1

86 12 49
                                    

Sudah tercatat 51 kali seorang Zidan terlambat masuk kelas di jam pelajaran pertama. Pak Budi, kesiswaan, sudah berkali-kali memergoki Zidan membolos saat bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Biasanya dia suka bilang-bilang kalau mau bolos, kadang sampai nelepon Pak Budi cuman buat bikin guru kepala empat itu jengkel sama sikapnya.

Dasar memang gila, Zidan pun terpaksa membolos lagi hari ini. Meskipun dia ingin sekali melihat wajah Mara di pagi hari. Namun, masalah kemarin berhasil membuat Zidan sejenak melupakan perasaannya pada Mara.

Nimara Aureel Sya’fi. Siswi kelas 10-4. Absen 23. Gadis beruntung yang bisa dicintai oleh seorang Zidan, murid paling nakal dan nekat.

Walaupun begitu, rata-rata, siswi di SMA Angkasa begitu menyukai Zidan. Alasannya karena; badboy;mirip tokoh-tokoh teenlit kesukaan mereka; famous; tampan dan cute.

Bukan, Zidan bukan most wanted, Cassanova, atau sejenisnya. Dirinya hanya terlalu mencolok.

Satu sekolah tahu Zidan, semua sudah tahu bagaimana tabiatnya. Nggak ada yang berani ngelawan Zidan kalau dia udah kalap. Semua guru, staf tata usaha, kepala sekolah sampai pak RT aja harus turun tangan kalau sudah mendengar berita Zidan ngeroyok anak SMA Dirgantara.

Zidang memang imut. Beneran imut. Semua nggak bisa menepis kenyataan itu, palingan keseleo dikit gara-gara kenakalannya.

Berhubungan soal Cassanova SMA Angkasa, kayaknya Aji lebih cocok.

Aji itu rajin, soleh, ramah, tampan, tajir, disanjung guru dan teman, Pak RT juga. Apalagi dia kandidat Ketua OSIS selanjutnya. Tanpa pikir panjang, semua udah tahu siapa yang menang dan yang pantas disebut most wanted.

Mara juga menyukai Aji. Lebih tepatnya mengagumi. Aji udah kayak paket komplet. Kekurangan Aji, menurut Mara, cuman satu, nggak kenal Mara dan nggak bisa balas perasaan Mara.

Mara bukan tipe cewek agresif yang ngejar-ngejar cowok. Mara lebih suka menunggu, tapi sayang saat Mara rajin-rajinnya menunggu, yang dateng malah anak berandalan. Iya, Si Zidan.

Zidan memang nggak suka nunjukkin kalau dia punya perasaan pada Mara di depan banyak orang. Dia nggak suka pamer kayak Egi—temennya yang suka ngejar terang-terangan—soal wanita. Dia lebih suka diam-diam.

Mara sendiri udah tahu Zidan lagi ngincar dia, tapi Mara pura-pura nggak tahu. Tiap Mara dan teman-temannya ke kantin, Zidan selalu ada di sana.

"Ra, Ra. Liat, Kak Zidan." Temennya, Via, yang suka recok dimana-mana, udah kesekian kalinya bilang gitu.

"Ya, terus?" Mara berusaha tidak acuh. Walaupun nyatanya sulit mengalihkan pandangan dari Zidan. Apalagi menyembunyikan rona merah di kedua pipinya.

"Tadi nyariin, udah ada malah nyuekin, dasar cewek," goda Dimas. Dia temen baik Mara. Nggak kok, nggak akan cinlok sama Mara. Dimas ini terlalu gemulai.

"Tangan lo biasa aja, Dim. Gue gebek juga lama-lama." Desti melotot tajam. Nah, dia bisa dibilang pengawalnya Mara, Via dan Dimas.

"Idiw. Galak amat."

Desti emang suka ngotot kalau apa-apa. Ngisi ulangan aja dia ngotot. Ngotot minta jawaban ke Dimas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cute Senior [ON HOLD] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang