Chapter 17 : Weeping Night

1.1K 133 24
                                    

[TURN AUDIO ON 📣 TO FEEL MORE]

Preview

"Dimana Seungcheol!?"

Suara Jeonghan yang terdengar kesal tak membuat senyum Jisoo hilang. Ia masih terlihat santai seperti posisinya semula.

"Berbaliklah dan pergilah, Jeonghan. Aku tak ingin melukaimu."

Jisoo mengatakanya sambil menghisap rokoknya. Suasana yang remang-remang membuat Jeonghan tak dapat melihat ekspresinya saat ini. Tapi perkataan Jisoo saat ini terdengar sedikit sedih di telinga Jeonghan.

"Jangan berpura-pura baik, Jisoo! Aku disini bukan untuk beramah-tamah! Katakan dimana Seungcheol!"

Jeonghan mengabaikan rasionalitasnya dan keselamatannya. Mengabaikan peringatan Jisoo. Jisoo hanya tertawa kecil ketika ia mendengar pernyataan Jeonghan. Mengatakan bahwa Jeonghan masih saja keras kepala seperti dulu.

Jisoo pada akhirnya beranjak dari pilar yang ia sandari dari tadi. Tubuhnya berhadapan langsung dengan Jeonghan. Mengamati Jeonghan cukup lama sebelum ia kembali membuang rokoknya. Membuat Jeonghan geram karena suasana hening yang tercipta. Benci karena Jisoo terlihat bertingkah sangat santai. Tangan Jisoo mulai merogoh saku celananya, mengambil sepasang sarung tangan hitam dan memakainya satu per satu. Memantapkan loyalitas sebagai pegangannya saat ini.

"Well, well. Jika kau ingin mengetahui dimana pangeranmu itu, langkahi dulu mayatku, Sayang."

Kata-kata yang keluar dari mulut Jisoo membuat Jeonghan semakin geram. Emosinya tersulut. Jeonghan tau, kali ini mereka akan menggunakan tinju sebagai penentunya. Bersamaan dengan langkah kakinya dan senyuman maniak Jisoo sebagai permulaan.

***

Entah berapa lama mereka beradu tinju. Saling memukul satu sama lain tanpa ampun. Bahkan pisau yang tadi di genggam Jeonghan telah dibuang oleh Jisoo. Menyisakan tangan sebagai senjata. Beberapa kardus dan kayu lapuk di tempat itu ikut menjadi korban. Suara rentetan tembakan masih terdengar di luar gedung. Sirine mobil polisi juga masih terdengar. Suara-suara yang bagai alunan lagu yang mengiringi perkelahian mereka.

Pukulan Jeonghan yang keras ke perut Jisoo sedikit membuat tangannya sakit. Muntahan darah Jisoo keluarkan dari mulut. Membuat Jisoo sedikit terdiam sebelum terkikik pelan. Jisoo terlihat tak terima dengan pukulan Jeonghan. Ia segera menegakkan postur tubuhnya sebelum kembali menyerang Jeonghan. Memukul Jeonghan berkali-kali dan tepat sasaran. Tak memberikan ruang sedikit pun bagi Jeonghan. Entah sudah berapa pukulan yang ia daratkan pada tubuh Jeomghan hingga pukulan terakhir Jisoo yang keras mengenai pipi Jeonghan. Mematahkan beberapa giginya dan membuatnya terpelanting.

Jeonghan segera bangkit, mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Di depannya terlihat Jisoo yang tengah terengah-engah. Keadaan mereka saat ini sama-sama buruk. Ya, Jeonghan telah babak belur dimana-mana. Sedangkan Jisoo masih dapat berdiri tegak walaupun ia sempat memuntahkan darah dari mulutnya. Tak ada yang ingin kalah pada saat ini. Jeonghan berdecih kesal. Mengatakan bahwa ia terlalu meremehkan Jisoo tadi. Walaupun sebenarnya Jeonghan hanya mengelabuhi pikirannya. Bukan meremehkan tapi karena ia masih kesal atas perlakuan Jisoo. Sebagian besar tindakan Jeonghan didasari oleh Jisoo.

"Jeonghan-ah..."

Jeonghan tersentak ketika ia mendengar namanya disebut. Suara Jisoo yang lembut membuatnya mendongak. Mereka bertatapan. Menghilangkan segala rasa kesal yang telah lama terkumpul.

"You've grown so much."

Pupil mata Jeonghan melebar. Tak percaya bahwa Jisoo tersenyum padanya. Senyuman manis dan tulus yang telah lama tak ia lihat. Senyuman yang terkadang ia rindukan. Hanya beberapa kata yang ia dengar dan membuat Jeonghan tak menyadari air matanya menetes.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now