Bab 6 - Hutang yang Menumpuk

10K 606 23
                                    

Kak Dipa Gay.

Bisikan Nara tempo hari jadi kayak semacam bisikan iblis di telinga gue. Terus menggema dan mengganggu pikiran.

Kak Dipa gay ? Demi apa ? Emang sih, banyak yang bilang kalo cowok ganteng biasanya sukanya sama yang ganteng, tapi... masa' pernyataan itu juga berlaku buat Kak Dipa sih. Pasti yang nyebarin gossip itu iri sama Kak Dipa soalnya wajahnya kalah ganteng.

Masih tergambar jelas percakapan antara gue dan Nara kemarin.

"Kak Dipa Gay." Bisik Nara.

"SUMPAH LO ?" Gue melotot ke arah Nara. Cowok seganteng dan sememesona Kak Dipa, gay ? Mana mungkin gue bisa percaya gitu aja.

"Dari beberapa gesture dan cara ngomongnya juga keliatan kali, Vik." Ujar Nara.

"Emang lo tau dari mana Ra ?" Tanya gue ke Nara.

"Dia kakak kelas gue waktu SMA, dulu dia pernah pacaran sama cowok, tapi sejak mereka putus, gue udah nggak pernah denger dia pacaran sama cowok lagi," tatapan Nara menerawang, "semoga aja Kak Dipa udah tobat."

*****

"Vik, lo kenapa sih? Kok muka lo kayak habis kena razia gitu?"

Gue menengok ke arah Rio dengan lesu. "Gue nggak papa kok, Yo."

Rio berdecak. "Ck, penyakit kecewekannya kumat. Gak usah sok strong lo, kalo butuh sandaran bilang aja, entar gue pinjemin bahunya Parno."

"Lo aja sono yang nyandar di bahunya Porno !" Gue menatap Rio sebal, "Gue kan maunya nyandar di bahunya Kak Dipa."

"Tapi Kak Dipa maunya gue yang nyandar di bahu dia, hahaha." Rio tertawa. Ah, penyakit kampretnya kumat.

"Kampret, gue lagi sensitif nih kalo ngomongin soal Kak Dipa, lo ngeselin banget sih."

"Kenapa sih kenapa? Sini cerita sama Om."

"Kata Nara..., Kak Dipa..., anu, Yo." Mendadak gue jadi gagu, kehabisan kata-kata. Ah berat ngomongnya.

Rio menghadap ke arah gue. "Anu apaan Vik? Kak Dipa kenapa?"

"Kata Nara Kak Dipa gay. Waktu SMA dia pernah pacaran sama cowok. Tapi nggak tau deh sekarang dia masih gay apa nggak." ujar gue sedikit berbisik.

"Emang kalo dia gay kenapa Vik?"

"Ya gue terluka lah Yo. Bayangin, cowok ganteng idaman gue ternyata sukanya sama cowok. Gue kalah jauh sama manusia bertitit. Adek syedih bang, adek terluka." Ujar gue frustasi.

"Vika...Vika...," Rio mengacak rambut gue pelan, "lagian kalo Kak Dipa ternyata nggak gay, emang dia bakalan mau sama lo?"

"Ah Kampret, omongan lo ngejleb banget sih, ya jelas lah dia belum tentu mau sama gue, hahaha." Njiir, kayaknya gue mulai ketularan gilanya Rio. 

"Terus, apa yang lo permasalahin ? Emang lo sesuka itu sama Kak Dipa?"
Gue diem. Mencoba mencerna kata-kata Rio. Selama ini, gue emang naksir berat sama Kak Dipa, tapi sejujurnya gue nggak pernah kepikiran terlalu jauh buat jadi pacarnya. Kak Dipa emang ganteng, tapi nggak terjangkau.

"Mending lo mulai nyari yang pasti - pasti aja deh, yang pasti doyan sama cewek," ujar Rio, "dan yang paling penting, pasti mau sama lo." 

"Tapi udah nggak ada lagi makhluk Tuhan yang wajahnya tamvan dan menantang kayak Kak Dipa, Yo."

"Makasih." Rio menyahut.

"Bukan elo anjiiir...!" Rio pasang muka sok manis, bikin gue pengen nabok, walaupun aslinya tampangnya emang manis sih. Duh, jadi ngaco kan.

Rio tersenyum."Mending lo pikirin lagi aja. Gue cuman nggak mau lo terluka. Ntar kalo lo terluka, lo curhatnya ke gue, dan gue males jadi tempat sampah."

"Lo so sweet banget sih, jadi baper deh."

"Faaak, baper aja sama Parno sono!" Rio menatap gue ngeri, bangsat emang tuh bocah. "Eh liat tuh ada Kak Dipa lewat."

Gue mengedarkan pandangan. Ada Kak Dipa diujung koridor. Kayaknya baru dateng. Semakin lama semakin dekat ke arah gue dan Rio.

"Vik..." Kak Dipa menyapa gue, dan gue bales dengan senyuman termanis yang pernah gue miliki. Kemudian dia melihat ke arah Rio, sambil mengerlingkan sebelah matanya. What the hell. Gue nggak salah liat kan? Gue menatap Rio, dan dia cuman ketawa ngakak ngeliat gue.

"Yo, gue tadi nggak salah liat kan? Lo tadi dikedipin sama Kak Dipa Yo? Demi apa?"

Rio masih aja ketawa.

"Lo punya ribuan hutang penjelasan ke gue Yo!" Sumpah gue masih syok.

Rio mulai berhenti ketawa." Yang sabar ya Vik, sebenernya ada banyak hal yang pengen gue omongin ke elo...."

-bersambung-

a.n
Terima kasih buat kalian yang udah baca ceritaku, vote, dan comment juga.
Sebenernya cerita ini sempet mau aku unpublish, karena banyak hal yang bikin aku kehilangan feel buat nglanjutin cerita ini. Tapi ngeliat notif kalo ada yg vote, comment, dan nambahin cerita ini ke reading listnya, bikin aku jadi berubah pikiran buat unpublish. Gimanapun juga, baca cerita yang putus ditengah jalan itu nggak asik. Jadi Insyaallah aku bakal selesaiin cerita ini sampai tamat.

See you soon 😙😙😙

I Laf Yu, Mas GAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang