Chapter - 2. First Meet

6.7K 421 26
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------------

Langkah seorang wanita anggun dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Heels yang melekat di kaki jenjang, jemari lentik dengan cat kuku nude, dan postur tubuh layaknya model Victoria Secret dengan dress maroon, disertai kalung berlian yang melekat di leher jenjangnya.

Ia mengetuk pintu rumah yang telah ia tinggalkan selama bertahun-tahun, perlahan seakan tak ingin melukai punggung tangannya.

Ketika pintu sudah terbuka, tampak seorang pelayan berbaju putih dengan celemek hitam yang terkejut melihat kehadirannya. Bukan, ia terkejut karena penampilannya begitu berbeda seperti model papan atas.

"Nona, Anda sudah kembali?" tanya pelayan itu dengan raut tak percaya. Raut wajahnya kelewat bahagia karena wanita yang lama tidak ia lihat, kini kembali dengan penampilan berbeda.

"Seperti yang kau lihat." Ia tersenyum miring, membentuk beberapa garis di wajah tirusnya. Kakinya melangkah masuk ke rumah yang masih terlihat bersih ketika ia meninggalkannya. Ia ingin tertawa karena pernyataan yang begitu bodoh merasuki kepala. Jelas saja rumah ini masih bersih karena ada pelayan yang membersihkannya.

"Di mana Papa dan Mama?" tanyanya. Matanya menelisik ke setiap interior rumah yang terlihat berbeda. Beberapa lukisan yang sebelumnya tidak terpajang di dinding, kini ada dan dinding yang ia ingat dulunya berwarna kuning, sekarang berwarna abu-abu.

"Mr. dan Mrs. Watson berada di kamarnya, Nona."

"Tolong, panggilkan mereka. Aku ingin bertemu dengan mereka berdua." Ia duduk santai di sofa lalu meneguk segelas air yang telah diberikan. Kerongkongannya terasa lebih baik setelah air yang ia teguk membasahi tekak.

"Baik, Nona."

Beberapa menit menunggu, sepasang suami istri menuruni tangga dan menyapa anak sulungnya. Dilihat wajah mereka yang mulai menua, tapi ia tahu kecantikan ibu dan ketampanan ayahnya tidak akan pernah pudar.

"Ally!" Ibunya merentangkan tangan—bersiap untuk memeluknya. Diletakkannya gelas itu di meja lalu menghampiri keduanya yang menyambutnya penuh bahagia.

Ally Watson, wanita berambut cokelat yang tengah menebar senyum. Setelah kepulangannya dari London banyak yang berubah darinya. Mulai dari gaya bicara, postur tubuh, dan sikapnya. Tidak, ini hanya pelampiasan untuk melupakan masalah yang mengganggunya. Jangan salahkan ia bertingkah seperti jalang kehausan karena percaya atau tidak, ia masih menjaga kehormatannya.

Ketika dua tubuh menyatu dalam pelukan, jeritan kebahagiaan keluar dari mulut mereka.

"I miss you so bad, Ally. Oh my God!" Decca Watson, sang ibu yang tak kuasa menahan air mata karena merindukan sosok anak sulung yang pergi meninggalkannya selama puluhan tahun. Bagaimana ia tidak bahagia ketika penampilan yang ditampilkan sudah seindah ini? Bagaimana jiwa seorang ibu tidak memberontak bahagia ketika melihat putrinya berubah?

"I miss you too, Mom!" Ally mengeratkan pelukan. Ketika ia melirikkan matanya ke arah sosok pria yang tengah tersenyum lebar, ia melepaskan pelukannya pada sang ibu.  

"Daddy, aku sangat merindukanmu!"

"Daddy juga merindukanmu, Sayang." Peter Watson mengeratkan pelukannya sembari mengecup puncak kepala anaknya berkali-kali. Sebagai seorang ayah, ia takjub melihat perubahan putrinya yang berbeda sejak meninggalkan mereka selama belasan tahun. Tapi, melihat bagaimana kesuksesan Ally pada hidupnya, ia tahu ia harus merasa bangga dan senang.

"Di mana, Kakek?" Nada manja itu keluar dari mulutnya. Ia mendongakkan wajah dengan keadaan masih di dekapan sang ayah tanpa berniat melepaskan.

"Dia berada di kamarnya sekarang."

Hopeless [COLIN SHEAN] ✅Where stories live. Discover now