44 : Akhir dari sebuah janji dan uang jajan.

20.9K 2.5K 99
                                    

Selamat membaca.

****

Davin tak bisa berkomentar banyak saat melihat ruang tamu hingga dapur rumahnya di penuhi tumpukan sampah sisa-sisa pesta semalam. Mulai dari bungkusan plastik, botol minuman, remah makanan hingga potongan pizza yang tak habis termakan berhamburan dimana-mana.

"Rain.." Panggil Davin sambil memijat pelipisnya. "Kapan kau mau membersihkan semua kekacauan ini?" Tanyanya kesal.

Setelah menunggu beberapa saat, tak terdengar adanya suara balasan Rain. Davin pun mencoba mencari Rain didalam rumah, namun tak terlihat wujud pria itu sama sekali. Saat dirinya mengintip ke jendela, Davin dapat melihat Rain sedang berdiri di halaman depan bersama teman, adik dan Denis.

..

...

..

"Kau yakin?"

"Yakin."

"Kau yakin, ingin mengakhiri ini?" Tanya Siska sekali lagi.

"Sangat yakin." Rain mengangguk.

Siska tersenyum datar.
Hoam.
"Baiklah. Aku tak bisa memaksa." Ucapnya sambil menepuk mulutnya yang menguap karna mengantuk. Ia kemudian menyodorkan jari kelingking miliknya kearah Rain.

Rain segera meraih dan menyatukan jari kelingkingnya dengan milik Siska.

"Kau sudah sangat yakin, kan?" Tanya Siska meyakinkan.

Rain tak menjawab. Terlebih dahulu ia menghela napas sebelum menutup matanya selama beberapa saat.

"Kita mulai."

..

Davin yang tak sabar menunggu Rain kembali kedalam, menyusul pria itu keluar. Pada awalnya, Davin ingin menyuruh Rain untuk tidak berlama-lama berada di luar karna tugasnya didalam rumah sudah menumpuk. Namun, saat melihat Rain memasang ekspresi serius di depan adiknya, Davin mencoba untuk menahan diri. Seperti Denis dan dua teman Rain yang berdiri diam dibelakang Siska, Davin juga berdiri dibelakang Rain dan mulai memperhatikan dua saudara itu.

..

Rain menghela napasnya sekali lagi.
"Kau masih ingat, kan?" Tanya Rain.

Siska mengangkat alisnya mengiyakan.

"Dulu.. saat paman Dimas dan tante Mirna pergi meninggalkan kita berdua karna harus kembali ke kota, kita berdua pernah membuat beberapa janji." Ucap Rain.

Siska menarik napasnya sangat dalam saat mendengar kata-kata Rain.

"Diantara beberapa janji itu.. kita membuat sebuah janji dimana kita akan saling menghargai kekurangan dan.." Rain menahan kalimatnya. Ia menghela napas lagi, "dan akan terus mengawasi satu sama lain meski suatu saat nanti kita berpisah atau tinggal berjauhan."

"..."

Rain menangkat wajahnya, menatap kearas Siska. "Hari ini kita sudah menyatukan jari kita, yang berarti ada sebuah janji yang akan diakhiri."

"Rain kau sudah yakin, kan?" Siska mencoba meyakinkan Rain. Gadis itu bisa merasakan bahwa jari Rain menggenggam kuat jarinya.

.

Rain & DavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang