11. Lala dan Rasa Sayang

12.7K 876 67
                                    

Tetes demi tetes air mata terus mengalir membasahi pipi Lala, menyingkap kepedihan dalam setiap luka yang ia rasakan. Melihat Lion terbaring dengan kondisi selemah ini, menggugah hati Lala untuk terus bersamanya, menunggu adiknya sampai membuka kelopak mata dan menyapa dunia.

Tangannya menggenggam lembut tangan Lion, menciumnya berkali-kali tanpa peduli jika selang infus masih menempel di sana. Tidak pernah ada yang tahu bagaimana kehidupan adiknya sesungguhnya. Bagaimana masalah yang selama ini Lion pikul sendirian.

Lala terenyuh menatap betapa berat kehidupan Lion selama ini, kehilangan dua orang paling berharga dalam hidupnya ternyata tidak cukup untuk menyiksa adiknya, dan kini kanker harus menggrogoti tubuhnya, kini bukan hanya batin dan jiwanya yang tersakiti, fisiknya pun ikut turut campur tangan untuk menambah penderitaannya.

Sebuah tepukan pelan di pundak Lala tak kunjung membuat perempuan itu menoleh, matanya yang basah masih terfokus menatap wajah Lion yang pucat pasi.

"Kamu makan dulu ya? Dari tadi siang kamu belum makan apa-apa."

Semenjak Kalva memberitahukan Lala tentang penyakit Lion, dia tidak pernah sedetikpun pergi meninggalkan adiknya, dia selalu menggenggam tangan Lion dan berharap agar Lion segera membuka mata.

"Apa kanker hati bisa disembuhkan?" Tanya Lala lirih tanpa menoleh sedikitpun kepada Kalva.

Kalva menghela napas berat, "La...,"

"Aku tanya kepadamu! Apa kanker hati bisa disembuhkan?" Bentak Lala kencang, matanya melotot menatap Kalva dengan nyalang.

"Hati Lion sudah rusak. Aku tidak bisa menjamin apapun, La. Sel kanker mulai menyebar ke organ tubuh lain. Kanker ini sepertinya sudah lama bersarang di tubuh Lion." Tak ingin menambah kemarahan Lala, Kalva terpaksa mengatakan yang sebenarnya.

"Bohong! Kamu becanda 'kan? Selama ini Lion gak pernah mengeluhkan apapun, dia baik-baik saja, dia sehat, kamu pembohong Kalva, kamu gak pernah berubah!" Lala menggeleng, menolak kenyataan yang memang sudah berada di depan mata.

"La...,"

Lala menepis tangan Kalva yang berusaha memegang bahunya.

"Aku tantang kamu untuk menyembuhkan Lion, jika kamu berhasil aku akan memaafkanmu, memaafkan segala yang pernah kamu lakukan ke aku. Termasuk penghianatanmu, bajingan," Kata Lala tajam, dia menghapus air matanya dengan kasar, "Jika kamu tidak bisa, maka menjauhlah dari kehidupanku, jangan pernah tunjukkan batang hidungmu di depanku lagi!"

Kalva terdiam, menatap masuk ke dalam manik cokelat Lala, melihat ketegasan dan keseriusan dalam ucapannya. Hati Kalva bergetar, mata yang dulu menatapnya dengan kelembutan, kini malah menatapnya dengan tajam, menusuknya hingga ke relung hatinya yang paling dalam.

"Apa hanya dengan begitu aku bisa mendapatkan maafmu? Tanpa kamu tantangpun aku akan melakukan apapun untuk kesembuhan Lion, aku dokter dan itu adalah tugasku," tegas Kalva, "Aku tahu kamu terluka dengan semua kenyataan ini, tapi bukan berarti kamu harus tutup mata seperti ini. Kamu harus kuat, La. Lion membutuhkan penyemangat untuk hidup, apa salahnya kamu berperan sebagai penyemangatnya."

Tubuh Lala meluruh, apa yang dikatakan Kalva memang benar, dia tidak seharusnya seperti ini, dia harus kuat demi adiknya. Namun, kenyataan pedih seperti ini telah membuatnya rapuh. Dia takut kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Kalva berjongkok dan memeluk tubuh Lala dengan lembut, "Maafkan aku, La. Aku memang tidak bisa menjanjikan apapun untuk kesembuhan Lion, tapi aku akan mengerahkan semua kemampuanku, aku akan berusaha untuk menyembuhkan Lion. Yang sekarang aku butuhkan adalah kepercayaanmu. Percaya kepadaku kalau aku bisa menyembuhkan Lion."

RaLion Where stories live. Discover now