11 | Between

144 13 6
                                    

Ada jeda sedikit sebelum Alvin melanjutkan ucapannya. Perlahan Alvin menarik nafas dan menghembuskannya. Sedangkan Asya sudah mulai deg-degan takut apa yang akan diucapkan Alvin akan memalukan dirinya.

"Gue mau menyanyikan sebuah lagu. Ya... walaupun suara gue pas-pasan atau bisa dibilang nggak ada merdu-merdunya."

Asya menepuk jidatnya sendiri dan mulai melepaskan tangannya yang masih digenggam erat Alvin. "Vin, udah deh! Gue mau turun! Nggak usah malu-maluin!"

"Nggak! Kan, lo yang minta sendiri. Gue gak boleh ninggalin lo. Jadi lo harus tetap di sini sama gue." Bisik Alvin semakin menggenggam erat tangan Asya.

Alvin mulai menyanyikan sebuah lagu favorit-nya bersama Asya yang berjudul Show You - Shawn Mendes diiringi dengan riuh tepuk tangan dan sorak sorai penonton.

"Woy! Turunkan curut! Turunkan curut!" teriak Eki dari bawah panggung sambil mengangkat-angkat tangannya layaknya orang sedang berdemo.

Alvin masih bernyanyi hingga reff pertama dia masih menggenggam tangan Asya sambil mengayunkan tangannya perlahan. Asya yang tadinya begitu tegang mulai sedikit rileks.

Hingga reff kedua Alvin mulai mengajak Asya bernyanyi bersama. Perlahan Asya mulai membuka mulutnya untuk bernyanyi bersama Alvin. Asya hanya bernyanyi pelan bahkan sangat pelan. Alvin menyodorkan mikrofon tepat ke mulut Asya yang dibalas Asya dengan ogah-ogahan. Walaupun mikrofon ditangan Alvin, tetapi suara Asya ikut terdengar juga yang membuat penonton semakin berteriak. Mungkin mereka melihat Alvin dan Asya pasangan yang begitu romantis dipanggung berdua, bergandengan tangan, dan bernyanyi bersama.

Tidak dapat dipungkiri, suara mereka memang merdu. Hal ini dikarenakan suara mereka mewarisi eyangnya yang memang mantan seorang penyanyi. Suara Alvin memang serak-serak kering. Eh maksudnya serak-serak basah. Tapi jika didengarkan suaranya cukup bagus dan enak didengar. Sedangkan suara Asya, suaranya merdu dan lembut. Siapa pun yang mendengar mungkin sudah akan terhanyut dengan suaranya.

Setelah selesai bernyanyi mood Asya kembali lagi, kesal karena Alvin menggiringnya ke panggung. Asya berdecak kesal sambil mengomel panjang kali lebar setelah keluar dari wahana tersebut.

"Vin, sekali lagi ya gue bilang. Gue nggak suka lo main narik-narik tangan gue! Malu-maluin tau. Itu tuh di depan orang banyak, satu angkatan nonton, bahkan ada orang lain juga! Lo bisa nggak, sih? Nggak usah lagi maksa-maksa gue!"

"Udah ngomelnya?" tanya Alvin masih terlihat santai. Sepanjang jalan Asya terus-terusan mengomel panjang kali lebar yang membuat Alvin jengah sendiri.

"Ih...lo mah nyebelin! Malu-maluin! Nggak tau malu! Lo kan tau gue, Vin? Gue tuh nggak suka di depan orang banyak. Di tonton semua orang lagi!" Asya mulai menangis mengungkapkan kekesalannya.

"Asya. Lo sendiri kan yang bilang? Kalo lo udah mulai berubah. Lo udah mau temanan sama yang lain. Apa salahnya gue, sih? Gue cuma mau lo itu gak menutup diri sama orang lain lagi!"

"Iya, gue tau! Tapi gue nggak bilang semua orang, Vin. Gue kan cuma bilang gue udah mulai terbuka sama teman sekelas gue, bukan satu angkatan!"

"Terserah lo!" Alvin pergi meninggalkan Asya yang terdiam.

Tidak biasanya jika bertengkar Alvin meninggalkannya seperti ini. Biasanya Alvin jarang membalas kemarahan Asya dengan marah-marah juga. Tapi sekarang? Alvin meninggalkannya yang sedang menunduk kecewa.

Mungkin Alvin sudah mulai lelah dengan Asya yang tetap saja menutup diri di depan orang lain. Bukannya Alvin ingin mempermalukannya di depan panggung. Tapi apa salahnya jika Alvin mengajaknya bersenang-senang dengan banyak orang. Lagi pula penonton tadi terlihat senang dan bertepuk tangan. Bahkan MC yang mengajak mereka bernyanyi mengatakan suara Asya dan Alvin memang bagus. Tapi, kenapa Asya malah memarahinya hanya dengan masalah sepele? Mengomel di depan banyak orang, apalagi di depan teman-temannya. Alvin saja tidak pernah memarahinya di depan banyak orang, hal itu yang sangat Alvin jaga. Pantang baginya marah-marah di depan banyak orang. Itu sangat memalukan, memalukan dirinya yang marah-marah dan juga memalukan orang yang dimarahinya. Bahkan dikeluarganya pun tidak ada yang seperti itu, hal itu mereka anggap sesuatu yang tidak sopan sama sekali.

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang