"Anda benar, Yang Mulia," Jihan terlalu malas meladeni permainan Putra Mahkota dan menolak untuk berkata lebih banyak.

Memang, di dunia ini sudah menjadi hukum alam kalau lelaki selalu tertarik pada wanita cantik. Apalagi mereka yang memiliki status dan kekayaan berlimpah, cenderung memiliki lebih dari satu wanita. Jihan tidak menyangkal hal itu. Lihat saja para pejabat tinggi Kerajaan, memiliki selir dan bermain ke rumah gisaeng di waktu senggang mereka, hal itu sudah menjadi pemandangan biasa. Seandainya pun Jihan ingin, mendapat wanita cantik yang bersedia melemparkan diri ke pelukannya bukan hal sulit.

Akan tetapi, Jihan sama sekali tidak berminat. Tamak terhadap wanita cantik? Tentu saja. Ia sudah memiliki satu wanita cantik sebagai istrinya yang membuatnya begitu tamak ingin memilikinya sampai pada titik di mana Jihan takut akan melukainya. Alasan kenapa para lelaki tersebut memiliki banyak wanita adalah karena mereka belum menemukan satu yang cocok dengan diri mereka, karenanya mereka selalu mencari. Tapi, Jihan sudah memilikinya, makanya ia tidak memerlukan yang lain.

Melirik ekspresi Jihan yang tampak tak tertarik, Putra Mahkota hanya mengulum senyum dan tak melanjutkan. Hanya Jihan berani bicara seperti ini padanya, tapi Putra Mahkota tidak tersinggung karena apa yang Jihan katakan itu memang apa adanya. Meski hati Putra Mahkota hanya mencintai satu wanita, tapi ke depannya tak menutup kemungkinan kalau ia akan memeluk wanita lain.

Sebagai calon pemimpin kerajaan ini, memiliki banyak keturunan adalah bagian dari kewajiban karena demi menjaga kelanjutan darah kerajaan. Pernikahan lebih sering didasarkan pada keuntungan politik, bukan atas dasar cinta. Hampir tak pernah tertulis dalam sejarah ada Raja sebelumnya yang hanya memiliki satu wanita. Bahkan Raja Gongmin dari Georyo yang terkenal saling mencintai dengan Putri Noguk juga memiliki beberapa selir.

Terlahir dalam keluarga kerajaan, diiringi semua berkah dan kemewahan yang ada, di baliknya terdapat tanggung jawab yang harus dipenuhi. Hidupnya bukanlah milik dirinya sendiri. Putra Mahkota mempercayai hal itu.

Selang beberapa lama tak ada lagi yang buka suara. Hanya bunyi langkah mereka yang beradu dengan lantai yang terdengar. Jihan melirik cuaca yang cukup panas di luar. Kalau memang para wanita itu kini berada di Kolam Bu Yong, Jihan berani bertaruh kalau Yeonhee pasti tengah mengeluh kepanasan sekarang. Jihan tersenyum kecil, mungkin sebaiknya sesampainya di rumah nanti ia menyuruh Suri untuk menyiapkan makanan pendingin untuk Yeonhee.

Begitu mereka sampai di area kolam Bu Yong, Jihan tak bisa lagi menahan senyumnya. Benar saja, dari kejauhan ia melihat Yeonhee memayungi wajahnya dengan sebelah tangan dengan ekspresi datar. Jihan yakin wanita itu pasti merasa sangat bosan sekarang. Jihan sebenarnya merasa sedikit lucu, dari sekian banyak wanita di sana, anehnya Jihan bisa langsung menyadari keberadaan Yeonhee.

Namun senyumnya langsung luntur begitu melihat Yeonhee yang semula masih berdiri di tepi jembatan tiba-tiba tercebur ke dalam kolam. Hatinya terasa sangat sakit dan untuk pertama kalinya, ia merasa sangat takut. Tanpa sadar kakinya langsung berlari sekencang mungkin ke arah kolam dan mengabaikan etikanya terhadap Putra Mahkota yang tertinggal di belakang. Satu hal yang ia pikirkan sekarang hanyalah keselamatan Yeonhee.

Jihan menyibak kerumunan di sekitar kolam yang langsung terkejut melihat kedatangannya dan Putra Mahkota, lalu tanpa pikir panjang langsung terjun ke dalam kolam untuk ikut mencari Yeonhee. Ia bahkan tak peduli terhadap Putri Mahkota dan para wanita yang tidak percaya melihat aksinya. Setelah menyelam dengan berusaha menenangkan diri, Jihan yang menemukan keberadaan Yeonhee langsung menarik tubuhnya ke permukaan.

Jihan membaringkan tubuh Yeonhee di tepi kolam dan mulai menekan dadanya untuk mengeluarkan air yang Yeonhee telan. Ia tidak mempedulikan penampilannya sendiri yang tampak kacau dengan baju basah kuyup dan rambutnya yang keluar dari ikatannya. Hatinya sangat panik sekarang. Wajah Yeonhee begitu pucat dan karena cukup lama berada dalam air badannya terasa dingin. Berkali-kali Jihan memanggil nama Yeonhee dengan frustasi. Dalam hati ia menyesali kalau saja ia bisa datang lebih awal, mungkin Yeonhee tidak akan mengalami hal ini.

A Bride Without VirtueWhere stories live. Discover now