15 | Between

122 11 6
                                    

Asya membaca novel sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi yang berada di kamarnya. Walaupun matanya sekarang sedang mengamati novel yang sedang dipegangnya. Tapi sebenarnya pikirannya masih dihantui dengan kejadian tadi siang saat dia berada di sekolah. Pikiran yang sedari tadi mengusiknya hingga membuat dia tidak bisa fokus sama sekali.

Karena sudah tidak tahan lagi. Asya berjalan keluar rumah menuju rumah Alvin. Dia harus menceritakannya kepada Alvin dan meminta pendapat Alvin mengenai masalah Nevan yang meminta Id Line dirinya.

Asya memang belum memberi tau Nevan Id-nya. Dia beralasan bahwa dia juga lupa apa Id-nya. Ya Asya memang tidak berbohong, dia tidak tau karena yang membuatkan akunnya dulu Alvin. Semua sosial media yang dimilikinya memang Alvin yang membuatnya bukan dia. Asya sendiri sebenarnya memang tidak tertarik sama sekali mempunyai akun sosial media makanya dia jarang sekali menggunakannya. Jangankan untuk menggunakan sosial media.

Memakai ponselnya saja dia jarang sekali, mungkin hanya seminggu sekali ataupun lebih. Dia juga bahkan sering kehilangan ponselnya karena sikap ketidak pedulian yang menaruhnya asal serta tidak mencarinya. Berbeda sekali memang dengan anak yang zaman sekarang tidak bisa jauh dari ponsel. Sedetik saja jika tidak melihatnya mungkin akan gelagapan sendiri.

Bagaimana pun juga, Asya tidak berani asal memberi kontaknya kepada orang lain. Meski Nevan juga sekarang temannya.

Asya hanya khawatir dibalik semua itu Nevan mempunyai niat terselubung. Bisa saja Nevan akan melakukan tindak kejahatan dengannya. Zaman sekarang memang susah mempercayai orang disekitar kita. Ada yang di luarnya baik di depan kita tapi dalamnya fake. Ada juga yang di luarnya terlihat biasa-biasa saja di depan kita tapi sebenarnya peduli kepada kita.

Ah sekarang memang susah membedakan mana yang benar-benar teman dan pura-pura teman. Sering kali Alvin mengingatkan kepadanya bahwa berteman dengan siapa pun boleh saja, tidak akan ada yang melarangnya. Tapi harus tetap waspada. Jika kelakukan teman kita tidak baik jangan pernah sekali pun mengikuti jejaknya. Biarkan saja mereka tidak baik yang penting kita tidak mudah terpengaruh.

Itulah sebabnya Asya akan menceritakan kepada Alvin dan meminta pendapatnya. Apakah dia harus memberikan Id-nya atau pun tidak.

Asya menghampiri laki-laki yang sudah diduganya bahwa itu Alvin sedang duduk membelakanginya menghadap keluar jendela.

"Vin, gimana nih? Tadi waktu di sekolah Nevan minta Id line gue."

Yang diajak bicara hanya diam saja mendengarkan. Tidak berniat sama sekali menyahut ucapan Asya. Asya yang tidak sadar pun masih tetap mengajaknya berbicara.

"Menurut lo? Gue kasih apa gak? Gue takut aja kalo misalkan gue kasih, takutnya dia ngapain gitu, gue takut dia punya niat gak baik." Asya duduk di ranjang Alvin, sambil berkata "lagian kenapa dia gak minta ke lo, sih? Kalo sama lo kan, lo bisa ngasih keputusan buat ngasih tau Id gue atau enggak. Kalo sama gue mah mesti nanya lo dulu!" Asya berdiam sejenak, kemudian melanjutkan ucapannya sambil memicingkan mata. "Jangan-jangan si Nevan takut ya sama lo?"

Asya baru sadar kenapa laki-laki yang duduk di depannya tidak menyahut sama sekali? Biasanya Alvin langsung marah-marah tidak jelas jika ada laki-laki yang berani meminta kontak Asya. Tapi sekarang dia melihat Alvin masih tetap diam duduk membelakanginya.

"Lo denger gue gak, sih?" tanya Asya berdiri menarik baju laki-laki yang membelakanginya sambil merengek.

Laki-laki yang sedari tadi duduk pun akhirnya membalikkan badannya karena bajunya ditarik-tarik kencang.

Mata Asya langsung terbelalak setelah melihat siapa yang ada di depannya. "Kok, lo? Lo ... ngapain ... di sini?" Asya menelan salivanya dengan susah payah serta mulut yang tergagap-gagap saat berbicara.

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang