BAB 8 - Terluka

10.2K 611 15
                                    

"Jangan tanya kenapa, gue nggakpapa!" Ujar gue sambil sesenggukan, ketika Ana, teman se-kost gue bertanya.

Ana menatap gue dengan tatapan heran bercampur bingung? Tadi pas pulang dari kampus, gue langsung masuk ke kamar Ana dan memeluk Totoro --boneka Stitch punya Ana yang super jumbo dan pelukable-- sambil nangis sesenggukan.

"Ya Ampun Vika, Totoro gue kena ingus lu!" Vika mencak - mencak, tapi gue nggak peduli. "Lo sebenernya kenapa sih Vik?"

Gue menggeleng pelan. "Gue nggakpapa An, gue nggakpapa."

Ana mendesah seraya menyodorkan tisu. "Nangis sih nangis, tapi itu ingusnya jangan ikutan keluar juga."

"Duh lo so sweet banget deh An, andai lo cowok, pasti udah gue taksir." Ujar gue seraya mengelap hidung dengan menggunakan tisu.

"Nggak usah ngayal aneh - aneh deh lo, oh iya jangan lupa buang tisu bekas ingus lo ke tempat sampah." Sahut Ana dengan jutek. Ana sebenernya baik banget, cuman sifat baiknya ketutup sama sifat juteknya dan mulutnya yang pedes.

"Iya iya, habis ini gue buang sekalian balik ke kamar."
Gue memutuskan buat balik ke kamar gue sendiri. "Gue balik ke kamar dulu ya An, nih Totoro lo gue balikin makasih yaa..."

Ana manerima Totoro dengan jijik. "Untung penyakit gila lo lagi kumat, jadi kali ini gue maklumin. Duh Totoro gue mesti di bawa ke laundry nih."

Gue pun mulai berjalan ke kamar gue, mengunci pintu, dan air mata gue kembali tumpah.

Rio Gay. Setelah beberapa kali gue tanya, akhirnya dia ngaku kalo dia gay. Ajaibnya, air mata gue langsung turun dengan derasnya. Gue sendiri nggak tau gue kenapa. Harusnya reaksi gue nggak jauh beda kayak pas gue tau kalo Kak Dipa gay. Kaget, tapi biasa aja.

Masih tergambar jelas percakapan gue dan Rio sore tadi.

"Lo masih doyan cewek kan? Lo nggak maho kayak Kak Dipa, kan?"

"Emang kalo gue masih doyan cewek kenapa, kalo maho juga kenapa?" Rio malah balik bertanya.

"Kan gue duluan yang tanya." Ujar gue protes. "Tinggal jawab apa susahnya sih!"

Rio keliatan berpikir sejenak. "Kalo gitu, kasih gue alasan kenapa gue harus jawab pertanyaan lo!"

"Gue peduli sama lo!" Jawab gue jujur.

Rio menaikkan sebelah alisnya. "Yakin peduli? Peduli sama sekedar kepo beda tipis loh."

Penyakit songongnya Rio kumat. Bikin gue pengen nabok. "Lo ngomong kayak gitu kayak nggak kenal sama gue aja."

Rio malah tersenyum. "Makanya, kasih gue alasan yang tepat!"

Gue berpikir sejenak. Gue pengen tau karena gue emang beneran peduli. Sederhananya nih, kalo misalkan Rio gay, terus suatu ketika dia nyamperin bencong dan kena razia, kan gue bisa nyelametin dia. Minimal gue bisa bantu jemput dia di kantor polisi. Akhirnya gue pun menjawab. "Gue nanya karena gue peduli, gue pengen tau biar gue bisa lebih ngertiin lo, biar gue tau gimana harus bersikap ke elo, biar bisa memahami lo juga disaat orang lain mungkin bakalan ngejudge lo macem - macem.

Rio menghela napas. Gue tau Rio keliatan keberatan buat ngomong. Tapi gue nggak mau meduga - duga, karena gue lebih percaya mulut Rio daripada firasat gue.

"Seperti yang mungkin udah lo duga, ya, gue gay." Air mata gue langsung menetes. Hati gue rasanya cekit - cekit. Ini reaksi macem apa coba ? denger Kak Dipa gay aja, gue bisa maklum. Entah kenapa ada perasaan gak rela ketika gue denger pernyataan dari Rio.

"Vik..."

"Gg...Gue ngg...nggak papa kok Yo," ucap gue terbata, menahan air mata yang rasanya udah keroyokan minta dikeluarin. "Gue cuman kaget aja."

"Kalo ada lagi yang mau lo tanyain, gue bakal jawab semuanya." Rio berujar.

Gue diem dan menunduk, nggak berani menatap Rio. Air mata gue menetes dengan deresnya, dan gue tau Rio paling nggak suka liat cewek nangis. Jadi, gue harus sok tegar di depan Rio.

"Udah sore Yo, gue balik dulu ya." Tanpa menunggu reaksi Rio, gue pergi ninggalin dia. Di jalan, beberapa pasang mata menatap gue aneh karena gue nangis sesenggukan sepanjang perjalanan menuju kost.

Sekarang udah beberapa jam sejak kejadian tadi, tapi air mata gue masih aja keluarnya keroyokan. Gue jadi bingung sendiri. Sebenernya... gue kenapa ?

-- Bersambung --

A.n

Jujur, saya udah kehilangan motivasi buat ngelanjutin cerita ini. Tapi saya bakal berusaha buat profesional dengan menyelesaikan cerita ini. Ada yang kangen sama Rio ?

I Laf Yu, Mas GAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang