8 Belas 🍂

5.7K 362 9
                                    


Lebih mencekam dibanding suasana kuburan. Itu bisa menggambarkan bagaimana suasana yang menyelimuti keluarga Brian. Kalimat bernada kasar dan ayunan tangan seakan menjadi adegan utama saat ini.

Plakk

Terdengar tamparan keras 'lagi '. Tadi tamparan keras berasal dari tangan ibu untuk anaknya namun kali ini berbeda tamparan kali ini justru dari sang kepala keluarga pada istrinya.

" Mas ! " Mata coklat terang milik Fira menatap tak percaya pada diri Brian.

Brian tercekat sungguh ia tak bermaksud untuk main tangan apalagi pada istrinya. " Fira.. Aku gak sengaja " lelaki paruh baya itu memandang tangannya yang ia gunakan untuk menampar istrinya. Ia menyesali perbuatannya.

Fira tertawa penuh ketidakpercayaan " Cuma gara-gara anak berandal kamu itu " ia melirik dan menatap nyalang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolahnya yang sudah amat kotor karena injakan sepatu-sepatu sialan musuhnya.
Pemuda itu nampak menunduk dalam di samping kakak laki-lakinya. Takut bercampur menahan rasa sakit disekujur tubuh terutama sakit dikepala membuat ia tak berani menengadahkan kepalanya.

" Kamu malah nampar aku mas ! "

" Fir "

" Apa ?!. Anak sialan itu sekarang beneran udah ngerubah diri kamu " Potong Fira cepat.

Dengan langkah cepat wanita itu menghampiri puteranya.

" Arghhh " Juno terjengkit saat tangan Fira menjambak rambutnya dengan sekuat tenaga.

" Maa.. Lepasin !! " Leon yang ada disamping Juno tentu saja tidak tinggal diam, ia berusaha melepaskan tangan ibunya yang masih menjambak rambut Juno hingga membuat adiknya itu menengadah dengan wajah yang amat kesakitan.

Fira melepaskan jambakannya lalu ia mendorong tubuh puteranya kedepan hingga terjerembab.

" Fira ! " teriak Brian kencang.

" Kenapa ? Dia pantes digituin. Kelahi sana-sini, ngerusakin dan ngilangin fasilitas yang udah dikasih cuma-cuma. Gak tau diri !. Bisanya nyusahin. Harusnya dia itu mati mas ! "
Luar biasa Fira sama sekali tak peduli sesakit apa Juno sekarang. Pemuda yang masih dengan posisi tererembabnya itu hanya bisa diam menahan sakit dan perihnya luka yang ia rasakan sekarang.

" Keterlaluan kamu Fira, anak kita gak sengaja ngerusakin dan ngilangin barangnya. Kamu denger sendirikan tadi Juno bilang apa. Dia di tabrak, dikroyok dan hpnya diambil "

Brian berdecak " Jangan coba lagi ngomong kaya gitu. Tuhan udah nitipin dia sebagai anak yang patutnya kita jaga Fir. Aku gak mau kamu nyesel nantinya "

" Aku gak akan pernah nyesel, yang aku seselin kenapa tadi yang ngeroyok gak bunuh dia sekalian "
Jawabnya dengan sinis.

Brian menggeleng ia harus segera bertindak, setidaknya ia ingin Juno tidak mendengar ucapan Fira yang kelewat batas.

" Yon bawa adek kamu ke dalem " Leon mengangguk ia yang sudah berlutut di samoing adiknya kini membantu adiknya berdiri.

" Ayok Dek gue anter kekamar, dan jangan dengerin ucapan Mama. Please ! " bisiknya pelan

---------
Juno memerosotkan tubuhnya dibalik pintu ,saat ia sudah berhasil mengusir Leon dari kamarnya. Kakak laki-lakinya tadi sebenarnya bersikeras untuk tinggal karena ia ingin mengobati luka ditubuh adiknya. Tapi dengan lebih keras Juno menolaknya pemuda itu mengatakan bahwa ia bisa mengobatinya sendiri.
Padahal kenyataannya, cowok itu sama sekali tak bergerak untuk mengambil p3k dan mengobatinya.

Cowok itu hanya duduk terdiam dibalik pintu sambil terus memijit pelipisnya. Rasanya kepalanya benar-benar ingin pecah sekarang. Sudah seperti ditusuk dengan ribuan paku, belum lagi ditambah luka-luka ditubuh, wajah , dan jangan lupa hatinya. Ia ingin berteriak keras meminta pertolongan tapi apa daya. Dibawah sana Mama, Papa , dan Leon kakaknya masih saja belum menyudahi adu mulut mereka. Adu mulut yang terjadi karena kehadirannya.

" Arggh, sakit Ma tolong.. " rintihnya pelan ingin meminta pertolongan sang ibu yang tak mungkin datang. Tangannya memegangi kepalanya yang kini semakin terasa sakit.

" Mama... " ucapnya lagi pelan hampir tak bersuara sudut matanya sudah berair pertanda ia sudah tak kuat akan sakitnya.

" Ma... " panggilnya pelan lagi sebelum akhirnya kesadarannya menghilang. Ia pingsan.

---- Perdonami ----

Semalaman Juno pingsan dan akhirnya ia sadar dengan sendirinya. Tak ada satupun orang yang tau karena ia memang mengunci rapat pintu kamarnya.

Dengan bantuan permukaan pintu kayu dibelakangnya ia berusaha berdiri. Kepalanya masih sakit tapi tak sesakit semalam.

Juno berhasil berdiri kemudian ia berjalan pincang ke kamar mandi. Tubuhnya sudah lengket dan juga ia belum sempat mengganti bajunya kemarin membuatnya ingin cepat-cepat membersihkan diri.

" Kenapa gue ngenes banget " gumannya saat ia sudah berada dalam kamar mandi.

Ia mencuci mukanya pelan, terlalu banyak luka diwajahnya hingga ia harus meringis saat membasuhnya dengan air.

Matanya lalu memandang cermin yang memantulkan wajahnya.

"Muka gue mulus aja Mama benci apalagi liat muka gue yang ancur"
Ia terkekeh terputus menanggapi kenyataan itu. Kenyataan pahit yang harus ia terima.

---- Perdonami

" Ngapain lo pake seragam ? " tanya Leon saat melihat Juno yang keluar dari kamar dengan seragam sekolahnya.

Juno menatap jengah sang kakak
" Gue mau sekolahlah " jawabnya tak acuh.

" Muka bonyok, kaki pincang, motor gak punya. Lo tetep mau sekolah ? " Leon bersidekap jas almamater kampusnya ia sampirkan dibahu kirinya.

" Gue bisa naik taksi. "

" Batu banget si lo ! " Ucapnya Leon tak suka dengan sikap adiknya.
Cowok itu lalu mengambil paksa tas ransel Juno.

" Lo apa-apaan si ha " Juno memberontak tapi sia-sia tenaga Leon sangat kuat.

" Apa ? Lo gak boleh sekolah pokoknya sebelum sembuh. Gue yang bakalan minta izin sama guru lo. " sejurus kemudian pemuda itu lalu memeriksa luka-luka adiknya.

" Lo gak obatin luka lo ya ? "

" Yon ! " Juno menapik tangan Leon yang memegang-megang luka di wajahnya.

" Stop it ! Balikin tas gue ! " dengan kasar Juno menarik kembali tasnya dari tangan Leon.

" Gue mau sekolah, hari ini mulai UKK. Lo mau buat gue gak naik kelas. Lo mau liat gue dihina nyokap lagi " ucapnya menggebu.

" UKK lo bisa nyusul tolol, sekarang yang terpenting lo tuh sembuh dulu " balas Leon.

Juno mendengus, " Persetan, gue cuma mau ngasih sesuatu yang terbaik. Gue mau gak selalu dipandang buruk ama Mama "

" Gue mau jadi juara umum dan ngasih piala gue buat Mama. Gue mau buat Mama sekali aja bangga punya anak gue. Gue juga mau Yon kaya lo yang selalu dibanggain "

Juno menatap lamat mata sang Kakak.
" Gue berangkat dulu, gak usah khawatir " kaki pincangnya lalu bergerak untuk segera berangkat sekolah.

------
Tbc

Update setelah tgl 28. See u.
Menuju ending.

Sorry kalo part ini terlalu banyak dialognya, terlalu pendek dan gak genah 😂.

Keep vomment !! 😘

Perdonami ( Forgive Me )Where stories live. Discover now