Jihan baru bisa bernapas lega ketika Yeonhee terbatuk dan mulai kembali bernapas. Dengan putus asa ia memeluk Yeonhee dipangkuannya dan berusaha memperbaiki perasaannya yang carut-marut. Ia merasa sangat ketakutan tadi. Kalau sampai terjadi apa-apa pada Yeonhee, entah apa yang harus ia lakukan.

Putra Mahkota memerintahkan pelayan menyiapkan kain yang kering dan minuman hangat pada beberapa dayang dan kasim. Sampai terjadi insiden seperti ini di kediamannya, entah sebesar apa konsekuensinya nanti.

"Yeonhee, kau bisa mendengarku? Kau tidak apa-apa?" Jihan melepaskan pelukannya dan bertanya begitu melihat Yeonhee membuka matanya. Yeonhee ingin menjawab, tapi ia merasa tubuhnya sangat lemas dan matanya berkunang. Pada akhirnya ia kembali menutup mata meski pernapasannya mulai stabil. Melihat Yeonhee seperti itu, ketenangan Jihan berubah menjadi kebencian. Jihan merasa sangat marah pada orang yang menyebabkan semua ini.

"Kang Yubin! Apa maksudnya ini?! Kenapa kau mencoba membunuh istriku?!" teriakan Jihan membuat hampir semua orang di sana tak berani buka suara. Jihan terkenal gentle dan kalem, jadi melihat lelaki itu sampai meninggikan suaranya diiringi tatapan dingin, mereka yang melihat tahu kalau lelaki itu sangat marah sekarang. Para wanita bangsawan itu hanya menatap tak percaya pada Kang Yubin yang berdiri di antara mereka.

Kang Yubin yang mendapat tatapan seperti itu dari Jihan hanya bisa gemetar ketakutan. "Ti-tidak... aku tidak sengaja, Jihan-orabeoni... aku tidak bermaksud..." katanya gemetar sembari menangis. Ia benar-benar tidak bermaksud sejauh itu. Ia tidak bermaksud membuat Yeonhee terjatuh ke dalam kolam. Ia hanya mendorong Yeonhee karena rasa impulsif sesaat saja tadinya.

Yubin awalnya tidak punya rasa benci apapun pada Yeonhee. Ia memang merasa sayang awalnya saat tahu Jihan menikah dengan Yeonhee yang terkenal buruk rupa dan sakit-sakitan, tapi saat melihat bagaimana Yeonhee aslinya saat di istana ia langsung berubah pikiran. Ia tak punya persepsi lain saat itu, sampai ketika kabar Asisten Menteri Hong ditugaskan di Tamra dan Hong Raon datang mengadu ke rumahnya. Dengan menangis Raon mengatakan kalau alasan ia sekeluarga dipindahkan karena Yeonhee yang merayu Jihan untuk membalas dendam pada ibunya dan mulai mencaci-maki betapa buruknya sikap Yeonhee.

Yubin masih naif dan selama ini ia dekat dengan Raon. Tentu saja Yubin mempercayai semua kata-kata Raon tanpa tahu yang sebenarnya. Ia merasa ikut membenci Yeonhee dan melihat Putri Mahkota yang juga tidak senang dengan Yeonhee tadi membuat rasa bencinya bertambah, karenanya ia ingin memberi Yeonhee sedikit pelajaran. Tapi ia tak mengira akibatnya sejauh ini.

"Omong kosong apa yang Anda bicarakan, Perdana Menteri Han?! Yubin tidak mungkin melakukan hal ini! Tidakkah tuduhan Anda sudah keterlaluan?!" Putri Mahkota menyela. Ia memang tidak menyangka Yubin sampai mendorong Yeonhee, tapi ia tahu bagaimana karakter adiknya, makanya ia membela Yubin. Lagipula melihat Jihan yang begitu panik dan khawatir pada Yeonhee, membuat matanya sakit.

"Apa ini cara Yang Mulia mengatakan Saya tak bisa melihat?! Saya melihat dengan mata kepala Saya sendiri! Kasim dan dayang di sini juga pasti ada yang melihat Kang Yubin melakukannya. Kalau bukan ingin berniat membunuh istri Saya, lalu kenapa ia mendorongnya?!" tukas Jihan tajam yang seketika membuat Putri Mahkota terdiam.

Bukan hanya kalimat dingin Jihan yang membuat tubuhnya membeku, tapi tatapan Jihan... tatapan itu, tak akan ada arti lain di baliknya selain rasa benci. Putri Mahkota menggigit bibir dan mengepalkan tangannya erat. Ini pertama kalinya Jihan menatapnya seperti ini. Jihan memang pernah marah dan menatapnya dingin, tapi ia masih merasa lelaki itu peduli padanya. Tapi kali ini... jangankan peduli, ia malah melihatnya dengan benci.

Beberapa pelayan yang mendengar kata-kata Jihan langsung menunduk. Para wanita bangsawan dan Putri Mahkota mungkin tak bisa melihat karena mereka menikmati pemandangan bunga yang mekar di sekitar kolam Bu Yong, tapi mereka yang berdiri di belakang kumpulan wanita bangsawan itu, melihat dengan jelas dan memang sesuai yang Jihan katakan. Namun, Kang Yubin adalah adik kandung Putri Mahkota, makanya tak ada satupun dari mereka yang berani buka suara awalnya. Kalau Jihan meminta kebenarannya dari mereka, tidak akan sulit!

Melihat suasana tegang itu, Putra Mahkota langsung menengahi, "Perdana Menteri, aku rasa bukan saatnya membahas hal ini. Aku sudah menyiapkan minuman hangat di salah satu paviliunku. Lebih baik kita segera membawa istrimu ke sana agar ia bisa istirahat. Aku akan meminta pelayan menyiapkan baju ganti dan memanggil tabib-"

"Tidak perlu." Jihan segera menyela. Ia menarik kain yang tadi disampirkan pelayan di bahunya dan menyelimuti tubuh Yeonhee sebelum menggendong Yeonhee yang masih tak sadarkan diri. Jihan menyempatkan diri menatap Putra Mahkota sejenak sebelum berujar dengan dingin, "Terima kasih atas perhatian Anda, Yang Mulia."

Terkadang, sikap sopan tak hanya sebagai bentuk rasa hormat. Tapi juga mewakili penolakan, dan bisa juga penghinaan.

Putra Mahkota tak menjawab dan tak mencegah Jihan yang berlalu dari hadapannya. Ia hanya menyuruh beberapa pelayan mengikuti lelaki itu dan membantu Jihan sampai kembali ke kediaman Perdana Menteri. Ekspresi wajahnya tetap tenang dan membuat orang lain mustahil untuk mengerti apa yang kini ia pikirkan.

Karena insiden tak terduga itu, tentu saja para wanita bangsawan yang mengerti langsung memilih undur diri. Mereka bersikap seolah tak melihat apapun dan hanya ingin secepatnya pergi dari tempat ini.

Setelah para wanita bangsawan itu pergi, Putra Mahkota menatap Putri Mahkota yang masih berdiri mematung di tempatnya. Putri Mahkota tak tahu kenapa, begitu melihat tatapan Putra Mahkota yang dalam ke arahnya, ia bisa merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya.

=====

Q: Author kok lama banget updatenya?

A: Iya, saya sibuk, jadi mau gimana lagi. Seriously, saya sering mikir 'why I'm doing this' kalau saya udah ngerasa mulai keteteran. Dan yah, saya memang lalai dan mempersulit diri sendiri *sigh*

Q: Kok Jihan yang nyelametin Yeonhee bukan Putra Mahkota?

A: Ya iyalah musti Jihan. Kalau dia bahkan ga bisa nyelametin istrinya saat bahaya mending saya cabut itu posisinya sebagai tokoh utama pria. Putra Mahkota? Dia nggak punya alasan mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan istri dari salah satu pejabat kerajaan 'kan?

Q: Yang ngedorong Yeonhee?

A: Yep, Kang Yubin. Yang jawab bener angkat tangan dong hehehe

.

Udah ah, saya mau ngabuburit dulu~

Thanks buat yang baca, vote, sama comment chapter sebelumnya. Kalian kece deh~

See u~

.

Edit: Saya nemu satu cerita yang mirip dengan cerita saya judulnya Lee Soo Hee di fandom fantasi. Saya nggak bermaksud menuduh authornya memplagiat cerita saya atau apa, dan ini pertama kali saya mengalami ini. Tapi.... shit, I'm feeling so awful and terrible now. Jadi ngerasa kalo mungkin tanpa sadar saya bikin orang berbuat jahat... dan bingung musti gimana ngelanjutin cerita ini ke depannya.

Bisa tolong reader sekalian cek dan bilang ke saya kalo saya cuma salah paham?

A Bride Without VirtueDonde viven las historias. Descúbrelo ahora