Pencarian mereka hari ini tidak ada yang membuahkan hasil, di panti asuhan maupun di apartemen Yuza, mereka tetap saja tidak menemukan petunjuk apapun—kecuali petunjuk dari arwah Takeuchi Rin yang bahkan Takao saja tidak dapat percaya itu sepenuhnya.
Sebenarnya mereka masih punya banyak waktu untuk menelusuri seisi lantai 3 di apartemen, tapi entah kenapa sat itu Takao mendesak mereka untuk segera pergi. Bahkan sepanjang perjalan ia hanya terus diam dan terlihat tegang. Barulah ketika mereka sampai di rumah Haruna, Takao mulai terlihat rileks.
“Tadi sepertinya ada yang ingin aku kasih tahu ke kalian, tapi lupa apa itu." Ujar Haruna sambil meneguk segelas air di sampingnya. Saat ini mereka bertiga baru saja menyelesaikan makan malam mereka yang tadi dimasak Takao.
"Apa itu?" tanya Takao sambil mulai mengangkat piring-piring dan gelas yang mereka bertiga pakai.
“Entahlah. Nanti pas aku mandi aku coba ingat-ingat lagi deh.” Setelah membersihkan dapur dan ruang makan, mereka pun memutuskan untuk mandi.
Terdapat dua kamar mandi di rumah itu, satu terletak di kamar Haruna dan satu lagi terletak tidak jauh dari dapur.
Takao dan Yuza memilih kamar mandi di dekat dapur, mereka bergantian memakai kamar mandi itu, berhubung mereka laki-laki jadi mereka tidak terlalu menghabiskan waktu ketika mandi. Berbeda dari Haruna yang memilih untuk berendam lama di kamar mandinya sendiri.
Saat itu, Takao dan Yuza yang sudah selesai mandi lebih dulu memilih untuk menonton TV sebelum Haruna datang datang untuk berjaga malam.
“Yuza?” panggil Takao sambil terus memperhatikan layar TV.
“Kenapa?” balas Yuza yang juga serius memperhatikan layar TV tanpa berbalik sedikit pun melihat Takao.
“Di lantai 3 itu tidak ada penghuninya, ‘kan?” tanya Takao terdengar tidak yakin.
Yuza diam sejenak mencerna pertanyaan Takao sebelum ia mulai menjawabnya. “Kalau maksudmu tidak ada penyewa apartemen lain selain aku, iya itu benar.”
“Tidak, bukan itu maksudku, kalau itu aku sudah langsung tahu saat pertama kali naik ke lantai itu.” Takao diam sejenak untuk mengatur napasnya. “M-maksudku, han... tu. Sejenis itu, apa mereka juga ada di lantai itu?”
Yuza menatap Takao bingung. “Mm.. ya. Ada beberapa yang aku dan Kei temui di lantai itu. Namun, yang paling sering menetap di sana ada dua sosok, kenapa menanyakan itu?”
“Apa dua sosok itu adalah anak kecil dan wanita berbaju putih?”
“Takao kau..?”
“Iya-iya aku tahu Yuza apa yang kau pikirkan. Tadi saat kau menjawab telepon dari pamanmu aku tidak sengaja melihat mereka sedang berjongkok di bawah sofa living room. Anehnya Haruna sama sekali tidak peduli dengan kehadiran mereka.” Semakin Takao menceritakan apa yang ia lihat, wajahnya semakin ketakutan. “Yuza... wajah mereka sangat menyeramkan, terutama wanita itu.”
Yuza melihat wajah Takao yang dipenuhi ketakutan—Ah, mungkin seperti itulah ekspresi Yuza saat pertama kali melihat hantu dengan wajah yang rusak, pikir Yuza. Hal itu lantas membuatnya tertawa, “Hahaha Takao, sepertinya kau harus mulai melatih indra keenammu itu dari sekarang.” Ujar Yuza bercanda.
“Ayolah Yuza itu tidak lucu.” Kesal Takao ketika mendengar candaan Yuza. “Oh ya, soal ini jangan kasih tahu ke Haruna ya?“
“Jadi apa yang ngga boleh dikasih tahu ke aku?” tanya Haruna yang entah sejak kapan sudah berada di belakang mereka. Takao menatapnya terkejut, sedangkan Yuza masih terus mencoba menahan tawanya.
YOU ARE READING
'Curse Yuza' (END)
Mystery / ThrillerNamanya adalah Yuza, mereka menganggapnya kutukan, semua itu karena siapapun yang mendekatinya akan MATI.
