Chapter 1 : It's Only The Beginning

4.1K 310 26
                                    

WARNING!
Fanfiction ini mengandung banyak kata-kata kotor dan adegan kekerasan.

***

Tokyo, 23 September 2015

Dua orang pemuda sedang bercumbu mesra di lorong jalanan. Tak mendengarkan hiruk pikuk kota di malam hari. Remang lampu menjadi teman mereka. Bersamaan dengan suara permainan bibir mereka yang tak pernah berhenti.

"Ayolah... aku sudah memberikan semua informasi yang ku tahu. Sekarang giliranmu."

"Kau yakin? Kau bahkan belum mengatakan dimana bisa kudapatkan barang itu."

"Ah ya... aku baru ingat."

Salah satu pemuda itu mendekatkan bibirnya ke telinga pemuda yang lain. Membisikan kata-kata yang membuat pemuda itu tersenyum. Ya, pemuda cantik yang mendengarkan bisikannya tersenyum mengerikan. Seolah-olah dia berhasil mendapatkan sesuatu yang sangat berharga.

"Terima kasih"

Sebuah kata-kata meluncur dari bibir pemuda cantik itu diikuti seringai yang mengerikan. Sejurus dengan suara pekikan dari lelaki yang tadi merayunya. Bau darah bercampur metal meruak dari kucuran darah di perut lelaki itu. Benar, pemuda cantik itu-entah sejak kapan-sudah memegang pisau dan menancapkannya di perut lelaki itu. Menghujamkannya berkali-kali, membuat wajahnya yang cantik terciprat oleh darah. Matanya menatap kosong ketika lelaki itu tak lagi bergerak. Tubuhnya sedikit menjauh dengan pisau yang berlumur darah di genggamannya.

"Sudah kukatakan, kau tak perlu membunuhnya. Serahkanlah pada kami."

Pemuda cantik itu akhirnya menoleh dan memberikan senyuman terbaiknya. Dia mulai mendekati seseorang yang mengajaknya bicara. Orang itu, memakai trench coat coklat muda. Menandakan dia bukan warga sipil biasa.

"Kau selalu saja berkata seperti itu, Sayang. Seharusnya kau ingat, siapa aku, pekerjaanku, dan apa yang telah mereka perbuat kepadaku. Menghilangkan satu tikus seperti mereka pun, tak akan ada yang peduli, Sayang."

Pemuda cantik itu tersenyum kembali dan mendekatkan wajahnya. Mencium lembut bibir orang itu sejenak dan melepasnya. Memberikan kembali senyumannya, membuat orang itu sedikit mengernyit jijik.

"Walaupun kau kekasihku tapi setidaknya kau tak menciumku dengan bibir dan wajah penuh darah, Jeonghan-ah. Itu menjijikan."

Pemuda cantik bernama Jeonghan itu hanya terkekeh kecil lalu membersihkan darah pada tangan dan wajahnya dengan sebuah kain yang tadi di sakunya. Pisaunya? Dia tadi sudah membuangnya sembarang arah dan kini berakhir di kantong plastik kekasihnya.

"Narkoba. LSD. Area 3 Shinjuku. Dealer, AJ. Transaksi di lorong sebelah klub malam Stellar."

Orang itu hanya terdiam sambil mengamati Jeonghan. Tapi dia jelas mengerti maksud perkataan kekasihnya itu. Ya, informasi itulah yang di inginkannya karena itu merupakan bagian dari tugasnya.

"Jeonghan-ah, sebaiknya kau pulang dan hindari keramaian. Akan kami bereskan mayatnya. Mandilah yang bersih sebelum tidur. Segera istirahat kalau sudah mandi kareba kau besok ada kelas. Kau benar-benar berantakan saat ini."

"Aku mengerti, Tuan Cerewet. Lagipula aku benci jika rambutku harus terciprat darah. Itu menjijikan. Aku akan segera pulang. Dan kau sebaiknya harus segera menyelesaikan kasus kali ini agar kita bisa berlibur, Sayang. Ah, maksudku Detektif Hong."

Jeonghan memberikan seringainya sebelum ia berbalik. Kaki jenjangnya melangkah semakin jauh dari kekasihnya. Sosoknya pun menghilang di antara lorong-lorong yang gelap. Meninggalkan kekasihnya dan beberapa anak buahnya yang sibuk membereskan apa yang tadi dilakukannya.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now