33. Menyelamatkan Tiga Bunga

8.9K 783 87
                                    

Di aula SMA Pelita Bangsa terlihat para siswa yang berbondong-bondong mengisi kursi kosong yang disediakan. Mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII sudah menempatkan diri mereka secara berkelompok sesuai angkatan masing-masing.

Poster dari gambar dua calon ketua OSIS dan wakilnya ditempatkan pada pintu utama yang dilalui oleh para siswa. Beberapa dari pendukung mereka memberikan brosur berisi visi misi dari sang calon pemimpin organisasi tersebut sehingga para siswa bisa menentukan pilihan mereka dengan bijak.

"Kalo lo pilih Lion dijamin sekolah aman, tentram, dan damai," celoteh Fero sambil memberikan tiga lembar brosur kepada tiga kakak kelasnya itu. Fero tersenyum dan menepuk bahu mereka cukup keras, seakan itu adalah sebuah ancaman.

Ketiga kakak kelasnya yang terlihat culun hanya bisa mengangguk pasrah dan melangkah memasuki aula. Memang di sekolahnya senioritas sangat dijunjung tinggi, tapi hal itu tidak berlaku bagi mereka, terlebih bagi Lion yang memang sering menciutkan nyali anak-anak kelas XII, baik cowok maupun cewek.

Melihat aksi Fero, Airo jadi terkekeh. "Mantap coy. Menang banyak kita hari ini."

Tawa keduanya menggelegar, bagaimana tidak? Jika nanti Lion memenangkan posisi ketua OSIS, cowok itu akan meneraktirnya makan di kantin sepuas mereka. Tidak hanya itu, Lion akan memenuhi satu permintaan mereka apa pun itu.

Dari arah luar terlihat Randi yang menenteng tas keresek berisi beberapa botol minuman dingin. Tawa Fero semakin membuncah kala Randi sudah berada di depannya.

"Sabar bro, semuanya akan indah pada waktunya." Gelak tawa mereka kembali terdengar saat melihat Randi yang malah mendengus kesal. Di sini dia kebagian jadi seksi konsumsi untuk teman-temannya karena semalam cowok itu kalah main PS dengan mereka. Jadilah dengan berat hati Randi harus menjadi babu mereka untuk sehari.

Randi melempar tas keresek itu kepada Airo dan langsung ditangkap oleh cowok itu. "Bisa nggak indahnya sekarang aja?"

Mereka kembali tergelak. Namun tak lagi membalas keluhan Randi. Mereka lebih memilih melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat tertunda. Dengan sedikit ancaman dan rayuan mereka membagikan brosur yang masih banyak di tangannya kepada siswa yang baru datang.

Jam sudah menunjukkan jam 4 sore, berarti sekitar 30 menit lagi acara akan dimulai. Pihak sekolah sengaja mengambil waktu sore untuk pemilihan ketua OSIS, mereka tidak ingin menyita waktu belajar siswa, hal itu juga merupakan usulan dari anggota OSIS.

Suasana ramai dan sedikit riuh itu tak sedikitpun membuat rasa kesepian Aira menghilang. Dia justru merasa semakin kosong dan hampa.

Bahkan Nuggy yang sedari tadi berbicara dengannya, membahas tentang apa yang akan mereka sampaikan sebelum pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS berlangsung tak sedikitpun Aira tanggapi serius. Gadis itu hanya mengangguk dan mengembangkan senyum tipis sebagai balasan.

Iris mata cokelat itu malah lebih sering melirik sosok cowok yang duduk tak jauh darinya. Dia sendirian dengan tatapan kosong. Ingin rasanya Aira mendekati Lion. Tapi itu tidak mungkin. Hari ini pasangan Lion adalah Renita, bukan dirinya.

Aira menghembuskan napas berat. Mengingat nama gadis itu saja membuat jantung Aira berdetak meneriakkan kata cemburu berkali-kali.

Di sisi lain, Lion hanya terdiam, menatap kosong ke arah kerumunan teman-temannya yang mulai mengisi kursi kosong di depannya.

Sampai mendekati waktu pemilihan pun Renita belum juga datang. Lion sudah sempat meneleponnya, namun ponsel gadis itu tak aktif. Jadilah dia hanya bisa menunggu gadis itu di sini.

Dari ekor mata, sebenarnya Lion dapat melihat Aira yang selalu menatap ke arahnya. Ingin rasanya dia juga menoleh dan mengembangkan senyum kepada gadis itu. Namun sekuat tenaga Lion menahan diri. Dia tidak ingin membawa Aira dalam kehidupannya lagi. Hidup Aira yang berwarna tidak bisa dia paksa untuk menyesap hidupnya yang kelam dan kelabu.

RaLion Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu