialsDove le storie prendono vita. Scoprilo ora