Dua

9.1K 505 14
                                    

Happy Reading guys 🙌

Sinar bulan semalam tak lagi terlihat kini sang mentari menyembul dari singgasananya.

Pagi ini seperti biasa laki-laki itu dengan malas memakai seragam sekolahnya dengan asal. Baju yang dikeluarkan, tidak memakai dasi,dan rambut yang disisir asal terkesan ya-- anak badung.

Dengan langkah santai Juno menuruni anak tangga rumahnya. Baru melangkah ke anak tangga kedua ia mendengar samar-samar suara dari ruang makan.

" Leon besok minggu kamu gak ada acara kan sayang " ucap Fira pada puteranya Leon Charles Briando.

Cowok yang sedang menikmati sarapannya yang berupa nasi goreng dengan irisan sosis serta telur mata sapi diatasnya itu menjawab tanpa melihat wajah ibunya.
" Enggak kenapa ma? " jawab Leon

" Hari minggu besokkan almarhum kakak kamu ulangtahun kita ke makam sekalian ngunjungin pusara almarhum adek juga " kini Brian sang ayahlah yang bicara.

Leon kini menegakkan wajahnya tangannya meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang ia lalu menatap kedua orangtuanya bergantian.
" Emm " Leon ingin mengatakan sesuatu namun ia takut untuk bicara.

" Kenapa sayang? " Fira yang melihat puteranya gelisah kini mengelus pundak Leon dari samping.

" Kita.. Kita kali ini ajakin Juno jugakan " akhirnya kata itu terlontar dari mulutnya.

Fira dan Brian kaget dengan ucapan anaknya itu. Bisa-bisanya nama itu diucapkan ketika mereka sedang membicarakan anak-anak mereka yang telah tiada.

" Tidak ! " ucap Brian sedikit meninggikan nadanya. Laki-laki yang umurnya sudah mencapai 50 tahun itu nampak terlihat tidak suka dengan ucapan putera keduanya itu.

" Tap.. " baru akan mengatakan kalimat pembelaan untuk adiknya Juno namun sang ibu langsung memotong.

" Leon cukup! . Dia itu pembunuh kakak juga calon adikmu jangan sebut nama itu lagi " emosi Fira tersulut.

" Maafin Leon ma " Leon pun lalu memilih diam. Matanya kembali ia fokuskan pada piringnya.

" Inget ulangtahun lo? Mimpi kayaknya lo Jun. Bahkan mereka gak mau nama lo disebut " monolog Juno sambil tersenyum pedih dan terus memegang dadanya yang terasa amat sesak karna ucapan orangtuanya.

Juno langsung melewati meja makan itu dengan cepat tanpa melihat kearah keluarganya. Ia tidak ingin menambah rusak suasana pagi rumah, lagi pula ia benar benar tak tahan harus terus menerus menahan sesak dadanya ia harus cepat keluar dari rumah dan menghirup udara sebanyak banyaknya.

" Juno !! " teriak Leon menghentikan langkah Juno untuk melesatkan motornya.

Dengan malas Juno menyaut teriakan kakak beda 2 tahunnya itu.
" Apaan "

" Lo gak sarapan lagi? Ini buat lo "
Leon menyodorkan wadah bekal berwarna biru muda warna kesukaan Juno ke tangan adiknya itu.

" Lo kira gue anak TK lo bawain bekel, gue bisa jajan di kantin " jawabnya sewot.
Sebenarnya dalam hati ia senang setidaknya masih ada keluarganya yang ingat kalo dia tidak sarapan kali ini.

Leon menggeleng masa bodo dengan ucapan adiknya.
" Serah lo yang penting lo harus bawa ini bekal "  Leon menarik tas adiknya itu paksa dan memasukan bekal kedalamnya.

--- Perdonami----

Bel sekolah akan berbunyi 9 menit lagi. Namun Juno belum juga menapakan kakinya di sekolah.
Geri, Bado, dan Ronald ketiga manusia itu masih terus memandang kearah gerbang menunggu seorang Juno.

" Mana si tu bocah kerjaan telat mulu perasaan " Ronald cowok itu berucap sambil menggoyangkan kakinya gelisah.

" Iya mana bentar lagi masuk lagi sial " Geri yang sama gelisahnya kini sampai menggigit bibir bawahnya.

Perdonami ( Forgive Me )Where stories live. Discover now