Lonceng Keselamatan Dena

1.1K 57 2
                                    


"Jadi, sebenernya... sebenernya... Akh! Gue belum siap cerita!" setelah mengucapkan kata-kata laknat -menurut Caca- itu, Dena dengan seenak hatinya pergi meninggalkan ketiga temannya.

Dena berlari menuju kelasnya sendirian. Dia tidak peduli terhadap teman-temannya yang mungkin akan kesal atas sikapnya tadi.

'Bukh'

Tepat dibelokan koridor menuju kelasnya, tanpa disengaja Dena menabrak sesuatu atau lebih tepatnya seseorang.

"Sorry!" ucap Dena berbalik sambil berjalan mundur. Dena berbalik kembali hendak melanjutkan perjalannya. Tapi sebelum itu terjadi orang yang paling ingin dihindarinya di sekolah ini tepat berada di depannya. Bahkan tubuh mereka sempat bersentuhan.

"Anjirrr!!" mundur, mundur, ke kanan, lari! Tak ada kata maaf yang keluar dari mulut Dena. Dia terlalu takut berhadapan dengan orang itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Rio.

'Tling'

Kaki Rio menendang sesuatu yang bergemerincing nyaring. Dia menunduk untuk mengambil benda tersebut. Begitu dia mengetahui benda apa itu, senyuman menawan seketika terpatri di wajah tampannya.

"Bahkan kamu masih menyimpan benda ini. Semoga beberapa hari kedepan kamu nggak bakal terluka, karena aku mau meminjam benda ini sebentar saja. Aku terlalu rindu sama kamu, Den." Rio mengeluarkan kalung yang tersembunyi dibalik seragamnya dan menggantungkan benda itu disana dengan senyuman menawannya yang semakin mengembang dan berhasil memikat gadis-gadis yang melirik-liriknya sedari tadi.

***

Sesampainya di rumah Dena langsung melemparkan diri ke atas kasurnya. Dia hanya termenung menatap langit-langit kamarnya, sibuk memikirkan bagaimana dia bisa tenang bila harus satu sekolah dengan Rio. Akhirnya dia memutuskan bangkit dan beranjak menuju kamar mandi yang terletak di kamarnya. Dia melepas satu persatu seragam hingga kalung yang melingkar manis di lehernya. Dia merasa ada yang aneh. Suara yang harusnya selalu ia dengar ketika melepaskan kalung kesayangannya itu kini tak terdengar lagi.

"Aduh! Lonceng! Dimana loncengnya?!" Dena mulai menggeledah seisi kamar mandi hingga kamarnya tapi tak membuahkan hasil. Akhirnya dia kembali ke kamar mandi untuk melanjutkan acara yang sempat tertunda tadi dengan air mata yang menetes dari mata indahnya.

***

Keesokan harinya Dena pagi-pagi sekali sudah sampai di sekolah. Ia lantas menelusuri jalan yang dilaluinya kemarin. Sayangnya benda yang dicari-cari tak kunjung ia temukan. Bahkan ia sampai mencari di tanaman-tanaman di depan perpustakaan.

'Srett'

"Akh! Aduh berdarah!" tak sengaja punggung tangannya tergores ranting hingga mengeluarkan darah, tapi ia mengabaikan lukanya dan melanjutkan pencariannya.

'Teett'

Bel tanda masuk kelas berbunyi tapi Dena belum juga menemukan loncengnya. Akhirnya dia memutuskan kembali ke kelasnya dengan air mata yang menetes perlahan.

***

"Yaampun, Den! Lo kenapa?!" tanya Caca shock melihat temannya datang dengan berderai air mata. Mendengar teriakan Caca sontak May dan Anya yang tadinya mengobrol langsung menoleh dan menghampiri Dena di bangkunya.

"Den, lo kenapa Den?" tanya Anya khawatir.

"L-lonceng hiks.. Lonceng gue hilang huwaaa" tangisan Dena semakin kencang.

"Loh, kok bisa hilang sih? Kapan hilangnya? Lo udah cari di kamar lo?" tanya May penasaran.

"Yaampun, Den! Tangan lo berdarah!" Anya terkejut begitu melihat darah di tangan Dena.

"G-gue udah cari dikamar guea hiks.. tapi gaada. Gue nyadar hiks.. lonceng gue hilang kemarin sore hiks.. Tadi juga gue udah hiks.. keliling sekolah nyarinya hiks.. tapi tetep gaada hiks.." ucap Dena menjelaskan masih sambil terisak.

"Udah-udah, jangan nangis lagi ya. Entar kita bantuin nyari kok! Pasti ketemu! Lo gausah khawatir ya! Sekarang ayo kita ke UKS. Kita obatin tangan lo dulu." ucap Caca menenangkan dan hanya dibalas anggukan oleh Dena.

***

"Gimana? Ada gak di kantin?" tanya May pada Anya dan Caca.

"Gak ada." Jawab Anya

"Disini juga gak ada. Terus kita nyari kemana lagi dong?" ucap Dena mulai frustasi karena loncengnya tak kunjung ditemukan. Jika itu hanya lonceng biasa mungkin Dena akan merelakannya hilang begitu saja. Tapi masalahnya lonceng itu adalah pemberian kakeknya saat ulang tahunnya yang ke 8 tahun. Lonceng itu merupakan jimat keselamatannnya, karena dulu Dena sangat sering jatuh dah terluka kemudian dia akan menangis mencari kakeknya. Sampai akhirnya kakeknya memberikannya lonceng itu dan mengatakan lonceng itu akan melindunginya saat kakeknya tidak ada. Seperti sugesti akhirnya Dena sudah jarang terjatuh dan terluka dan dia percaya itu semua karena lonceng pemberian kakeknya. Hingga 3 tahun kemudian kakeknya meninggal karena serangan jantung. Dena sangat terpukul waktu itu hingga tidak mau bersekolah selama seminggu. Lonceng itu adalah kenang-kenangan paling berharga dari kakeknya. Oleh sebab itu dia tidak mau kehilangan loncengnya itu.

"Mungkin gak sih tuh lonceng nyangkut dimana gitu. Kemarin lo ngerasa ada nyangkut atau nabrak sesuatu gak sih, Den?" tanya May.

"Gak ad-Rio.." ya, kemarin dia menabrak Rio.

***

Nah yooo.. jangan-jangan loncengnya diambil Rio. Btw Rio siapa ya, sampe Dena takut ketemu dia? Penasaran dengan kelanjutannya? Ditunggu yaa.. Dan sorry kalo ngerasa ini terlalu pendek. Sengaja dipotong sampe situ aja dulu. Doakan ide mengalir dengan lancar maka gue bisa segera update. Jangan lupa vote and commentnya yaa. Gomawo cingu!! Anyong^^


OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang