BAB 14

180 11 5
                                    

Justin mengacak rambutnya kasar. "Stupid!"umpat Justin kasar menyadari kesalahannya yang terlalu cepat mengatakan apa yang Ia rasakan, wajar saja jika Lailah terkejut dan kemudian pergi begitu saja. "Perusak suasana!" umpatnya lagi.

Justin menatap punggung Lailah yang menjauh, berjalan ke arah toilet.

Justin berdecak sebal dengan tingkahnya yang tanpa perhitungan itu, selama ini mungkin Justin selalu memuji Lailah atau melakukan hal manis lainnya yang lebih terang-terangan tapi entah mengapa kali ini Ia merasa bodoh, memuji Lailah secara gamblang dan terlihat begitu jujur, tidak dengan gurauan atau candaan seperti biasanya.

"Bagaimana jika gadis itu membatalkannya? Semua usahaku akan sia-sia! Kenapa kau bisa sebodoh ini, Justin?! Astaga!" ungkapnya bermonolog sambil mengusap wajahnya frustasi, beberapa pengunjung bioskop mulai memerhatikan tingkah Justin yang aneh.

Justin berjalan menyusul Lailah setelah Ia terpekur dengan kebodohannya. Justin berdiri di depan lorong menuju toilet. Justin mengeluarkan ponselnya menelpon seseorang melalui panggilan cepat.

"Halo, kenapa lama sekali mengangkatnya?" Sapa Justin saat seseorang diseberang sana menjawab setelah menunggu pada dering ketiga.

"Maafkan aku. Aku sedang sibuk sekali. Ada apa menelpon?"

"Aku.. aku melakukan kesalahan. Bagaimana jika Lailah membatalkannya? Aku tidak mau.. aku tidak mau Ia berubah pikiran." Katanya gusar pada seseorang diseberang sana.

"Memangnya kesalahan apa yang kamu lakukan, Justin?"

"Aku terlalu bergerak cepat untuk menunjukkan perasaanku padanya. Aku..aku tak ingin Dia illfeel padaku. Kenapa aku ini bodoh sekali sih?!"ujar Justin sebal.

Seseorang diujung sana menghela napas dalam. Sudah terlalu biasa menanggapi sikap Justin yang seperti itu.

"Dengarkan aku! Semuanya akan baik-baik saja. Kamu tidak salah, Justin. Wajar jika kamu melakukan kesalahan, itu kesalahan kecil. Kamu bisa meminta maaf atas sikapmu atau perkataanmu, kan? Setelah itu bersikaplah seperti biasanya. Jangan seperti ini. Kamu tidak seperti ini sebelumnya. Paham?"

Justin menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan melakukannya. Semoga harimu menyenangkan." Justin mematikan sambungan telpon dan memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.

Justin menatap lorong yang tidak terlalu ramai lalu lalang orang. Namun, sudah 5 menit Ia menunggu Lailah belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Kenapa Lailah lama sekali?"ucapnya dengan nada gusar.

Justin pun melangkahkan kaki panjangnya menuju toilet bioskop yang berada di sudut kanan, Ia melewati lorong panjang yang sedikit ramai. Lalu melihat tanda toilet wanita yang berada di lorong kanan, Ia pun menunggu di depan lorong sambil menyandarkan punggung tegapnya dan menatap sepatu pantofelnya yang mengkilap.

"Justin! Astaga! Kamu membuatku terkejut!" seru seseorang dengan suara lembut, Justin menegakkan tubuhnya dan menatap Lailah yang kini tengah mengusap dadanya dan menatap kesal kearahnya.

"Sorry, Lailah...." Ujar Justin dan menatap tepat di mata indah Lailah.

"Ya tidak pa-pa. Aku hanya terkejut menemukanmu di depan lorong ini," ucap Lailah sambil terkekeh kecil.

"Aku meminta maaf atas tindakan dan perkataanku tadi, mungkin itu membuat kamu tidak nyaman dengan semua ini. Aku sadar, perkataanku tadi terlalu lancang," Justin menatap Lailah serius namun tatapan itu lembut, dan tulus. Lailah tercenung, memaksa otaknya untuk mengingat kejadian yang telah lalu, dan seketika mengingat semuanya.

Lailah tergagap, kemudian berkata "Oh. Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. Sungguh aku tidak masalah. Pasti kamu berpikir aku marah karena pergi ke toilet terburu-buru, ya?" Justin mengangguk kaku. Lailah tersenyum meminta maaf, "Aku tidak marah, sungguh! Aku tadi benar-benar tidak bisa menahannya. Maafkan aku jadi membuatmu tidak nyaman, aku benar-benar minta maaf, oke?"tanya Lailah setelah memberi penjelasan yang tidak seluruhnya benar. Yak! Yang benar saja, mau diletakkan dimana wajah Lailah kalau Ia mengakatan yang sebenarnya.

"Jadi kamu tidak marah?" tanya Justin memastikan. Lailah menggeleng mantap sambil tersenyum. Justin menghembuskan napas lega. Lailah tertawa melihatnya, Justin mengusap tengkuknya salah tingkah.

"Ayo kita mencari sesuatu untuk dimakan, Justin!" Ajak Lailah langsung mengamit lengan Justin dan menarik lelaki itu untuk berjalan bersamanya keluar dari Cineplex Odeon Westmount. Justin tersenyum, kemudian membetulkan letak tangan Lailah yang mengamitnya dan mengusap lembut jari-jemari yang melingkar dengan indah dilengannya yang kokoh terbalut kemeja kerja.

Lailah menatap Justin dari samping, perasaan hangat menjalar menyusup ke dadanya hingga menimbulkan degupan jantung yang bertalu keras dan kupu-kupu seakan berterbangan di dalam perut Lailah. Lailah tersenyum, Ia sadar tidak akan pernah bisa menolak pesona lelaki yang kini jalan bersamanya. Sikap Justin yang lembut dan pengertian menjadi alasan logis menurut Lailah saat ini, bilamana Ia membuka hatinya untuk lelaki di sampingnya.

Justin yang merasa ditatap menolehkan kepalanya dan membalas tersenyum kearah Lailah, senyuman yang selalu mampu menyihirnya, Ia merasakan dadanya menghangat, dan benaknya pun bertanya "Apakah Lailah juga merasakan hal yang sama dengan dirinya?".

Justin mengusap puncak kepala Lailah dengan lembut, dan mengeratkan genggaman Lailah pada tangannya. Lailah memejamkan matanya, menikmati sentuhan tangan Justin yang terasa begitu nyaman. "Bisakah Ia merasakan ini setiap hari?" batinnya bertanya.

"Kamu mau kita makan di mana?" Justin bertanya lembut, setelah langkah kakinya berjalan menjauhi pintu gedung teater.

"Restoran Italia?" Lailah bertanya, Justin mengangguk "Oke. Aku tahu sebuah restoran Italia dekat sini, apa tidak masalah jika kita berjalan kaki?" Lailah tersenyum dan mengangguk mantap. Sekali lagi, Justin mengusap puncak kepala Lailah, dan Lailah tertawa, Justin pun ikut tertawa, meskipun Ia tidak tahu apa yang membuat Lailah tertawa, tetapi tawa gadis itu seakan mengajaknya untuk ikut tertawa.

Justin dan Lailah melangkahkan kaki berdampingan, banyak pasang mata yang menatap mereka seakan mereka adalah pasangan yang sangat serasi di dunia ini, sedangkan yang ditatap oleh puluhan pasang mata merasa bahwa di dunia ini hanya ada mereka berdua. Justin yang terbiasa berjalan cepat dengan langkah lebar kini pun mengimbangi Lailah, Ia ingin gadis di sampingnya berjalan tetap di sisinya, tidak tertinggal di belakang akibat langkah lebarnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lovely Husband (Re-Write) 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang