18 | Between

109 6 12
                                    

Malam ini Asya kembali duduk di meja belajarnya seperti sore tadi. Apa yang dilakukannya juga sama, tidak berbeda dengan sore tadi. Dia masih saja bertukar pesan dengan Nevan sambil sesekali tersenyum jika ada hal yang membuatnya lucu.

Nevan FA : Gue tlpn y?

Hampir saja Asya membalas pesan Nevan jika tidak ada yang tiba-tiba bersuara di belakangnya sehingga membuatnya kaget. Sebenarnya dari suaranya pun Asya sudah tau siapa orang yang berada di belakangnya. Makanya sontak Asya langsung menutup ponselnya dengan telapak tangannya.

"Ngapain lo?" tanya Alvin dengan tatapan menyelidik sambil berjalan pelan untuk bisa berdiri di samping Asya yang sedang duduk.

Mungkin karena keasikan Asya menatap layar ponselnya sehingga dirinya tidak menyadari sama sekali kedatangan Alvin ke kamarnya.

"Hah? Eng ... enggak."

"Siniin hp lo!"

Asya masih saja tidak mau memberinya kepada Alvin dan masih menutupi ponselnya dengan telapak tangannya. Sehingga membuat Alvin harus menarik tangan Asya yang menutupi ponselnya agar dia bisa mengambilnya. Di saat mereka masih saja memperebutkan ponselnya. Tiba-tiba ponsel yang di pegang Asya berbunyi. Sontak saja itu langsung mengalihkan perhatian Alvin yang semula sibuk menarik tangan Asya kini matanya melirik ke layar ponsel Asya. Di sana tertera nama Nevan FA yang sedang melakukan panggilan kepada Asya.

Asya yang kaget karena Nevan menelponnya di saat yang tidak tepat. Sehingga membuatnya lengah dan itu menjadikan kesempatan Alvin untuk mengambil ponselnya. Tidak perlu berbasa-basi langsung saja Alvin mengangkat panggilan Nevan.

"Ngapain hubungi Asya malem-malem? Gak ada kerjaan lo? Gak usah telepon-telepon!" bentak Alvin tidak membiarkan Nevan berbicara sepatah kata pun dan langsung memutuskan panggilannya.

"Nih!" Alvin menyerahkan ponselnya ke atas meja tepat di depan Asya. "Tidur! Bukan teleponan! Awas aja sampe gue liat lo masih mainin hp lo!" lanjut Alvin dengan nada ketus dan langsung berjalan keluar dari kamar Asya.

Asya mendengus kesal dengan kelakuan Alvin, terlebih lagi Alvin memarahinya. Jika bukan abangnya sudah dia cincang-cincang Alvin. Hanya saja dia tidak berani melakukan itu dengan abangnya sendiri atau bahkan dengan orang lain. Itu hanyalah khayalannya saja karena sudah kesal dengan perlakuan Alvin.

***

"Widih ... mentang-mentang suara bagus. Sok-sokan nyanyi di sini lo!" ledek Dena menjitak kepala Alvin setelah sampai di kantin bersama Asya. Sontak saja Alvin bernyanyi sambil melotot kearah Dena yang langsung menjauhi Alvin sambil memeletkan lidahnya.

Saat ini Alvin memang sedang menyanyikan sebuah lagu Imagination dari Shawn Mendes diiringi dengan alunan suara gitar yang dimainkan Nevan sembari menunggu pesanan mereka datang.

"Gitar siapa, nih?" tanya Dena menunjuk gitar yang dimainkan Nevan. "Tumben lo bawa gitar, Van?"

"Bukan gitar gue."

"Gitar si Ucup," sahut Eki asal melanjutkan ucapan Nevan.

"Sembarangan lo, Ki. Ganti-ganti nama orang." Nevan menjawab sambil memainkan gitarnya. "Gitar si Alex. Gue cuma minjem doang," lanjutnya membuat Dena mengangguk-anggukan kepalanya.

"Jauh amat nama Alex diganti jadi Ucup," gumam Asya dan didengar Eki yang hanya dibalasnya dengan tertawa.

"Lo mau pesan apa, Sya? Biar gue yang pesanin." Dena menyenggol lengan Asya yang duduk di sampingnya.

"Gue aqua aja satu sama nasi goreng ya, Den." Asya menjawab sambil memperhatikan Alvin yang sedang asik bernyanyi dan sesekali Nevan juga ikut menyahut mengiringi Alvin sambil memainkan gitarnya.

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang