Chapter 5 (Bencana)

Depuis le début
                                    

Segalanya seperti sebuah adegan film yang di putar lamban. Bo Mi merasakan tubuhnya seperti melayang tinggi setelah merasakan sesuatu menghantam keras tubuhnya. Membuat dadanya sesak, hingga benturan kedua yang tepat mengenai kepalanya membuat pandangannya menggelap. Ia tidak bisa merasakan apa-apa lagi.

***

Sementara itu, Cho Rong masih sibuk memperhatikan Ho Won yang tengah kesulitan membuka lokernya sendiri.

“Kau itu bodoh atau bagaimana? Password loker sendiri kau lupa?” dengus Cho Rong kesal. Pasalnya, ia sudah kepalang kesal karena terlalu lama menunggu. Ia sendiri mulai meragukan siapakah pemilik loker itu yang sebenarnya.

Camkanman. Sudah lama sekali aku tidak membukanya. Mungkin sudah berkarat,” elaknya. Mencoba untuk meredakan amukan Cho Rong yang semakin geram karena ulahnya.

Drtrrt drrtt

Ponsel yang berada di dalam tas kecil putih yang kini masih setia tergantung pada pundaknya bergetar. Sambil sedikit mendesis sebal, ia merogoh ponselnya di dalam tas.

Tak ada nama di layar ponselnya. Hanya ada sederet nomor yang pastinya tidak Cho Rong kenal. Keningnya mengernyit heran. Sementara Ho Won masih sibuk memikirkan password untuk membuka loker sialan itu, Cho Rong lebih memilih untuk menjawab panggilan asing tersebut.

Yeoboseyo?

“Cho Rong-ah!

Cho Rong membeku. Ia kenal suara itu. Suara Kim Halaboji. Dari suara yang ia tangkap, kabar buruk sepertinya telah terjadi.

“Kim Halaboji, ada apa? Kenapa anda panik?” tanya Cho Rong heran. Manik hitamnya sedikit melirik ke arah Ho Won yang ternyata masih sibuk mencocokkan password pada lokernya. Ia mendengus pelan.

Suara berisik mulai terdengar dari seberang telepon. Membuat Cho Rong semakin panik. “Bo Mi kecelakaan. Dia berada di UGD sekarang. Cepat ke sini!”

Seakan mendapatkan hantaman keras dalam perasaan Cho Rong. Ia refleks berlari menuju jendela kelas. Melompatinya dengan mudah, seperti seorang professional. Mengabaikan teriakan Ho Won yang memanggil namanya , karena gadis itu pergi secara tiba-tiba tanpa memberi tau  Ho Won yang saat itu masih sibuk dengan password lokernya.

Ia menggenggam ponselnya erat. Berlari melewati lorong kelas yang gelap tanpa memikirkan kamera CCTV yang sudah pasti telah merekam jejaknya di sana. Sungguh, persetan dengan CCTV itu. Cho Rong tidak peduli.

Sesampainya di gerbang depan, ia kembali melompat hebat. Tanpa melirik sedikitpun ke arah si penjaga yang rupanya sudah tertidur saat program acara musik yang tadi ia saksikan sudah sampai di penghujung acara.

Dengan langkah cepat, ia memberhentikan taksi yang untungnya lewat bertepatan saat kaki Cho Rong menginjak aspal jalanan. Ia kira, ia akan berlari sampai rumah sakit kali ini, namun Tuhan nyatanya masih berbaik hati padanya.

“Bo Mi-ya, bertahanlah,” gumam Cho Rong sepanjang perjalanan.

Ho Won tiba-tiba sudah duduk tenang di samping Cho Rong. Namun gadis itu mengabaikan kehadiran laki-laki kasat mata itu. Pikirannya tengah semerawut kali ini.

Ho Won tau, kalau Cho Rong kali ini sedang tidak ingin diganggu. Oleh sebab itu, ia hanya mengikuti gadis itu dalam diam. Seperti seorang anak kecil yang dimarahi ibunya karena ingin es krim saat sedang flu.

Taksi yang Cho Rong tumpangi, akhirnya berhenti di depan area pelataran rumah sakit.

Itu bukan rumah sakit biasa. Itu rumah sakit Universitas Seoul. Bo Mi dilarikan ke rumah sakit besar ini, yang berarti kecelakaan itu benar-benar parah. Pantas saja Cho Rong merasa sangat frustasi dan hilang kendali.

The Mirror (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant