[ Chapter 7 ]

7.6K 324 3
                                    

"Mereka jauhin gue? Apa karena gue tinggalin mereka waktu itu? Kalau gue lihat-lihat, mereka nggak apa-apa kok. Nggak ada yang luka juga, itu berarti mereka nggak dipukul dong sama preman-preman itu? Terus kenapa jauhin gue? Apa si cewek cupu itu mengompori mereka makanya mereka jauhin gue dan udah nggak mau lagi temanan sama gue?" gumam Dea sendirian di pojok kelas, memikirkan kenapa Agnisa, Kayshilla dan Daviana sudah tidak pernah datang ke kelasnya setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Bahkan mereka tidak menjawab telefon dari Dea setelah kejadian itu.

Dea curiga Alyssa sudah mengompori ketiga temannya itu. Kecurigaan Dea semakin besar saat melihat dan mendengar sendiri ketiga temannya itu bersemangat meminta Alyssa untuk berteman dengan mereka bertiga setelah mereka diselamatkan oleh Alyssa. Ia tak tau bagaimana gadis itu menyelamatkan mereka yang pasti ia yakin dan sangat yakin gadis itu sudah mengompori mereka. Ya, Dea tak sengaja melihat dan mendengar itu semua saat ia mencari ketiga gadis itu. Dea juga kesal dengan Alyssa yang sok jual mahal karena menolak permintaan ketiga gadis itu.

"Awas aja. Kalau benar terbukti tuh cewek mengompori mereka, gue rontokin rambutnya biar tau rasa. Jangan main-main sama Dea." pensil yang ia pinjam dari Ranthi patah, saking kesalnya ia dengan Alyssa. Ranthi yang melihat pensilnya hancur, hanya bisa mendiamkan diri. Ia tak berani memarahi Dea karena takut Dea membullynya.

"Nggak asik ah. Gue udah nggak punya babu buat disuruh-suruh. Sial banget lo Alyssa!" batin Dea. Sepertinya gadis itu memang benar-benar benci dengan Alyssa.

"Selamat pagi anak-anak." ucap Bu Ira wali kelas mereka sekaligus guru Sejarah mereka.

"Pagi Bu."ucap murid-murid kelas itu dengan serentak. Mendengar itu, Dea langsung melihat ke depan dengan tatapan malas. Namun tatapan itu berubah saat melihat ada tiga orang gadis di samping Bu Ira.

"Anak baru?" batin Dea setelah itu ia tersenyum penuh makna.

"Kalian punya teman baru nih. Ibu harap kalian bisa berteman dengan mereka ya. Bisa perkenalkan diri kalian?" pinta Bu Ira pada ketiga gadis itu. Ketiga gadis itu mengangguk.

"Nama gue Zevana Kyarra Castiglione. Kalian bisa panggil gue Zeva. Salam kenal ya." gadis berambut panjang dan berponi itu memperkenalkan diri seraya memperlihatkan senyum manisnya.

"Oikyanna Lylenn Castiglione. Panggil Oik aja." dengan nada yang dingin, gadis berkaca mata itu memperkenalkan dirinya. Tak seperti Zevana yang tersenyum manis, gadis berkaca mata itu hanya menunjukkan raut muka yang dingin.

"Nama gue Arenadya Sanes Castiglione. Panggil aja gue Aren." sedangkan gadis berambut pendek sebahu yang ada di samping Oik, terlihat malu-malu. Sepertinya ketiga gadis itu mempunyai sifat yang berbeda.

"Mereka bertiga adalah kembar tak identik. Ibu berharap kalian bisa membantu mereka jika mereka punya masalah apa-apa ya. Oh iya, sebelum ibu lupa, hari ini ibu nggak akan masuk kelas kalian karena ibu punya urusan di kota. Kalian bisa keluar kelas tapi jangan mengganggu teman kalian yang ada di kelas lain ya? Dan ingat, kalau jam pelajaran ibu udah selesai, kalian semua harus langsung masuk ke kelas. Mengerti?"

"Mengerti Bu!"

"Kalau jam kosong kalian cepat mengerti ya tapi kalau pelajaran saya kalian masih ha-he-ho." murid-murid kelas itu hanya menyengir mendengar kata-kata Bu Ira.

"Zeva, Oik, Aren kalian bisa duduk di..."

"Di sini aja bu." kata Dea seraya mengangkat tangan. Bu Ira terlihat ragu namun ia tak punya pilihan karena kelas itu sudah penuh kecuali di samping dan di depan Dea. Ada meja dan kursi kosong yang lain tapi itu sudah berpenghuni hanya saja penghuninya lagi absen.

The Devil [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang