Part 6

19 8 19
                                    

Pukul empat pagi

Pada saat ini, semua yang masih sunyi mulai bersuara. Desir angin lembut pada sela-sela dedaunan pohon. Tetes embun yang jatuh ke bumi dari ujung daun tanaman, suara burung yang berbisik mencari makan, udara segar untuk dihirup sebanyak-banyaknya, namun seorang Rava  masih terlelap dengan mata yang masih tertutup.


Suara alarm berbunyi.

"Berisik". Gerutu Rava sambil mematikan alarm ponselnya. Dia bangkit dari tidurnya, mengucek-ngucek mata, menguap, merenggangkan tubuh, berdeham-deham untuk mengembalikan suaranya yang sempat parau.

Dengan langkah yang terantuk-antuk, Rava ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas  paginya. Tidak lupa Rava mandi dan mengambil air wudhu lalu kembali kekamarnya untuk shalat subuh dan mengenakan baju seragamnya.

Rava melihat jam berwarna hitam yang berada dipergelangan tangannya menunjukkan pukul enam, ia membuka knop pintu lalu menghampiri meja makan yang sedari tadi sudah berada Zahra , Dessy, dan Devan .

" pagi Rava.. " ucap wanita paruh baya yang bukan lain adalah Dessy- mamahnya Rava.

"Pagi juga mah". Jawab Rava duduk bersebrangan dengan papahnya.

" abang nanti anter rara ke sekolahnya". Ucap Zahra sambil memakan selembaran roti yang dilapisi selai coklat.

"Bareng papah aja". Jawab Rava meminum segelas susu yang berada diatas meja makan.

"Gak mau pokoknya rara mau sama abang". Rengek Zahra.

" udah-udah nanti rara bareng bang Rava, sekarang habisin dulu makannya". Lerai Dessy membelai rambut anak bungsunya.

Rava beranjak dari tempat duduknya, menggendong tas ranselnya yang ia bawa.

"Mah, pah Rava berangkat ke sekolah dulu". Ucap Rava mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

" loh kok makannya gak dihabisin". Ujar mamahnya.

"Takut kesiangan mah"

"Bawa motornya hati-hati, itu belum lunas ". Ujar Devan.

" iya pah, lagian beli motor dicicil-cicil segala". Protes Rava melangkahkan kakinya.

"Abang tunggu rara". Teriak Zahra menggendong tas ranselnya.

"Mah, pah, rara ke berangkat ke sekolah dulunya". Sambung Zahra mencium pipi kedua orang tuanya lalu berlari mengejar Rava.

"HATI HATI RARA".

(*)

Sampai di sekolah adiknya yaitu Sekolah Dasar Marga Jaya. Zahra turun dari motor Abangnya tersebut yang cukup tinggi menurutnya.

" awas abang ninggalin rara kaya tadi lagi". Ucap Zahra membuang muka dengan kedua tangan yang terlipat dibawah dadanya.

"Iyaiya maaf". Jawab Rava mengusap puncak kepala adiknya.

" rara mau maafin abang Klo abang beliin rara ice cream". Ucap Zahra kepada Rava.

"Iya nanti abang beliin"

"Janjinya bang janji". Ucap Zahra tersenyum kepada Rava.

" iya"

"Yaudahh rara masuk dulu". Ucap Zahra mencium punggung tangan Rava.

"Iya, belajar yang rajin"

Zahra  mengancungkan jempol ke arah Rava dan dibalas senyuman oleh Rava.

Rava menghidupkan mesin motornya lalu melesat pergi untuk ke sekolah

(*)

Kini Rava tiba disekolah dengan tas ransel yang berada di punggung menuju ke kelas 11- IPS 1, lingkungan sekolah masih sepi hanya baru beberapa siswa yang datang sepagi ini. Udara masih sejuk pada pagi hari tanpa adanya polusi, ia sangat menyukai itu.

HopeWhere stories live. Discover now