"Nah kan, beneran budeg lo."

Lion menepuk bahu Airo dua kali.

"Udah sono minum dulu, kasian gue liat lo kayak abis lari maraton."

"Yeanjing, gue kayak gini juga gara-gara lo."

Lion tertawa ringan lalu menoleh menatap Aira yang kebetulan juga tengah menatap ke arahnya. Lion mengerling jahil menggoda gadis itu.

Aira menggeleng lalu kembali fokus ke layar ponselnya.

"Anjing, sumpah mata gue gak rabun 'kan? Gu gak katarak 'kan? Sumpah sumpah apa gue masih mimpi?" ujar Airo heboh menatap Lion dengan tampang terkejut. Dia baru menyadari perubahan cowok itu.

"Apaan dah, Ro?"

"Lo ngapa jadi kayak gini, udah kayak Ogib."

Tanpa bisa ditahan, tangan Lion terangkat menjitak kepala Airo.

"Tu mulut lo belum pernah disosor sepatu ya? Enak aja lo ngomong."

"Kalo disosor sepatu belum pernah. Kalo cewek mah ... bisa diperhitungkan." Airo menyengir menatap Lion, membuat cowok itu kembali melayangkan jitakannya kepada Airo.

"Pagi-pagi pikiran lo udah ngeres aja, Ro. Belum sarapan lo ya?"

Airo terkekeh sambil mengusap kepalanya yang dijitak dua kali oleh Lion.

Lion berbalik melangkah meninggalkan Airo menuju bangkunya yang berada di barisan paling belakang.

"Eh, tapi gue serius. Lo ngapain dah kayak gini, cupu banget."

Lion berhenti tepat di sebelah mejanya membuat Airo yang mengekor di belakang hampir menabrak cowok itu.

"Apaan dah bego. Kalo berenti ya bilang-bilang dulu."

Lion tidak menanggapi celotehan Airo, dia lebih tertarik dengan sebuah amplop berwarna merah yang diletakkan tepat di mejanya.

"Amplop apaan? Surat cinta ya?"

Setelah mengambil amplop itu Lion menoleh menatap Airo yang sudah berdiri di sebelahnya. Lion mengangkat kedua bahunya bersamaan dan melempar amplot tersebut kepada Airo.

"Eh, lo gak mau buka?" tanya Airo yang sudah memegang amplop tersebut. Lion melepas tasnya yang kali ini terlihat lebih berisi dan meletakkannya di atas meja.

"Gua gak ada waktu buat ngurus begituan," jawab Lion, kini dia berbalik menatap Airo.

"Gue buka ya?"

"Serah lo," ujar Lion tidak peduli sembari melangkah pergi menuju meja Aira.

Saat hanya tinggal beberapa langkah Lion bisa berdiri di samping meja gadis itu, suara bentakan Airo malah menghentikan langkahnya.

"Bangsat!"

Semua yang berada di ruang kelas XI IPA 1 itu menoleh menatap ke arah Airo, tidak terkecuali Lion dan Aira.

"Berengsek nih orang."

Kertas yang berwarna senada dengan amplop tersebut mengerut seiring cengkraman Airo pada kertas itu yang semakin kuat.

"Bego, ngapain sih lo?" sahut Lion yang terlanjur kesal terhadap Airo, bagaimana tidak cowok itu telah menggagalkan rencanannya untuk menutup mata Aira dari belakang.

Lion kembali melangkah mendekati Airo saat dilihatnya rahang cowok itu yang mengeras.

"Apaan dah." Lion yang penasaran mengambil kertas berwarna merah tersebut dari kepalan Airo.

RaLion Where stories live. Discover now