[ Chapter 6 ]

8.3K 337 4
                                    

Sore itu, Daviana dan Agnisa terlihat kumpul di rumah Kayshilla, tepatnya di gazebo rumah Kayshilla. Mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah dari guru mereka. Kayshilla keluar dari rumah sambil membawa cemilan untuk sahabat-sahabatnya.

"Yakin mau bujuk Alyssa buat gabung sama kita? Terus, bagaimana caranya untuk kita membujuk dia?" tanya Agnisa setelah Kayshilla duduk di sampingnya.

"Hmm...bagaimana kalau kita ke rumah Kak Iel terus kita tanya sama dia? Kak Iel dekat sama Alyssa, bukan? Kalau kita tanya sama dia, gue yakin dalam hitungan detik kita bisa bujuk Alyssa untuk gabung sama kita." jawab Kayshilla sambil tersenyum senang. Agnisa menggeleng.

"Gak Shill. Gue tau itu cuma taktik lo doang supaya bisa ketemu sama Kak Iel."

"Yah ketahuan deh. Bisa nggak sih kalian pura-pura setuju sama ide gue? Biar sehari aja sahabat kalian yang paling cantik ini senang?"

"Nggak!" jawab Daviana dan Agnisa serempak. Mereka terlihat sedang memikirkan ide untuk membujuk Alyssa agar gadis itu ingin berteman dengan mereka. Untuk saat ini, pekerjaan rumah mereka dikacangin dulu.

"Gue punya ide!" tiba-tiba Daviana menjentik jari. Dan itu membuat Kayshilla dan Agnisa menatapnya.

"Ide apa, Vi?" tanya Kayshilla penasaran.

"Bagaimana kalau besok kita ke rumah Alyssa? Terus kita ajak dia jalan bareng ke sekolah. Ide gue keren, bukan?" Daviana tersenyum bangga. Kayshilla dan Agnisa yang tadinya benar-benar penasaran mengubah raut muka mereka menjadi datar.

"Vi, rumah Alyssa aja kita nggak tau di mana. Bagaimana kita mau mengajak dia berangkat ke sekolah bareng coba?" Daviana cemberut. Ia lupa kalau mereka sama sekali tak mengetahui keberadaan rumah Alyssa. Tiba-tiba Daviana tersenyum lagi.

"Bagaimana kalau kita tanya Kak Iel aja? Di telefon, bukan datang ke rumahnya." Daviana menekan kalimat akhirnya sebelum Kayshilla bersuara karena ia tau jika itu tentang Mikaiel, sahabatnya yang satu itu pasti ada saja alasan agar mereka bisa bertemu dengan pemuda itu. Kayshilla cemberut.

"Yaudah kalian aja yang telefon Kak Iel." katanya pasrah. Daviana dan Agnisa menggeleng.

"Handphone gue ketinggalan. Handphone Agni low battery." Kayshilla menganga tak percaya mendengar kata-kata Daviana.

"Kesal banget ah. Udah nggak bisa ke rumah Kak Iel eh sekarang malah menyuruh gue buat menelefon dia." batin Kayshilla kesal, namun tetap menelefon pemuda itu.

"Halo? Ada apa, Shill?" tanya Mikaiel di sebrang sana. Seketika Kayshilla kicep. Jujur ini pertama kali ia menelefon Mikaiel dan ini juga pertama kali Mikaiel menjawab telefonnya.

"Shill, lo masih di sana?"

"Eh kak. Kok kakak bisa tau gue itu Shilla? Memangnya kita pernah saling menyimpan kontak?" Daviana dan Agnisa menepuk jidat mendengar pertanyaan dari Kayshilla. Sepertinya gadis itu sudah melupakan sesuatu.

"Gue ketua markas, Shill. Semua kontak orang-orang di markas gue simpan. Seharusnya gue yang tanya sama lo, lo dapat nomor gue dari mana?" skak mat! Kayshilla terdiam. Yup! Gadis itu lupa bahwa yang ia telefon saat ini adalah ketua markas.

Kayshilla tak tau harus menjawab apa. Ia sendiri yang mengatakan bahwa mereka tak pernah saling menyimpan nomor tapi ia tiba-tiba menelefon Mikaiel. Bukankah itu aneh? Sebenarnya Kayshilla mendapat nomor Mikaiel dari Daviana karena dulu Mikaiel pernah meminta bantuan dari gadis berpipi chubby itu, jadi mereka saling menyimpan nomor kontak. Daviana tau sahabatnya itu menyukai Mikaiel makanya saat Kayshilla meminta nomor Mikaiel, Daviana dengan santai memberikan nomor Mikaiel padanya.

The Devil [Revisi]Where stories live. Discover now