Jilid 25

799 15 1
                                    

"Maksud dan tujuanmu memberi obat itu, akupun sudah tahu juga. Tetapi budi kebaikan tetap budi kebaikan. Dan aku sudah menerima kebaikanmu, mana aku takkan membalasnya? Nanti apabila bertempur, tak nanti aku membikin kecewa harapanmu. Biarlah kau tentu menderita kekalahan yang betul-betul memuaskan hatimu. Akupun hendak mengatakan lebih dulu. Pedangku ini tak kenal akan budi kasih lagi. Namun masih dapat kuberi ampun jiwamu. Tetapi setelah lukamu sembuh, masih kau tetap tak terima dan menantang berkelahi, akupun takkan sungkan lagi untuk mengambil kepalamu."

Leng Ciu tergelak-gelak, serunya: "Sungguh tak kecewa kau diberi gelar Bu-ceng-kiam. Pedangmu tak kenal ampun dan mulutmupun tak mau kalah. Bagus, bagus, memang begitulah maksudku. Keluarkan seluruh kebisaanmu. Hanya kukuatir, pedangmu tak dapat berbuat apa-apa terhadap aku. Jika masih hendak meninggalkan pesan apa-apa, silahkan menyelesaikan sekarang juga."

"Siapa yang akan kalah dan menang. Siapa yang akan mati atau hidup, lihat saja nanti. Anak muridmu tidak tampak hadir, tentunya kau sudah mengatur beres pesan-pesanmu. Baiklah, mari kita mulai sekarang!"

Setiap kali adu bicara, Shin Ci-koh tentu tak mau mengalah. Leng Ciu siangjin tertawa keras: "Semalam kemana saja perginya anak muda itu?"

"Kau toh bertempur dengan aku, ada sangkut pautnya apa dengan anak muda she Toan itu?" seru Shin Ci-koh.

"Memang tak ada sangkut pautnya. Hanya kulihat kepandaiannya boleh juga. Beberapa jurus permainan pedangnya boleh ditandingkan dengan jago pilihan. Benar, memang aku tantang kau berkelahi sampai mati, kau boleh undang bantuan, aku tetap menghadapi seorang diri. Kalau memang ada bala bantuan, silahkan maju berbareng. Atau mau bergiliran maju, juga boleh. Adanya aku datang seorang diri agar kau jangan cemas. Eh, aku kepingin menjajal kepandaian anak muda itu."

Shin Ci-koh anggap Siangjin itu angkuh sekali. Ia mendampratnya: "Main keroyok, itu keistimewaan anak muridmu. Selama hidup aku selalu bergerak seorang diri, masa sudi mencontoh kelakuan partaimu Leng-ciu-pay? Kalau mau menempur anak muda itu, besok malam sajalah."

Karena malu, muka Leng Ciu siangjin berubah gelap: "Anak muridku termasuk Wanpwe (angkatan muda). Memang tak seharusnya mereka mengeroyok kau. Tapi kau menangkan mereka pun takkan ternama. Dan lagi jika sifatmu tak ganas, masakan mereka akan menggempurmu. Sekalipun mereka salah, tapi dengan membunuh mereka sampai sekian banyak, kau tetap bersalah!"

"Aku tak sudi banyak omong tentang kelakuan anak muridmu yang manis-manis itu. Toh saat ini kita akan bertempur sampai mati. Memang anak muridmu telah kubunuh, kalau kau mau menuntut balas, silahkanlah!" sahut Shin Ci-koh.

"Baik, kau sudah membunuh dua puluh tiga muridku. Jangan menyesal, aku hendak pinjam pedangmu bu-ceng-kiam untuk membuat dua puluh tiga lubang tusukan di tubuhmu!" Leng Ciu siangjin marah benar.

Shin Ci-koh serentak mencabut pedangnya: "Kalau mampu, silahkan mengambil pedang ini. Ayolah!"

Walaupun tak tertahan lagi kemarahannya namun Leng Ciu tak mau kehilangan gengsinya sebagai seorang guru besar. Tertawalah ia: "Shin Ci-koh, meskipun tingkat angkatan kita sama, tapi aku lebih tua duapuluh tahun. Aku tak mau cari enak, aku akan mengalah sampai tiga jurus!"

Shin Ci-koh kiblatkan pedangnya dalam tiga buah tusukan. Tapi bukan ditujukan pada Leng Ciu siangjin melainkan ke udara. Setelah itu berkatalah ia: "Telah kulakukan permintaanmu menyerang tiga kali. Sekarang giliranku untuk melihat kepandaianmu!"

"Shin Ci-koh, berapa tingginya kepandaianmu berani mempermainkan aku?" Leng Ciu berteriak nyaring, seraya kebutkan kebutkan lengan baju ke arah Shin Ci-koh. Ujungnya seperti pedang yang memapas tangan orang.

Shin Ci-koh putar tubuhnya dalam gerak Poan-liong-yau-poh atau naga melingkar-lingkar kemudian dengan jurus Liu-sing-kam-gwat, ia pantulkan ujung pedangnya ketiga jurusan jalan darah pek-hay-hiat di kiri, thian-tho-hiat di kanan dan suah-ki-hiat di tengah. Kesemuanya terletak di dada orang, merupakan segitiga.

Tusuk Kundai Pusaka - Liang Ie ShenWhere stories live. Discover now