Rahasia

941 153 5
                                    

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Hikari ketika mereka sampai di halte bus tujuan mereka.

"Entah, Tetsuo dari tadi terlihat aneh, dia tidak mau menjelaskan apapun padaku, padahal aku sudah mau bangun pagi-pagi buta hanya untuk menemaninya hari ini." Ungkap Reina sambil menatap Tetsuo dengan sudut matanya.

"Aku hanya tidak mau menjelaskan sesuatu dengan bukti yang belum terlalu jelas." Balas Tetsuo datar sambil mencoba membela dirinya.

"Tetsuo memang selalu seperti itu." Hikari membela Tetsuo sambil tertawa pelan. Reina hanya mendesah kesal karena kebiasaan Tetsuo itu.

Tetsuo saat ini memimpin jalan sambil terus melihat catatan di tangannya. Pandangannya sesekali melihat ke arah deretan rumah-rumah yang terbilang besar.

Langkah Tetsuo berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua dengan warna dasar cream dengan sedikit tambahan warna cokelat. Tetsuo lalu memasuki pekarangan rumah itu dan mulai menekan bel yang terletak di depan pintu rumah berwarna cokelat.

Sekitar dua menit kemudian, pintu besar berwarna cokelat itu mulai terbuka. Setelah sepenuhnya terbuka, tampak dengan jelas seorang wanita paruh baya dengan rambut sebahu yang sedikit bergelombang tengah tersenyum pada mereka bertiga.

"Maaf, apa benar ini kediaman keluarga Takeda?" tanya Reina sopan.

"Iya benar, kalian ini siapa ya? Apa mungkin ada perlu dengan anak saya?" Wanita itu balik bertanya dengan suara yang sangat lembut.

"Tidak-tidak, kami datang ke sini untuk bertemu dengan nyonya Takeda, apa beliau ada di rumah?" tanya Reina lagi.

"Nyonya Takeda adalah saya sendiri." Kata wanita itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Apa kami boleh meminta waktu Anda sedikit?" kali ini Tetsuo yang bertanya.

"Baiklah, silahkan masuk, kita bicara di dalam saja." Tawar nyonya Takeda sambil mempersilahkan mereka bertiga masuk.

Nyonya Takeda lalu memanggil anak perempuannya yang kira-kira berusia 18 tahun. Ia kemudian menyuruh anaknya untuk mengambil minuman dari dapur.

Di sisi lain ada Tetsuo yang serius memperhatikan sebuah gambar besar yang digantung di dinding ruangan itu. Gambar itu tidak lain dan tidak bukan adalah foto keluarga Takeda.

Di sana ada Tuan dan Nyonya Takeda dengan anak perempuan mereka. Keluarga yang sangat harmonis, senyum sumringah tampak terukir di wajah mereka bertiga.

"Sangat disayangkan, masalah serumit ini bisa terjadi di keluarga yang terlihat sangat harmonis," gumam Tetsuo dengan raut wajah yang tampak prihatin.

Reina lalu menatap Hikari dengan tatapan bertanya kau-tahu-sesuatu, tapi Hikari hanya menggeleng karena tidak mengetahui apa yang dipikirkan Tetsuo.

Setelah anaknya ke dapur, nyonya Takeda lalu mempersilahkan Tetsuo, Reina, dan Hikari untuk duduk.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya Nyonya Takeda dengan suara lembutnya.

"Maaf sebelumnya, apa kami boleh tahu sedikit tentang Tuan Takeda?" tanya Tetsuo hati-hati.

"Maksud kalian mendiang suami saya?" tanya Nyonya Takeda memastikan.

"Iya. Beliau pernah menjadi kepala sekolah di sekolah kami. Mungkin akan terdengar sedikit lancang, tapi kami ingin tahu lebih banyak tentang beliau." Jelas Tetsuo kali ini terdengar sopan.

"Hm... Kurang lebih saya mengerti. Baiklah, akan saya jelaskan apa yang saya tahu." Balas Nyonya Takeda tidak kalah halus, kemudian ia pun mulai menjelaskan tentang Takeda Eiji.

Another SideWhere stories live. Discover now