7. Tentang Kebaikan

12.1K 904 80
                                    

Bel masuk sudah berdering sejak 15 menit yang lalu, namun Pak Tano selaku guru Seni yang mengajar di kelas 11 IPA 1 tak kunjung menampakkan kumis hitamnya. Anak-anak lelaki tak seriuh beberapa hari lalu saat Pak Rehan tidak masuk, tentu saja karena si biang keributan sudah hampir seminggu tidak terdeteksi di belahan bumi mana ia menghirup udara, begitupun dengan ketiga temannya.

"Airo sebenernya sekolah nggak, sih, Ra, dari rumah?"

Aira yang tadinya fokus menyalin catatan Sejarah milik Kayla menoleh saat mendapati lengannya disenggol pelan. Ia hanya mengangkat bahu tak acuh dan melanjutkan aktivitasnya. Jujur saja saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah setelah absen tiga hari, hal yang paling Aira hindari adalah pembahasan tentang Lion. Mengingat lelaki itu hanya akan membuat ia malu sekaligus marah setengah mati. Apa yang dilakukannya kemarin tak bisa Aira terima begitu saja.

"Lo masih kesal, ya, sama Lion?"

Zila dan Gita yang duduk di bangku depan lantas menoleh saat mendengar pertanyaan Kayla.

"Siapa juga coba yang nggak kesel, orang dibuat malu kayak gitu." Desis runcing itu ke luar dari bibir Zila, bahkan ia yang terlihat lebih kesal daripada Aira.

"Git, Randi nggak bilang apa-apa sama lo soal dia nggak masuk selama seminggu ini?" Kayla memilih untuk tidak memedulikan ucapan Zila, ia malas jika harus berdebat lagi dengan gadis itu.

"Dia bilang Lion sakit, demi hubungan persahabatannya dia rela nggak masuk buat jagain Lion." Gita menjawab sesuai apa yang Randi ucapkan sewaktu terakhir kali mereka saling hubungi.

"Sakit?" Kayla membeo. "Tapi kok Kak Lintang kayak biasa-biasa aja kalo Lion sakit, dia juga tetap masuk sekolah, kan?" Pikiran Kayla mulai merambat dengan kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi.

"Kak Lintang, kan, kelas dua belas, ya kali aja dia mau fokus belajar, lagian Randi juga bilang mereka nggak di rumah Lion."

"Nggak di rumah Lion?" Kayla kembali membeo, kali ini dengan kening yang berkerut bingung.

Gita hanya mengangguk menanggapi ucapan Kayla, lagipula ia juga tidak tahu banyak soal Lion, Randi terlalu rapat menjaga privasi sahabatnya itu.

"Lo kenapa, sih, Kay? Kayaknya tertarik banget sama kehidupan Lion, sumpah ya itu nggak ada faedahnya sama sekali. Ngapain juga lo repot-repot ngurusin hidup dia?" Zila menatap tak suka kepada Kayla jika sudah membahas tentang Lion, entah mengapa ia sangat sensi bila nama Lion disebut-sebut. "Apa jangan-jangan lo suka sama cowok bengal itu?"

Seketika Aira yang tadi memilih untuk bersikap tak acuh langsung menoleh menatap Kayla, mengamati mimik wajah gadis itu yang mulai memerah. Bukan, bukan karena ia malu atau merasa tertangkap basah, melainkan ada gurat amarah yang tergaris jelas di paras cantik itu.

"Zil, lo itu nggak tahu apa-apa tentang perasaan gue, nggak usah sotoy, deh." Tampak jelas kekesalan dalam nada suara Kayla.

"Ya terus ngapain selama ini lo kayak peduli amat sama dia, setiap apa yang lo bicarain selalu lo kait-kaitkan dengan Lion. Gue curiga dong, jangan-jangan lo naruh hati sama dia." Zila tak kalah kesalnya, ia gemas sendiri, harusnya kalau Kayla suka sama Lion, gadis itu bercerita dengan teman-temannya bukan malah dipendam kayak gini.

"Bukan gue suka sama Lion kayak yang lo kira, gue cuma mau ngelurusin jalan pikiran lo tentang dia, Lion nggak kayak yang kalian nilai selama ini, karena gue tahu Lion bukan cowok kayak gitu."

"Dari mana lo tahu kalo Lion cowok baik-baik? Udah jelas, kan, Lion itu cowok bengal yang nggak tahu aturan, bahkan kemarin lo lihat sendiri bagaimana dia mempermalukan Aira di depan kita, dia nyium Aira tanpa permisi, apa itu yang lo bilang cowok baik-baik?"

RaLion Where stories live. Discover now