Part 29 (END)

2K 220 67
                                    

Yuza perlahan membuka matanya, ia terbangun karena mendengar kicauan burung dari luar jendela. Saat itu juga ia mendapati Kei sedang berdiri di sampingnya.

"Kei, ya? Aku tidak melihatmu beberapa hari ini, kau ke mana saja?" tanya Yuza sambil mencoba untuk duduk.

Sudah tiga hari sejak Yuza dirawat di rumah sakit. Luka yang disebabkan memang tidak sampai menewaskan Yuza karena tidak mengenai organ vital di dalam tubuhnya, tapi tetap saja luka tusukan itu cukup dalam dan mengharuskan ia untuk dirawat di rumah sakit sampai benar-benar sembuh, dan selama itu juga Kei tidak datang untuk melihatnya. Hari inilah pertama kalinya Yuza melihat Kei selama di rumah sakit.

"Aku menemui Ayahku dan semua arwah yang berhubungan dengan kejadian ini." Jawab Kei kepada Yuza.

"Jadi, bagaimana?"

“Mereka tidak menyimpan dendam kepada kamu maupun adikmu. Sebenarnya mereka juga menyimpan penyesalan setelah kematian mereka, mereka menyesal karena ikut menyalahkanmu dan menganggapmu kutukan, baik itu nenek Yamada dan para penduduk lain di tempat tinggalmu.”

Yuza tersenyum simpul, ia merasa senang ketika mendengar pernyataan Kei tentang arwah-arwah yang ada hubungannya dengan kasusnya. Selama ini Yuza selalu khawatir jika mereka dendam kepadanya, tapi setelah mendengar penjelasan Kei, Yuza dapat sedikit lebih tenang.

“Nenek Yamada, anak-anak di panti asuhan, pelayan di rumahmu, dan para penduduk, mereka sudah tenang sekarang. Namun, ada beberapa arwah yang sepertinya harus kamu sendiri yang menemuinya.”

“Pasti... orang tuaku, 'kan?” tebak Yuza, dan hanya dibalas senyuman oleh Kei yang menandakan tebakan sahabatnya itu memang benar.

"Yuu, sebenarnya—" sebelum Kei melanjutkan perkataannya mereka sudah dikejutkan oleh seseorang yang mengetuk pintu ruangan Yuza.

Orang itu kemudian perlahan membuka pintu ruangan Yuza. Ketika pintu terbuka, terlihat seorang wanita paruh baya. Wanita itu kemudian mulai mendorong kursi roda yang ada di sampingnya. Yuza tersenyum saat melihat siapa yang duduk di kursi roda itu, begitupun sebaliknya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Takao sambil tersenyum ke arah Yuza. "Maaf baru menjengukmu sekarang."

"Tidak, tidak apa-apa, lagi pula kau juga sedang sakit. Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu, Takao?"

"Aku baik-baik saja, lagipula dokter sudah mengizinkanku pulang hari ini."

"Baguslah kalau begitu." Balas Yuza ikut merasa senang akan Takao.

"Mungkin karena ibuku seorang dokter, jadi ibuku diizinkan merawatku di rumah." Ucap Takao sambil tersenyum ke arah wanita yang tadi mendorong kursi rodanya. Yuza juga melihat ke arah wanita itu, wajahnya tampak tidak asing.

"Oh iya, Yuza, kenalkan ini ibuku. Ibu, ini Yuza, sahabatku."

'Pantas saja tidak asing, ia sangat mirip dengan Takao.' Pikir Yuza.

"Selamat pagi, saya Matsumo Emiko, Ibunya Takao. Takao sudah menceritakan semuanya. Terimakasih sudah menjaga anakku, Akiyama-kun." Ucap wanita itu sambil setengah membungkuk, membuat Yuza merasa tidak enak.

"E-eh iya, saya juga berterimakasih, Matsumoto-san sudah banyak membantu saya." Jawab Yuza.

Sedetik kemudian terdengar dering ponsel, dan ternyata itu adalah ponsel milik nyonya Matsumoto.

"Ini dari Ayahmu, Ibu tinggal sebentar ya, Takao, Akiyama-kun." Wanita itu pun keluar meninggalkan Takao dan Yuza.

Sempat hening beberapa menit sampai Yuza memberanikan diri untuk bertanya.

'Curse Yuza' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang