BAB 5 ( Texting With Him)

497 41 0
                                    

Hargailah karya orang lain jika ingin dihargai orang...

BAB 5

Lailah POV

Aku menatap lurus ke arah mobil Justin yang kini melaju melewati gerbang rumah dan menghilang dari pandanganku.

Aku menghela napas dan berusaha mengatasi debaran jantung yang sedari tadi berdentam dengan keras, aku tentu saja tahu apa yang menyebabkan debaran ini, siapa lagi kalau bukan Justin Raymond Mackleister. Ya, silahkan kalian mentertawakan ku sepuasnya karena baru kemarin aku menolak perjodohan gila itu mentah-menatah dan sekarang dengan kurang ajarnya jantung ku ini berdebar sejak saat lelaki itu memunculkan batang hidungnya di rumahku pagi ini.

Aku tidak pernah menyangkal bahwa Justin merupakan seorang Taipan muda dari tanah Britania Raya. Dia cerdas, kaya raya, dan tentu saja Ia tampan. Jadi tidak salah bukan, jika aku mulai 'sedikit' tertarik pada lelaki itu? Tapi bukan berarti aku akan langsung menerima lelaki itu. Tidak. Tentu saja, tidak. Dan soal mengapa aku menerima 'kesepakatan' kecil diantara kami karena aku merasa memang benar apa yang dikatakan Justin. Setidaknya kami berdua harus mencoba untuk mengenal satu sama lain. Jika masih tidak ada kecocokan baru Aku dapat memutuskan untuk menolak perjodohan ini. Lagi pula Justin berjanji jika aku merasa bahwa setelah masa 'pendekatan' Dia bukan lah orang yang pantas untuk menjadi suami ku, maka Ia sendiri yang akan mundur dari perjodohan ini. maka dari itu aku memberikannya kesempatan, kita tidak pernah tahu rencana Tuhan, bukan? Kalau Justin memang jodohku, sudah pasti Tuhan akan mempersatukan kami bagaimana pun caranya.

Aku hendak berjalan menaiki tangga yang akan membawa ku langsung ke lantai 2 namun terhenti saat mendengar seseorang berdeham dengan keras, sontak aku menolehkan kepala dan mendapati kedua orangtua ku yang sedang berdiri tak jauh dari tempat ku berdiri memandang ku dengan kerlingan mata jahil milik mereka berdua.

"Bagaimana makan siangnya, sayang?" tanya Ibuku dengan semangat. Uhh hampir saja aku memutar kedua bola mataku saat mendengar pertanyaan Ibuku.

"Biasa saja, kami hanya makan, berbincang sedikit, kemudian pulang" jawabku acuh namun masih memperhatikan tata kesopanan.

Aku melihat Ibu mendengus jengkel saat mendengar jawabanku. Sedangkan Ayah yang sedari tadi setia memeluk pinggang ramping Ibu hanya tertawa melihat reaksiku.

"Kamu tidak seru sekali sih, Lailah! Mana mungkin hanya seperti itu!"jawab Ibuku tak mau kalah.

"Memang seperti itu kenyataannya, Mom. Kalau Mommy tidak percaya coba saja tanyakan pada Justin"ujarku dengan santai.

"Gio! Ayo coba kita telepon Justin"Ibu menarik lengan kaus yang dikenakan Ayah seperti seorang anak yang sedang merajuk meminta balon.

"Vic! Sudahlah sayang berhenti untuk mencari tahu tentang apa yang mereka lakukan. Itu privacy mereka, sayang"kata Ayah dengan lembut. Ibuku akhirnya mendengus kesal dan melepaskan diri dari pelukan Ayah dan pergi begitu saja menuju kamar.

"Jangan dengarkan Mommymu, sayang. Biasalah wanita dan tamu bulanannya. Sudah sana kamu ke kamar dan istirahat" aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Ayah pun langsung pergi menyusul Ibuku yang sudah dapat dipastikan akan merajuk sepanjang hari dengan Ayah.

Terkadang aku bingung, sebenarnya di rumah ini siapa yang menjadi anak, sih? Aku atau Ibuku?

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku merebahkan diri di atas kasur King size milikku setelah sebelumnya mengganti pakaian menjadi lebih santai. Aku menatap langit-langit kamar yang memiliki stiker-stiker glow in the dark berbentuk bulan-bintang serta hewan-hewan lucu.

My Lovely Husband (Re-Write) 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang