Chapter 2 : Found Ya!

2.6K 269 28
                                    

WARNING!
Fanfiction ini mengandung banyak kata-kata kotor dan adegan kekerasan.

***

Preview

"Dia cantik seperti malaikat. Tapi dia malaikat kematian. Aku yakin itu."

Gumamnya lirih saat kembali mengamati laba-laba yang tengah memangsa buruannya di jaringnya yang terletak di antara tangkai bunga. Semenit kemudian perhatiannya teralihkan pada pelayannya yang memasuki taman belakang rumahnya. Mengatakan bahwa dia telah di tunggu oleh salah satu temannya. Dia mengerti dan langsung mengikuti pelayannya itu. Menuju ruang tamu rumahnya. Ketika sampai pun, dia mendapati beberapa orang telah duduk disitu dan menatap kedatangannya.

"Selamat sore, bedebah. Kau membuatku menunggu."

Pemilik tuan rumah itu segera duduk menghadap tamunya. Bawahnya berdiri di sampingnya. Seolah-olah dia sedang melindungi tuannya.

"Cih! Kau benar-benar tak tau tata krama bertamu rupanya."

***

Tokyo, 24 September 2015

Jeonghan POV

Malam ini kuputuskan menyusuri jalanan malam area 2. Kalau kau kira ini jalanan sepi, kau salah. Jalanan disini sangatlah ramai walaupun ini hampir tengah malam. Tapi disinilah sarang mereka. Sangat bagus untuk menjaring tikus-tikus itu. Memasuki dunia mafia juga tak mudah, setidaknya aku harus mengenal siapa bosnya.

Salah satu tempat mereka biasa berkumpul akhirnya kutemukan. Sebuah bar yang cukup ramai. Aku jarang sekali minum, jadi kupastikan aku tak menenggak terlalu banyak malam ini. Aku harus tetap waspada. Apalagi malam ini, hanya polisi patroli yang menyamar saja yang mengawasiku. Benar, bahkan polisi pun takut masuk ke area ini. Area ini terlalu berbahaya. Sudah banyak polisi yang menjadi korban dari kekejaman para mafia.

Kumasuki bar dan segera memesan minuman. Pelayannya memiliki mata sipit dan berpipi gembul. Wajahnya lucu. Tak kusangka dia mengelola tempat seperti ini.

"Kau pelanggan baru ya? Warga sipil?"

"Hm? Ya."

Kujawab pertanyaanya dengan mengeryitkan alisku. Apa itu aneh? Walaupun aku bukan seorang warga sipil biasa.

"Aneh saja. Biasanya warga sipil tak mau ke tempat ini. Kau tau kan ini tempat siapa. Di wilayah siapa. Mereka cenderung menghindari tempat ini. Mereka takut."

Pelayan itu terus membuatkan minumanku. Dan ucapannya membuatku tertawa. Kalau untuk mencari mangsa pun aku tak takut jika harus masuk ke tempat seperti ini. Walaupun sebenarnya aku tak suka dengan tempat semacam ini. Apalagi ini sarang mafia. Menjijikan.

"Hoshi. Panggil saja aku Hoshi. Aku pemilik bar ini. Jika butuh sesuatu tinggal panggil saja."

Gelas minumanku pun di letakkannya. Segera ku tenggak habis minuman yang ku pesan. Tak buruk juga rasanya. Padahal aku asal memilih. Sejauh pengamatanku, tak ada yang aneh. Tak ada transaksi obat atau apa pun di dalam bar ini. Sepertinya bar ini bersih. Atau... mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Suatu hal yang ku benci. Aku tak ingin berkeliling mencari obat itu. Mereka bisa curiga nantinya.

"Kau tak apa? Tuan..."

"Taekyung. Namaku Taekyung. Kau tau Hoshi-ya... hidup itu berat. Dan aku sudah tak tahan lagi."

Apa yang ku katakan!? Aktingku tak buruk kan? Dan apa-apaan nama yang kusebutkan tadi!?

"Kau ada masalah? Kau... mencari obat?"

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now