Bab 12

3.4K 368 68
                                    

Rafael sedang mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit ketika melihat Annalesse sedang berjongkok di depan sebuah toko yang sudah tutup.

Ia mengerutkan keningnya. Sedang apa dia di sini? Apa ia menangis? Lalu, kenapa pakaiannya berbeda dengan tadi siang? Bukankah tadi ia pergi bersama..siapa? Jarvis? Jafar? Ah entahlah.

Tanpa pikir panjang, Rafael langsung menghentikan mobilnya dan tanpa pikir panjang turun dari sana dan menghampiri Annalesse.

Ia berusaha menghibur gadis itu dan ketika gadis itu memeluknya ia sedikit terkejut. Tapi, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya.

Ia merasa senang dapat memeluk gadis itu, tapi ada hal lain yang mengganjal di hatinya. Karena ingin membuktikan teorinya itu, ia semakin mengeratkan pelukannya dan menepuk punggung gadis itu.

Membiarkan Annalesse merasa senyaman mungkin berada di dekatnya mungkin merupakan ide yang paling baik untuk saat ini.

●●●

Abigail mengusap matanya, ia lalu memandang sekeliling. Perpustakaan sudah sepi, hanya ada satu-dua orang di sana.

"Kau sudah bangun?"

Abigail menoleh dan menatap Javier yang berada di sebelahnya. Ia lalu menguap pelan sambil mengusap matanya. "Berapa lama aku tidur?"

Javier menggedikkan bahu, "Aku tidak menghitungnya." Ucapnya sambil tersenyum. "Apa kau lapar? Ini sudah waktunya makan malam."

Abigail melihat jam tangannya dan rupanya Javier benar. Abigail lalu tersenyum. "Ada rekomendasi restoran yang enak?"

"Kusarankan kau makan Fettucini." Ujar Javier sambil menyeringai kecil ketika teringat akan igauan gadis itu tadi.

"Memang ada apa dengan Fettucini?" Abigail mengerutkan keningnya bingung.

Mendengar pertanyaan Abigail, Javier tertawa.

"Selalu ada rekomendasi untuk restoran yang enak di sini. Sebab kita berada di London."

●●●

Annalesse menatap kosong keluar jendela. Saat ini dia dan Rafael sedang berada di dalam mobil pria itu. "Jadi kenapa kau menangis?"

Annalesse menoleh dan menatap pria itu lalu menggeleng pelan.

Rafael memberhentikan mobilnya di pinggir jalan dan menatap Annalesse lama sebelum akhirnya bertanya. "Apa karena Javier Fransesco?" Melihat Annalesse yang hanya diam saja ia kembali berkata. "Apa pria itu mencampakanmu?"

Annalesse hanya menggeleng, "Tidak ia tidak mencampakanku. Karena dari awal ia tidak pernah mencintaiku." Katanya sambil tersenyum hambar.

Rafael mengerutkan keningnya. Bingung. Itu aneh, karena dari gelagat yang ia lihat, Rafael yakin sekali bahwa ia mencintai Annalesse, tadi juga ia datang bersamanya ke kantor Paul Vessalius. Tiba-tiba Rafael menyadari ada sesuatu yang ganjil.

"Tunggu, tadi siang kau ada di mana?" Rafael menatap Annalesse lama. Jika dugaannya benar, maka Annalesse tidak akan mengatakan bahwa ia ada di kantor ayahnya.

Annalesse melebarkan mata dan menunjuk diri sendiri, "Aku? Aku ada di universitas."

Rafael terkejut. Walau ia sudah bisa menduganya, tapi ia tetap saja terkejut.
"Kenapa kau bertanya hal itu?"

Rafael menggeleng cepat, "Annnalesse. Aku akan mengantarkanmu pulang sekarang. Pakai sabuk pengamanmu." Katanya sambil melajukan mobil.

Annalesse merasa aneh dengan perubahan sikap pria itu yang tiba-tiba. Tapi ia diam saja.

●●●

Javier menatap Abigail yang sibuk memasukkan fettucini miliknya kedalam mulutnya, tanpa sadar ia tersenyum melihatnya.

"Kenapa kau tersenyum sendiri?"

Javier menggeleng, "Tidak, tapi hanya saja aku senang berada di sini bersamamu."

Rona merah menjalari pipi Abigail ketika mendengarnya. "Sejak kapan kau suka mengatakan hal-hal seperti itu?"

Javier tertawa.

"Dasar tukang gombal."

Tawa Javier kian mengencang.

Ketika mereka sedang berbicara, tiba-tiba ponsel Abigail berdering. Ia lalu melihat dan sedikit terkejut melihat nama yang tertera.

"Siapa?"

Abigail menggeleng, "Rafael Standford. Apa yang diinginkannya dariku?" Katanya lalu mengangkat telepon. "Ada apa?"

●●●

Deg.

Jantung Rafael serasa berhenti berdetak mendengar Abigail menjawab teleponnya. Setelah tadi ia mengantar Annalesse pulang, ia tidak langsung pergi, melainkan memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah gadis itu, sehingga ia masih bisa mengawasinya.

Mungkin kedengarannya tindakannya ini seperti seorang stalker, tapi ia tak peduli. Ia harus membuktikan sesuatu. "Kau di mana?"

"Di restoran."

"Kau tidak di rumah?"

"Tentu saja tidak, sudah kubilang kan? Aku di restoran."

Detik itu juga Rafael menutup teleponnya.

Ini aneh. Pasti ada yang tidak beres. Kenapa ada dua Annalesse? Apa mungkin mereka...

Tidak. Tidak mungkin. Karena dari hasil penyelidikannya, tunggu. tapi hasil penyelidikannya bisa saja salah bukan?

Tanpa pikir panjang, Rafael segera menstater ferarrinya dan memacunya menembus langit malam.

Saat ini ada banyak hal yang harus diurusnya. Tapi dari semua itu, yang paling penting adalah menegnai perasaannya.

Between Us (END)Where stories live. Discover now