Chapter 16 : Last Minutes

924 144 22
                                    

[TURN THE AUDIO ON TO FEEL MORE📣]

Preview

"Jeonghan. Ceritakan semuanya."

Suara Jihoon yang tenang dan cukup keras dapat di dengar seluruh orang di sana. Kali ini hanya ada suara isakan Jeonghan yang masih belum berhenti bagaimana pun Wonwoo mencoba menenangkannya. Membuat Wonwoo tak tega untuk membiarkannya bicara. Tapi sebuah tangan menutup mulutnya sebelum ia menjawab.

"Aku... tak tau bagaimana harus mengatakannya. Seungcheol... pergi. Dan itu karena sebuah telepon. Dari Jisoo."

Jeonghan mengatakannya dengan sesenggukan dan penuh putus asa. Walaupun saat ini, bisa dilihat Jihoon merasa iba padanya tapi tak sedikitpun ia coba tunjukkan pada Jeonghan. Jihoon kembali menatap seseorang di depannya. Mengisyaratkan pada Wonwoo untuk memberikan barang bukti yang mereka temukan. Tanpa ragu-ragu, Wonwoo menyerahkannya pada Jihoon-ponsel Seungcheol-dan Jihoon pun segera mengecek log panggilan masuk terakhir.

09.56 AM mobile 080-34xx-xxxx

Sebuah nomor yang Jihoon tau itu milik siapa.

"Tolong... selamatkan Seungcheol. Jisoo... Jisoo tidak sebaik kelihatannya."

Suara parau dan sesenggukan Jeonghan mengakhiri pembicaraan mereka. Jihoon pun segera memasuki ruangannya. Ia harus melacak Seungcheol saat ini. Waktu yang telah berlalu beberapa jam tentu tak akan menjadi jaminan keselamatan Seungcheol. Terlebih setelah rapat yang ia jalankan tadi dan mengetahui latar belakang Jisoo sesungguhnya. Hal yang membuat Jihoon ingin muntah dan menghancurkan seisi ruangannya setelah mengetahui kelakuan Jisoo. Dan mungkin memukul wajah Jisoo hingga ia puas.

***

Derap langkah beberapa orang menggema di seluruh koridor. Suasana yang remang-remang dan beberapa letusan senjata tak membuat mereka takut. Justru langkah mereka semakin mendekat ke arah suara letusan itu. Hanya jeda beberapa menit hening yang menandakan aktivitas itu terhenti.

Di depan ruangan yang mereka tuju, sesosok seseorang terlihat berdiri disana. Bersandar pada dinding. Kepulan asap yang baru terlihat menandakan ia baru saja menyalakan rokoknya. Kepalanya mendongak, seolah sedang memikirkan sesuatu. Derap langkah yang terhenti di seberangnya membuat ia menoleh. Menghembuskan nafasnya dengan kesal.

"Kau lama sekali, Brengsek."

Nada dingin yang dikeluarkan oleh sesosok itu hanya disambut tawa oleh salah satu dari mereka. Yang sepertinya ia adalah seorang pemimpin dari mereka. Tak begitu lama hingga seseorang yang tertawa itu mendekatinya. Membuatnya dengan jelas melihat seseorang yang memberinya nada dingin. Jisoo. Ia hanya terdiam dan menatap sinis pada seseorang itu.

"Dia di dalam?"

Sebuah pertanyaan sederhana yang disambut dengan anggukan Jisoo padanya. Ia mendekat, mengarahkan agar mereka mengikutinya dan memberikan tanda untuk sang pemimpin agar masuk ke ruangan tersebut. Sang pemimpin pun tak ragu untuk melangkah dengan senyum yang sangat lebar. Seolah kegirangan. Dan disanalah ia menemukan Seungcheol. Kondisinya cukup mengenaskan saat ini. Tubuhnya yang terikat dan berlumuran darah sedikit membuat kaget orang itu. Dinding yang berlubang menjelaskan suara yang tadi mereka dengar.

"Jisoo-ya, apa yang kau lakukan pada adikku?"

Seungcheol saat ini dalam keadaan setengah sadar, tapi indera pendengarannya masih dapat dengan tepat menangkap setiap kalimat tadi. Membuatnya terkaget dan bingung akan pertanyaan itu. Wonho menyebutnya sebagai 'adik' dimana ingatannya mengatakan bahwa ia hanya memiliki satu orang kakak. Dan ia juga mengingat bahwa kakaknya telah meninggal bahkan sebelum ia lahir, seperti yang dikatakan orang tuanya. Otaknya mencoba menolak setiap perkataan itu. Baginya, bagaimana mungkin seseorang yang berdiri di depannya kali ini mengaku sebagai kakaknya jika kakaknya sudah meninggal sejak lama.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now