5 | Between

181 20 7
                                    

"Wihh Dena, aduhai. Makin cantik aja tuh cewek. Tapi ya, cantik-cantik kok malah teriak-teriak gitu. Dasar kagak ada malu-malunya tuh cewek." Ucap Eki yang didengar Asya.

"Eh Sya tumben lo ke kantin? Kemaren-kemaren aja gue ngajak gak pernah mau. Sebuah keajaiban banget ini mah. Perlu bikin acara syukuran gue!" Cerocos Dena setelah sampai langsung duduk disebelah Asya dengan senyum sumringah.

"Iya Den. Tadi mama gue gak bawain bekal."

Bekal? Masih zaman bawa bekal? Batin Nevan.

"Gue makan di sini aja ya," izin Dena pada Asya tanpa melirik Alvin yang sudah melotot kearahnya. "WOY, GUE PINDAH MAKAN DI SINI YA!" teriak Dena lagi dan lagi kepada teman yang duduk semeja dengannya tadi, lalu membawa baksonya yang tinggal setengah itu menuju meja Asya.

"Bener-bener nih mulut cewek jadi-jadian perlu gue masukin ratusan marmut kali supaya bisa diam!" Gumam Alvin.

***

Sepulang sekolah Alvin menepati janjinya membelikan Asya sepuluh novel plus tambah lima novel gara-gara tadi memaksa Asya ke kantin. Jika tidak dituruti, Asya pasti ngamuk tidak jelas sampai rumah. Mengadu pada mamanya kalo, 'Abang jahat ma, masa cuma buat beliin novel aja gak mau? Padahal kan duitnya banyak dikasih bunda sama ayah.'

Asya memang menganggap bunda dan ayah Alvin sebagai orang tuanya juga. Sama halnya dengan Alvin. Itulah sebabnya mereka begitu dekat, sudah seperti saudara kandung.

Sekarang sampailah sudah mereka di toko buku. Tokonya cukup luas, dan di sana sering sekali diadakan sale. Makanya Alvin selalu membawa Asya ke toko itu. Kan lumayan bisa hemat dikit. Pikir Alvin. Asya turun dari mobil dengan semangat meninggalkan Alvin yang masih belum keluar dari mobil.

"Ya Allah, ampuni adek hamba. Karna kalo morotin hamba emang gak pernah tanggung-tanggung." Alvin berbicara sendiri sambil menengadahkan tangan layaknya orang yang sedang berdoa. "Amin" ujarnya.

Alvin turun menyusul Asya yang sudah masuk ke toko buku.

"Lama amat lo keluar?" Omel Asya setelah melihat Alvin berada di sampingnya.

"Tadi lagi taubatan nasuha Sya." Alvin celingukkan melihat-lihat buku yang berada di depannya.

"Hah? Sehat lo?"

"Udah gak sehat lagi gue Sya, besok juga kayaknya gue bakal isdet" ucap Alvin dengan wajah yang dibuat-buat sesedih mungkin. "Jadi... sedih" lanjut Alvin

"Jangan mati dulu Vin, dosa lo masih bejibun. Benerin dulu baru mati." Asya menjawabnya dengan enteng sambil berjalan masuk ke toko.

"Sialan lo !" teriak Alvin. Alvin ganteng mesti sabar. Ucapnya dalam hati lalu mengikuti Asya yang sudah cukup jauh dari depannya.

Saat Alvin melihat Asya dari kejauhan matanya terlonjak kaget. Baru juga masuk Asya sudah memegang lima buku novel.

Alvin berjalan mendekati Asya yang masih asik memilih-milih novel. "Sya, lima aja udah banyak tuh novel mana tebal-tebal semua lagi. Lo yakin bisa baca itu semua?" Alvin geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya.

"Bisa kok. Satu novel itu udah gue target bacanya sehari, yaa paling lama dua hari doang." Jawab Asya enteng sambil mengangkat bahunya berjalan memilih-milih novel yang lain.

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang