Surat #1 : Kedamaian

41 7 0
                                    

Manusia tidak pernah berhenti untuk saling menghancurkan, bukan?

Mengelaklah, marahlah, menyangkallah, namun fakta tidak akan pernah bisa berbohong.

Aku tahu itu. Aku kenal kalian dengan sangat, sangat baik. Sejak awal, rasa rakus telah menjadi salah satu sifat dasar kalian. Kalian tidak pernah puas. Tidak akan pernah.

Bahkan jauh sebelum kalian, manusia purba telah belajar untuk membentuk kelompok-kelompok dan saling mengasingkan satu sama lain. Mereka menciptakan pemerintahan, peradaban, teknologi, bahkan penemuan. Namun, kalian para manusia tidak akan pernah bisa menciptakan satu hal.

Kesatuan yang tetap.

Ya, kalian telah membacanya. Aku tidak membicarakan tentang kesatuan saja, namun aku membicarakan kesatuan yang tetap, bertahan lama, dan terus berlangsung.

Dan bukan, aku bukan sedang membicarakan kesatuan satu negara saja, melainkan kesatuan seantero bumi.

Kalian lihat? Konsep negara itu sendiri telah memecah-belah kalian menjadi beberapa kelompok.

Maaf, maksudku beberapa kelompok yang berdasar kepada hukum yang kalian buat sendiri.

Kalian pikir itu berguna? Tidak.

Baiklah, kalian katakan negara-negara telah bersatu sekarang dan berusaha menciptakan kedamaian.

Dengan berperang?

Apakah itu yang disebut berusaha menciptakan kedamaian? Karena kalian akan tampak sangat konyol di hadapan yang lain.

Aku telah mengawasi kalian selama berabad-abad dan menemukan bahwa kalian adalah sebuah makhluk yang luar biasa nan hebat, namun di satu sisi kalian terlalu berkuasa.

Kalian tahu, kalian memiliki dua perang yang sangat dikenal, Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Belum lagi jika kusebutkan perang-perang lainnya seperti Perang Dingin, Perang Revolusi, Perang Salib, dan Perang Saudara, serta masih banyak lagi. Bahkan perang untuk meraih kemerdekaan. Kalian berperang untuk sesuatu yang telah berada di dalam genggaman kalian, dan dengan berperang kalian melepaskan sesuatu itu.

Kedamaian. Kalian melepaskannya begitu saja dan berperang deminya. Apa kalian ini telah kehilangan akal kalian?

Mengapa? Ini semua kembali ke poinku tadi, kalian tidak akan pernah puas. Selalu saja ada alasan untuk kalian saling menghancurkan dan saling menduduki satu sama lain.

Aku tidak menyalahkan kalian manusia-manusia yang mendambakan kedamaian dan bergerak dengan benar, seperti dengan memberi dan melakukan aksi sosial yang membantu yang lain dalam kesusahan. Namun, aku mengutuk kalian yang mendambakan kedamaian dan berusaha mencapainya dengan saling menghancurkan.

Lebih baik kalian mati saja.

Begini, aku telah melihat perubahan kalian selama kurun waktu dua ribu tahun belakangan, dimulai pada hari pertama Setelah Masehi. Aku telah melihat kemajuan kalian, kemunduran kalian, kehancuran kalian, dan bangkitnya kalian. Aku telah melihat betapa banyaknya nyawa yang melayang akibat memperjuangkan kepentingan satu nyawa saja. Aku telah melihat ketidakadilan, korupsi, siasat, penggulingan kekuasaan, dan tentunya aku telah melihat siapa yang sebenarnya benar dan siapa yang sebenarnya salah. Siapa yang diam dan siapa yang bergerak. Siapa yang memadamkan dan siapa yang menyulut.

Aku telah melihat kalian semua, dan semua sejarah kalian. Dan harus kuakui, kalian masih bisa bertahan jika saja kalian dapat saling mengerti.

Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan sekarang, namun aku tahu apa yang terbaik untuk kalian.

Kalian berbohong, bercerita, dan menyebarkan kisah-kisah yang kalian anggap sebagai dasar dari segala sesuatu. Namun, pada kenyataannya, kalian sendiri tidak tahu apa dasar dari manusia.

Lalu, kalian akhirnya tahu apa itu keserakahan yang menjadi salah satu dasar kalian, namun kalian tetap saja keras kepala dan tidak berusaha memperbaiki dan memahami keserakahan kalian.

Akhirnya pada suatu titik kalian mengerti keserakahan kalian, namun kalian tetap keras kepala dan tetap saling menyerang dan saling menghancurkan.

Aku tidak menyalahkan kalian, lagipula keserakahan tidak akan pernah berharmoni dengan kedamaian.

--BUMI, TIGA JUTA TAHUN DARI SEKARANG. []

GlobeWhere stories live. Discover now